Setelah penjelasan Papa tadi semua orang menjadi hening. Tidak ada yang bisa mengedepankan sebuah ide bagus bagaimana caranya menyelesaikan masalah ini.
Sembilan belas tahun lamanya bekerja di perusahaan yang sama. Membuatkan hati Arnold memang condong ke perusahaan tersebut.
Dia sudah mencurahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk membantu mengembangkan perusahaan kecil itu menjadi seperti sekarang .Mungkin bukan 100% tapi walau bagaimanapun dia ikut andil dalam mengembangkan perusahaan.
Seharusnya pihak perusahaan juga memandangnya dengan cara seperti itu. Tapi hanya karena seorang direktur licik yang sudah membuat alibi.Dia yang membuat Arnold terpuruk , sehingga semua jasa-jasanya sudah hilang dan tidak berarti lagi di dalam perusahaan.
Bahkan teman-teman yang dulunya datang menyanjung semuanya mundur tanpa memberikan harapan sama sekali
"Papa jika Papa tidak enak tidak nyaman lagi ayo berhenti dan cari pekerjaan yang lain. Mama juga memiliki sedikit tabungan bagaimana kalau kita membuat toko kecil-kecilan. Liza juga tidak lagi memerlukan biaya banyak . suku-sukur kalau lidah nanti dapat pekerjaan yang baik. jadi kalau Papa berhenti pun tidak akan banyak berubah dalam hidup kita kok pah"kata dini pada Arnold dengan ikhlas.
Arnold mencoba mencerna kata-kata istrinya itu tapi sulit rasanya bagi Arnold yang sudah hidup di belakang meja menjadi seorang pedagang kecil-kecilan seperti yang disebutkan oleh dini.
Bagaimana jika Liza bertemu seorang kenalan dan mereka mengejeknya di masa depan.
Mungkin sekarang tidak akan ada efeknya. Tapi lama-kelamaan tembok keyakinan yang dibangun oleh keluarga ini akan runtuh juga pada akhirnya.
jadi Arnold segera menjentikkan kepala istrinya mengisyaratkan dini agar hentikan cara berpikirnya itu.
"Hem papa aku juga setuju dengan kata Mama. ayo berhenti dan cari pekerjaan baru jika tidak menemukan pekerjaan .Maka buka saja pekerjaan untuk diri sendiri. Walaupun hanya toko kecil itu masih lebih baik. Kita bisa jadi bos untuk diri sendiri pah tidak menjadi bawahan seperti papa sekarang"kata liza yang mencoba meyakinkan papanya.
"tapi papa takut nanti kamu tuh yang akan merasa tidak nyaman jika bertemu dengan teman-temanmu.Hem apa ya sebutannya? minder ,ya itu minder nanti kamunya. minder loh sayang"kata Arnold seolah-olah bisa melihat masa depan.
Liza tertawa dengan keras dia tidak percaya papa akan berpikir untuk dirinya sendiri. tapi itu adalah papanya orang yang paling menyayanginya di dunia ini.
"papa kenapa Papa mikirnya sampai begitu sih aku tuh nggak akan pernah malu punya kalian sebagai mama dan papa ku ,aku tuh malah bangga kok pah"tegur Liza keras
"ayo jangan jadikan aku kambing hitam, berikan surat pengunduran diri dan berhentilah dengan cara terhormat" tambah Liza dengan penuh semangat.
"apa kamu benar-benar nggak akan malu sama papa jika mama papa buat warung kecil?" tanya Arnold serius.
"ya enggaklah mah pah lagian aku tuh kan seperti kata Mama nggak butuh butuh amat dengan uang sekarang. Aku bisa cari kerja untuk memenuhi kebutuhanku sendiri ya kan mah" kata Liza meyakinkan Arnold.
"dengar pah,Liza aja kata begitu. Ayo mengundurkan diri daripada dipecat dengan cara yang tidak terhormat seperti yang papa bilang" kata dini yang membuat perasaan Arnold menjadi sangat.
Tapi masih ada simpul kecil di hati nya.
Meskipun Putri dan istrinya mendukung Arnold untuk berhenti.
Namun begitu masih ada rasa sayang yang kuat pada perusahaan.
Tapi Arnold juga menyadari jika sumbangsihnya tidak pernah dihargai sama sekali.
Sekarang setelah tidak mendapatkan manfaat apapun perusahaan akan langsung menendangnya keluar tanpa berpikir dua kali.
"nanti akan Papa pikir-pikir dulu tapi kalau untuk mengundurkan diri Papa setuju aja sih, mengenai untuk membuka warung kecil agaknya sulit deh"kata Arnold lagi.
Liza dan dini yakin mereka mampu melalui masa-masa sulit ini bersama-sama. Sekarang tinggal menghibur Arnold agar dia tidak begitu drop lagi.
"senyum dong pah yang semangat, kalau kita susah ya sama-sama susah kok ribut amat. ya kan mah Hem "kata Liza yang tersenyum manis. Dia memeluk mamanya dengan hangat. Dalam hati Liza juga merasa bersalah sudah begitu keras kepala ke belakang ini yang membuat mamanya jadi tidak nyaman.
Dini juga merasa nyaman dengan pelukan ini dan mencium dahi liza dengan sayang.
Dalam empat hari kebelakangan ini Liza sangat jarang tersenyum .Dia kerap memasang wajah yang bertekuk setiap kali menatap mama dan papanya.
Mungkin Liza sudah menyadari konsekuensinya tentang PHK sepihak papanya ini. Tapi dia bukan anak-anak lagi yang bisa menjadi beban bagi kedua orang tuanya.
Sekarang Liza bahkan menggenggam sertifikat S1 di bidang komunikasi.
Dengan sertifikat ini Liza yakin jika dia mampu mencari pekerjaan yang cocok. Paling tidak dengan gaji yang didapatkan .Liza mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri dan tidak akan membebani kedua orang tuanya.
"oke sayang terima kasih atas pengertiannya ya. kalau kalian sudah bilang begitu maka papa akan mengundurkan diri besok pagi"kata Arnold yang sudah bisa sedikit tenang.
Beban ini akan berat jika ditanggung sendiri tapi jika sudah bersama dengan keluarga ,semuanya akan terasa ringan dan baik-baik saja.
Baru sekarang menyadari jika menyembunyikan masalah seperti yang dia lakukan sebelumnya ,itu sebenarnya adalah salah besar.
Jika saja dia meminta pendapat pada putri dan istrinya.Tentu dia akan tidak serumit sekarang. Sayangnya arnold terlambat menyadari itu. Dia pikir bisa menyelesaikan semua masalah sendirian tanpa perlu campur tangan istri dan putrinya.
"Oke kalau Papa udah tenang, ayo minum kopinya dulu nanti dingin loh pah"kata dini yang tersenyum lagi. dini paling senang melihat perubahan wajah Arnold. Arnold sudah bisa tersenyum lagi dan menurutnya semakin tampan saja.
Arnold menatap istrinya ini dengan pandangan yang berterima kasih.
melihat sinyal-sinyal yang tidak baik Liza berseru kencang.
"ih memalukan sekali kalau mau pacaran pergi saja di kamar.!"seru liza yang langsung kabur ke kamarnya sendiri.
Pasangan yang sudah menikah hampir 20 tahun itu tertawa geli melihat kelakuan Liza yang kembali absurd.
Inilah Putri yang sudah mereka. Seorang gadis ceria penuh pengertian tapi juga sedikit keras kepala.
"mah terima kasih ya atas dukungannya Papa tuh nggak tahu kalau nggak ada kalian berdua"kata Arnold bersungguh-sungguh.
"ya mas sekarang papa jangan sedih lagi ya. semua cobaan yang datang kita harus menanggungnya bersama-sama. aku mau kok hidup susah asalkan bersama papa"Kata dini.
Arnold menarik dini ke dalam pelukannya. Sekarang setelah berbicara dengan Putri dan istrinya semua kegelisahan yang dialami beberapa hari ini menghilang tanpa jejak.
Keduanya diam lagi mengingat masa depan yang belum jelas. Tapi sebenarnya tidak lagi seberat di awal.
Ini lah sebuah keluarga tiga orang yang sedang menyusun masa depan yang masih berwarna abu-abu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Dewi Nuraeni
semangat arnold
2024-07-11
0