Esok harinya, kebetulan hari libur. Ayu iseng melihat acara televisi, dan tak sengaja ia melihat acara tentang proses pemakaman almarhumah istri dari, Alvin.
"Yes, ternyata orang bayaranku tidak berbohong. Mati juga tuh wanita," gumamnya di dalam hati.
Ayu tidak sadar jika di sampingnya telah berdiri Naya yang juga telah melihat acara televisi tersebut.
"Oh, sadis amat yang dengan keji telah membunuh wanita malang itu. Aku yakin yang salah suaminya, tetapi yang terkena ajang balas dendam malah istrinya."
Ayu tersentak kaget dan menoleh ke arah sumber suara," mamah, bikin kaget saja dech."
"Kamu terlalu serius melihatnya, hingga tak sadar jika mamah dari tadi ada di sampingmu," ucap Naya menggelengkan kepalanya.
"Hheee..iya mah, aku juga heran.. Kenapa bukan yang lelakinya yang mati ya, kenapa justru wanita yang tak tahu apa-apa malah yang mati tragis," ujar Ayu.
"Hey, apa kamu sudah lupa?" Naya memicingkan alisnya.
"Nggak, Mah. Aku ingat kok, lelaki yang di televisi itu Alvin. Orang yang telah menyia-nyiakan kita, makanya aku barusan ngomong, kenapa nggak yang lelakinya saja yang mati. Dengan begitu aku akan bersorak sorai kegirangan dan akan aku adakan pesta."
Mendengar perkataan dari Ayu, Naya sedih," Ayu, bagaimanapun dia itu papahmu. Tidak sepantasnya kamu membencinya, karena suatu hari nanti jika kamu menikah butuh papahmu."
Ayu sama sekali sudah tidak menganggap Alvin itu papahnya, bahkan kelak jika ia menikah akan menggunakan wali hakim saja. Dia tidak sudi jika Papahnya yang akan menjadi wali.
Naya begitu sedih, karena mengetahui jika Ayu benar-benar sangat benci pada Papah kandungnya sendiri.
Dia berkali-kali memberikan nasehat kepada anaknya tetapi tidak juga di dengarnya, yang ada Ayu menjadi marah.
"Aku akan datang melayat dech, karena aku akan mulai beraksi kembali. Kali ini bukan dengan cara kasar dan kejam, tetapi dengan cara licik, halus tetapi menusuk dalam," batin Ayu.
Saat itu juga, ia bersiap-siap untuk segera ke rumah mewah Alvin. Bahkan ia tidak berpamitan pada Naya, karena sedang marah padanya.
"Aku lupa, ponselku yang itu di bawah bantal. Nanti yang ada ketahuan mamah."
Naya melangkah ke kamar kembali, dan meraih ponselnya. Serta tak lupa menghapus semua chat pesan dengan pembunuh bayara tersebut dan tak lupa mematahkan nomor ponsel yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan pembunuh bayaran tersebut.
Setelah merasa aman, Naya tidak akan mengetahui kejahatan dirinya, Ayu pun lekas melangkah pergi. Dan ia sempat berpapasan dengan Naya di ambang pintu.
"Ayu, kamu mau ke mana?" Naya melihat dari pakaian yang dikenakan oleh Ayu, yang serba putih.
"Kok penampilanmu seperti mau melayat saja? memakai pakaian serba putih seperti itu," ucap Naya kembali.
"Memang apa yang mamah katakan itu benar, aku akan melayat. Sudah dulu ya, mah. Taksi online sudah menunggu di depan."
Belum juga Naya selesai berbicara, Ayu sudah berlari menuju ke jalanan di mana taksi online pesanannya memang sudah datang.
"Padahal aku belum selesai ngomong, ingin bertanya melayat ke mana, siapa yang meninggal? eh main kabur saja," gumam Naya.
Tak berapa lama, mobil taksi online yang ditumpangi oleh Ayu telah sampai di depan pintu gerbang rumah mewah milik Alvin. Kebetulan pintu gerbang tersebut terbuka lebar, karena masih banyak pelayat yang datang.
Alvin sempat penasaran dengan kedatangan Ayu. Karena pada saat itu dirinya sedang menyalami para tamunya yang kebetulan berpamitan pulang, hingga ia bisa melihat kedatangan Ayu. Sedangkan Raka ada di dalam rumah sedang menemani teman-temannya.
"Pagi, Tuan Alvin."
Ayu menyapa seraya tersenyum dan menangkupkan kedua tangannya di dada.
"Pagi, juga. Sepertinya aku pernah melihatmu, tapi dimana ya? kok aku lupa?" Alvin menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Di kantor, Den Raka. Saya salah satu karyawannya. Apakah teman-teman saya sudah datang, Tuan Alvin? oh ya, turut berduka atas meninggalnya istri, Tuan Alvin."
"Oh ya, saya sudah ingat. Teman-temanmu belum ada yang kemari. Ya sudah ayok masuk, tapi di dalam ada teman-teman cowok, Rama."
"Biar saya duduk di sini saja, Tuan. Karena saya juga tidak bisa berlama-lama."
Akhirnya Ayu duduk di teras halaman ditemani oleh Alvin, tetapi tatapan mata Alvin terus saja menetap Ayu. Dari ujung kaki hingga ujung kepala. Entah apa yang ada di otaknya saat ini. Tetapi dia begitu sumringah dan matanya juga tidak berkedip. Hal ini bisa dirasakan oleh Ayu.
"Maaf, Tuan Alvin. Apakah ada yang salah dalam diri saya? sehingga anda menatap saya seperti itu ya?" Ayu pura-pura bertanya kepada Alvin.
"Tidak kok, justru saya sedang mengagumi kecantikanmu yang paripurna," ucap Alvin tanpa sadar.
"Masa sih, Tuan? Anda terlalu berlebihan dalam memuji saya, nanti yang ada saya bisa tersanjung melayang tinggi dan jantuhnya sakit,' canda Ayu.
"Biar kamu nggak jatuh, saya tangkap dech," goda Alvin menaik turunkan alisnya.
"Dasar tua-tua keladi, makin tua makin menjadi!" batin Ayu kesal.
Tak rasa percakapan mereka semakin akrab, bahkan Alvin dan Ayu saling bertukar nomor ponsel.
Namun pada saat Alvin akan mengantarkan pulang Ayu ia menolaknya," tidak usah repot-repot Tuan. Apalagi saat ini Tuan sedang ber
kabung, jadi tidak dianjurkan untuk pergi-pergi bukan? walaupun hanya sejenak saja."
"Baiklah, kalau begitu kamu hati-hati di jalan ya. Nanti kalau sudah sampai di rumah jangan lupa kirim kabar," ucap Alvin genit.
Ayu pun lekas melangkah pergi dari rumah mewah tersebut. Ia telah memesan taksi online. Di dalam taksi, dia selalu saja bergumam di dalam hatinya.
"Seharusnya aku juga berhak untuk menikmati hartanya Alvin, karena aku ini anak kandungnya juga. Aku akan merebut hartanya Alvin dengan segala macam cara."
"Aku tidak akan membiarkan Alvin merasakan kebahagiaan dengan berlimpah harta, tetapi aku akan membuatnya sengsara dan aku juga akan menguras habis hartanya."
Ayu sangat yakin, bahwa ia akan dengan mudahnya mengambil alih harta milik, Alvin. Selama dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, Alvin terus saja mengirimkan chat pesan ke nomor ponsel Ayu.
[Ayu, kalau tidak ada di kantor panggil saya om saja ya jangan Tuan. Om sangat senang dech bisa kenal kamu. Bisa untuk mengobati rasa sedihku karena meninggalnya istriku.]
Ayu membaca chat pesan tersebut seraya mencibir," istrimu mati karena ulahku, Tua Bangka bau tanah! dan tidak akan lama lagi, aku juga akan mengambil alih semua harta yang kamu miliki dengan ide brilianku."
Ayu dengan sangat malas, membalas chat pesan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Yati Syahira
bukanya ayu sumbing ya bibirnya masa alvin nggak ngenalin
2023-07-13
0
Rama Blaem Blaem
waaah.... kayaknya alvin suka deh sama ayu.... gak tau aja kalo itu anaknya🙈🙈
2023-06-06
1
Kisti
ealah anak sndiri mau kmu makan juga ya vin...gak nyambung apa desir darah dan htimu itu.dasar budak napsu kmu alvin
2023-06-05
1