Raja Leon sedang berbicara dengan dua menterinya saat Ernest dan ratu juga Arabella masuk ke dalam ruangan. Raja Leon terkejut mendapati kedua putri dan istrinya datang secara tiba-tiba. Kedua menteri yang berbicara dengannya pun undur diri sesuai dengan perintah sang raja.
Alena mendekati raja Leon tanpa ragu, dia tidak akan membiarkan Ernest kembali diasingkan seolah-olah dia begitu lemah. Kali ini dia akan membujuk raja agar rencananya tidak dijalankan. Raja Leon pun beranjak dari tempat duduknya saat istri dan kedua putrinya sudah berjalan mendekat.
"Ada apa ini? Kenapa kalian datang berbondong-bondong?"
"Hormat padamu, ayahanda. Ada yang ingin aku bahas," ucap Alena sambil membungkuk hormat. Walau agak kaku karena dia belum terbiasa tapi dia bisa melakukannya.
"Ada apa, Ernest? Katakan apa yang hendak kau bahas?" tanya ayahnya.
"Ayahanda, mohon mempertimbangkan kembali rencana untuk mengasingkan aku ke tempat pengasingan," pinta Alena.
"Kenapa? Apa kau keberatan?"
"Aku sangat keberatan, tolong dipertimbangkan lagi."
"Baginda, Ernest tidak mau pergi ke pengasingan," ibu ratu melangkah maju ke depan.
"Tolong dipertimbangkan lagi, Ayahanda," pinta Arabella.
"Coba jelaskan padaku, kenapa kau keberatan? Aku melakukan hal ini untuk kebaikanmu agar tidak ada yang mencelakai dirimu lagi. Aku ingin kau berada di pengasingan sampai aku menangkap pelaku yang telah memfitnah dirimu!"
"Tapi itu bukan jalan yang terbaik, ayahanda," ucap Alena.
"Apa maksudmu, Ernest? Apa kau memiliki rencana?" tanya ibu ratu.
"Bunda, aku tidak bisa terus menerus melarikan diri. Sampai kapan, bunda? Jalan satu-satunya yang harus aku lakukan adalah menghadapi semua ini!" ucap Alena dan dia tidak tahu jika ucapannya itu mengejutkan semua orang. Ernest yang lemah dan patuh, yang hanya bisa menangis saja tapi kini dia justru menolak diasingkan dan ingin balik menyerang. Apa yang sebenarnya terjadi?
Raja Leon dan Ratu Hana saling pandang, para pelayan juga demikian. Arabella tidak melepaskan pandangannya dari sang adik yang melangkah mendekati ayah mereka lalu berlutut di bawah kaki sang raja.
"Tolong pertimbangkan permintaanku ini, ayahanda. Aku sudah pernah diasingkan dan kasus ini justru semakin menjadi setelah aku kembali. Jika aku diasingkan lagi, kemungkinan korban akan tetap jatuh dan aku pun akan tetap dianggap sebagai seorang penyihir."
"Kau berada di pengasingan, Ernest. Bagaiamana mungkin ada yang mengira kau penyihir lagi?' tanya ibunya.
"Bunda, kabar jika aku seorang penyihir sudah beredar luas," Alena beranjak lalu melangkah beberapa langkah, "Walau aku berada di pengasingan orang-orang sudah menganggap aku sebagai penyihir dan ketika ada korban yang jatuh lagi, mereka tetap akan menganggap aku yang melakukannya bahkan mereka akan mengira ayahanda dan bunda mengasingkan aku supaya aku bisa melakukan aksi kejahatanku dengan mudah. Mereka akan menganggap aku tidak benar-benar pergi ke pengasingan oleh sebab itu mengasingkan aku di saat keadaan sedang kacau bukanlah pilihan bijak."
"Ernest, kau?" ibu ratu tampak tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan putrinya yang mendadak berubah seperti orang lain.
"Ada apa denganmu, Ernest? Kenapa kau seperti orang lain?" tanya Arabella. Dia mengira Ernest akan jatuh bersimpuh dan menangis sejadi-jadinya sambil memohon pada ayah mereka untuk tidak membawanya ke pengasingan seperti yang dia lakukan waktu itu.
"Tolong pertimbangkan permintaanku ini, Ayahanda," Ernest kembali melangkah mendekati ayahnya, "Jika kau mengirim aku ke pengasingan saat ini, orang-orang itu akan semakin berpikir jika aku memang penyihir seperti yang mereka duga oleh sebab itu bukan saatnya untuk lari karena lari tidak akan menyelesaikan permasalahan apa pun."
"Ernest, entah apa yang terjadi padamu, Sayang," ibu ratu mendekatinya dan memeluknya. Tentunya Alena terkejut, tatapan matanya tertuju pada Amy dan Agnes. Celaka, apa dia sudah kelewat batas? Apa Ernest tidak seperti itu?
"A-Ada apa?" tanya Ernest gugup.
"Kau tidak seperti biasanya, Ernest. Biasanya kau akan menangis seperti yang kau lakukan seperti waktu itu ketika kau hendak diasingkan dulu tapi sekarang, kau justru ingin tinggal. Apa yang terjadi denganmu?" tanya Arabella.
"A-Aku hanya sudah lelah bersembunyi dan melarikan diri, Kakak," celaka. Semoga tidak ketahuan. Seharusnya dia tahu bagaimana watak Ernest sebelumnya agar tidak membuat kesalahan.
"Itu sangat bagus, Ernest. Karena kau terlalu lemah, oleh sebab itu orang-orang memfitnah dirimu sesuka hatinya. Kita adalah putri, kita memang harus melawan orang-orang yang berani berbuat lancang pada kita," ucap Arabella.
"Yang Arabella katakan sangat benar, bunda sangat senang kau sudah lebih dewasa sekarang."
"Maaf aku sudah menyulitkan kalian selama ini," sepertinya aman, sepertinya tidak ada yang perlu di khawatirkan tapi sesungguhnya ada yang tidak senang dengan perubahan yang ada pada dirinya. Apakah yang saat ini berada di istana adalah Ernest? Kenapa dia tidak seperti Ernest saja? Putri Ernest yang saat ini memang putri Ernest tapi dia tidak seperti Ernest.
"Bagaimana, ayahanda. Tolong dipertimbangkan," pinta Ernest.
"Baiklah, apa yang kau katakan sangatlah benar. Tapi aku harus memikirkan hal ini terlebih dahulu!" ucap sang raja.
"Terima kasih atas kebaikan ayahanda," semoga saja niat itu benar-benar batal. Setelah meminta sang raja mengurungkan niatnya, Ernest dan Arabella keluar dari ruangan itu sedangkan ratu masih bersama dengan raja untuk membahas hal itu lebih lanjut.
Ernest dan Arabella berpisah karena mereka akan kembali ke kamar mereka masing-masing. Amy dan Agnes yang sudah mendapati sikap sang putri yang sangat aneh sejak kejadian itu sudah sangat ingin bertanya oleh sebab itu begitu mereka berada di dalam kamar, mereka tidak menahan diri lagi.
"Putri, kau sangat luar biasa," ucap Amy.
"Benar, Putri tidak pernah seperti ini sebelumnya. Sejak kejadian malam itu, Tuan Putri berubah. Apa yang terjadi denganmu, putri?" tanya Agnes. Dia dan Amy menatap sang putri dengan tatapan curiga.
Alena menelan ludah, sungguh celaka. Semoga mereka percaya dengan apa yang dia katakan.
"Putri?" kedua pelayannya sangat heran karena putri hanya diam saja.
"Kalian tahu?" Alena duduk di sisi ranjang dan menatap mereka berdua dengan tajam, "Sejak malam itu, aku sudah tidak mau lari. Aku harus melawan, aku tidak boleh menjadi putri yang selalu lemah. Aku pun tidak mau kejadian malam itu terulang jadi sudah waktunya aku melawan balik oleh sebab itu aku butuh bantuan kalian berdua. Kalian bersedia, bukan?" tanya Alena.
"Tentu saja, Putri. Tentu saja kami bersedia," Amy dan Agnes melangkah mendekati putri Ernest dan berlutut di bawah kakinya.
"Aku sangat senang putri tidak seperti dulu lagi, yang hanya bisa menangis," ucap Amy.
"Benar, apa pun yang terjadi kami akan tetap bersama dengan putri dan akan selalu membantu Tuan Putri," ucap Agnes pula. Walau yang saat ini bersama dengan mereka tidak seperti putri Ernest tapi mereka akan tetap setia.
"Terima kasih, sekarang katakan padaku apakah kau sudah menemukan ahli ramuan, Amy?"
"Sudah, Putri. Aku sudah menemukannya tapi di desa tetangga."
"Bagus, malam ini ikut denganku."
"Apa? Ke mana Tuan Putri akan pergi?" tanya Amy dan Agnes.
"Mencari kebenaran. Amy ikut denganku dan Agnes, berpura-puralah menjadi aku agar tidak ada yang curiga."
Kedua pelayannya saling pandang, tapi ekspresi sang putri begitu serius oleh sebab itu mereka mengangguk. Entah apa yang hendak dilakukan oleh putri Ernest, tapi dia benar-benar berubah semenjak malam mengerikan yang telah mereka lewati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Samsia Chia Bahir
oooo oooo sapa diaaaa 🙄🙄🙄
2024-02-24
0
Leng Loy
Ada seseorang yang tidak suka pada perubahan Ernest, siapakah dia 🤔
Keren Alena waktunya berjuang melawan penjahat yang memfitnah Ernest 💪
2023-10-29
1
🌼 Pisces Boy's 🦋
siapa orang itu.. apakah salah satu oejabat istana🤔
2023-03-19
4