Desas desus akan adanya kunjungan pangeran dari kerajaan tetangga semakin kencang terdengar di istana. Para pelayan yang ada di dalam istana tampak sibuk, mereka menyiapkan banyak hal. Semua gorden diturunkan, semua akan diganti dengan yang baru. Jendela-Jendela dibuka, para pelayan pun sibuk mengganti dekorasi yang lama dengan dekorasi yang baru.
Alena berada di dalam kamar, dia malas mendengar desas desus itu apalagi desas desus itu mengatakan jika kedatangan sang pangeran kali ini untuk melamar putri Arabella. Itu bukan urusannya tapi yang membuat panas telinga, lagi-lagi desas desus itu menyebutkan Ernest sebagai pecundang yang tidak akan pernah di lirik oleh sang pangeran. Oleh sebab itulah dia malas keluar.
Alena sedang melihat beberapa buku yang ada di rak buku. Menjadi seorang putri ternyata sangat membosankan. Tidak ada yang bisa dilakukan ataukah memang dia belum tahu apa yang dilakukan oleh Ernest setiap hari?
Alena duduk di jendela, sebaiknya dia memikirkan apa yang telah terjadi pada putri Ernest. Semua misteri mengenai isu akan putri Ernest yang adalah seorang penyihir harus dia pecahkan tapi dia harus memulai dari mana? Alena menghela napas, benar-benar kasus yang entah harus dia pecahkan dari mana.
"Putri, obat untukmu," seorang pelayan mengetuk pintu di luar sana.
"Masuk saja!" lagi-laqi obat. Apa sebenarnya penyakit Ernest? Dia merasa baik-baik saja beberapa hari belakangan padahal Ernest dikabarkan sebagai putri bertubuh lemah tapi kenapa dia merasa keadaannya baik-baik saja? Apakah penyakit yang diderita oleh Ernest adalah penyakit bawaan ataukah penyakit yang didapat oleh sesuatu? Hal ini pun terasa janggal dan tentunya harus dia pecahkan.
"Ibu Ratu berpesan untuk segera dihabiskan, Putri," ucap sang pelayan.
"Baiklah," Alena mengambil mangkuk obat dan meneguknya. Pahit sekali, meski begitu semua obat itu pun diminum sampai habis. Mangkuk yang sudah habis pun diletakkan, sang pelayan mengambilnya dan pamit pergi. Alena kembali termenung, mencari jawaban dari pertanyaan yang ada di hati.
Napas berat kembali dihembuskan, entah kenapa tiba-tiba kepalanya terasa sedikit pusing. Alena memegang kepalanya, apa itu efek obat yang dia konsumsi? Sebaiknya dia berbaring saja sambil berpikir. Mungkin keadaannya akan lebih baik.
"Putri," Amy dan Agnes masuk ke dalam dengan tergesa-gesa.
"Ada apa? Kenapa kalian begitu terburu-buru?" tanya Alena seraya berpaling ke arah kedua pelayannya yang setia.
"Putri Arabella akan datang berkunjung, sebaiknya Tuan Putri segera bersiap-siap," ucap Amy.
"Baiklah, bantu aku dan tutup pintunya rapat karena ada yang hendak aku bahas dengan kalian berdua," ucap Alena.
Amy dan Agnes saling pandang, Agnes segera menuju pintu dan menutupnya rapat sedangkan Amy mengambil pakaian yang akan dikenakan oleh sang putri untuk menyambut kedatangan putri Arabella. Alena sudah berdiri walau dia merasa kepalanya sedikit pusing.
"Apa yang hendak kau bicarakan, Putri?" tanya Amy.
"Aku ingin tahu, kapan isu mengenai penyihir itu beredar? Dan apakah isu itu beredar setelah adanya kabar sekte sesat yang selalu memakan korban?" tanya Alena.
"Putri?" Amy dan Agnes benar-benar tidak mengerti dengan putri Ernest yang tidak ingat apa pun.
"Aku sepertinya kehilangan sebagian ingatanku, oleh sebab itu tolong jawab pertanyaanku," pinta Alena. Semoga saja kedua pelayannya tidak curiga sama sekali.
"Tuan putri tidak boleh memohon seperti itu. Kami hanya merasa aneh dengan sikap putri yang tiba-tiba berubah."
"Benar, putri. Maaf jika kami seperti tidak percaya padamu," ucap Amy.
"Jadi, apa tidak ada yang mau menjawab pertanyaanku?" tanya Ernest.
"Isu mengenai putri Ernest memang muncul setelah Tuan Putri kembali ke istana tapi mengenai aliran sesat yang selalu mengambil korban gadis muda sudah ada sebelum Tuan putri kembali dan kala itu belum banyak yang tahu. Korbannya pun bukan dari kalangan orang berada dan ketika putri sudah kembali, masalah ini semakin mencuat dan kali ini korbannya para putri pejabat," jelas Amy.
"Benar, Putri. Tidak banyak masyarakat yang tahu akan kegiatan sekte tersebut tapi setelah putri kembali, sekte itu terang-terangan melakukan ritualnya. Setiap tanggal 15, tidak ada yang berani keluar apalagi wanita muda. Mereka takut menjadi korban tapi korban tetap saja berjatuhan. Raja pun mulai menganggap hal ini serius dan hendak mengusutnya tapi tiba-tiba saja rumor beredar jika putri adalah dalang di balik semua itu terjadi. Putri dituduh sebagai seorang penyihir yang melakukan ritual sesat oleh sebab itu, putri selalu mengambil korban agar kekuatan Putri semakin bertambah," jelas Agnes pula.
"Lalu, apa raja tidak mengusut kasus itu lagi?"
"Saat itu isu Putri Ernest adalah seorang penyihir semakin berhembus kencang, perhatian raja dan ratu jadi beralih ke isu tersebut. Baginda Raja mengeluarkan titah untuk menghentikan isu tersebut dan menghukum pancung siapa saja yang telah berani membicarakan hal ini. Beberapa pelayan dan penjaga mendapatkan hukuman dan sejak saat itu, isu akan hal itu reda di dalam istana tapi isu itu tidak bisa di tahan di luar sana."
"Baiklah," sepertinya isu akan dirinya seorang penyihir memang untuk mengalihkan perhatian sang raja agar raja tidak mengusut kasus itu lagi. Sedikit petunjuk sangatlah berarti oleh sebab itu, dia harus mencari lebih banyak petunjuk.
"Putri Arabella hendak mengajakmu berjalan-jalan di luar untuk menikmati pemandangan bunga dandelion oleh sebab itu Tuan Putri harus berhati-hati dengan orang-orang yang membenci tuan putri," pinta Agnes.
"Apa kalian tidak ikut denganku?"
"Kami tentu saja akan mengikuti Tuan Putri tapi kami tidak bisa terlalu dekat dengan Putri saat Tuan Putri bersama dengan Putri Arabella."
"Baiklah, jangan khawatirkan aku."
"Cepat pakaikan bajunya, aku ingin duduk sebentar!" ucap Alena. Sungguh dia merasa kepalanya semakin sakit.
Amy dan Agnes segera memakaikan pakaian sang putri. Korset diikat tidak begitu kencang, itu karena Alena merasa sesak napas. Rasanya jadi sedikit aneh, Alena tampak berkeringat setelah gaunnya selesai dikenakan. Amy dan Agnes sangat heran melihat keadaan Putri Ernest yang tidak seperti biasanya.
"Kenapa, Putri? Apa kau sakit?" tanya Amy.
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja," jawab Alena walau sesungguhnya dia merasa aneh.
"Tapi putri berkeringat banyak." kedua pelayannya sudah terlihat khawatir.
"Sepertinya korset ini tidak nyaman, tolong dibuka saja."
Amy dan Agnes bergegas membuka korset yang dipakai oleh Alena. Rasanya jadi sedikit nyaman, dia pun sudah merasa tidak sesak lagi.
"Bagaimana, Putri?" tanya kedua pelayannya.
"Sudah membaik, aku akan berbaring sebentar," Alena melangkah menuju ranjang dan berbaring. Apakah seperti ini fisik Ernest saat sedang lemah? Jika demikian, pasti sangat menderita karena sulit untuk beraktifitas.
"Jika Tuan Putri tidak sehat, sebaiknya tidak menyetujui ajakan putri Arabella," ucap Amy.
"Tidak apa-apa, aku hanya perlu berbaring saja."
"Aku akan mengambil obat untuk Putri."
"Tidak perlu, Agnes. Aku baru saja minum obat dari Bunda Ratu."
"Baiklah, Tuan Putri istirahat saja dulu."
Amy dan Agnes memijat kaki dan lengannya agar sang putri semakin membaik. Alena merasa sedikit mual, dia pun jadi ingin tahu apa penyakit Ernest sebenarnya? Agnes dan Amy berdiri dengan terburu-buru saat Putri Arabella masuk ke dalam kamarnya.
"Selamat datang, Putri," Amy dan Agnes pun membungkuk hormat.
"Apa kau sudah selesai, Ernest?" tanya Arabella.
"Tentu saja," Ernest beranjak dan tersenyum, semoga dia tidak pingsan.
"Ayo kita pergi," Arabella menggandeng tangan Ernest. Mereka pun pergi untuk menikmati bunga dandelion yang tumbuh di halaman istana. Tentunya mereka tidak berdua saja karena para putri pejabat ikut dengan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Riri Rara
ernest jd sakit krn obat yg diberikan..
2024-03-11
1
Samsia Chia Bahir
Seharus alena sadar obat yg diberi pelayan i2 G baik 😣😣😣
2024-02-24
0
murniati cls
dia dksih racunpun tak sadar
2024-02-02
0