Tak terasa sore menjelang, Ayu pun sudah tak sabar lagi ingin segera sampai di rumah. Hingga pada saat dirinya melangkah, tak sengaja menabrak seseorang. Karena dirinya melangkah dengan menunduk.
"BRUG!"
Tas Ayu terjatuh, dan Ayu serta orang yang di tabraknya sama-sama menunduk untuk meraih tas tersebut.
"Maaf!"
"Tidak apa-apa, lain kali hati-hati ya? untung yang di tabrak manusia, kalau tembok bagaimana coba?"
Sejenak Ayu menengadah menatap wajah pria yang ada di hadapannya tersebut. Ia pun terperangah," Papah?"
Ayu ingin sekali menampar wajah pria di hadapannya tersebut. Sekilas terbayang kenangan buruk masa lalu di wajahnya, dimana dirinya di tolak mentah-mentah oleh, Alvin.
"Oh ya, maaf ya? tadi saya cuma bercanda, tolong jangan marah. Sudah dulu ya, karena saya ingin menemui anak saya."
Alvin melangkah cepat menuju ke ruang kerja, Raka. Sementara Ayu melanjutkan langkahnya Iagi. Akan tetapi, pada saat ia baru melangkah beberapa langkah.
Alvin dan Raka melintas, sementara Alvin sedang sibuk telponan.
📱"Baiklah, pak. Di rumah sakit mana, saat ini istri saya berada ya, Pak?"
📱" Baiklah, saya sedang dalam perjalanan kesana bersama anak saya."
"Raka, kita harus cepat karena kondisi mamah kritis."
Semua perkataan tersebut bisa di dengar oleh, Ayu. Ia pun menyunggingkan senyuman.
"Yes, kritis! semoga saja dead, dan aku akan mudah untuk bisa bakss dendam. Satu mati, tinggal ayah dan anak. Tetapi sepertinya aku akan langsung mendekati, Alvin. Karena aku sangat sulit untuk mendekati, Raka. Aku nggak pikir, jika dia itu ayah kandungku. Aku hanya ingin membuatnya sengsara. Yang terpenting, aku jaga kehormatan ini."
Entah apa yang ada di otak Ayu, hingga sudah melangkah sejauh itu. Dia benar-benar sudah hilang akal, karena dendamnya tersebut.
Sementara Alvin dan Raka lekas ke rumah sakit, sedangkan Ayu pulang dengan wajah sumringah.
Hingga sampai di rumah, Naya merasa heran dengan sikap anaknya tersebut.
"Kemarin, dia sedih. Sekarang terlihat happy. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada, Ayu? apakah diam-diam, dia sudah punya pacar ya? kemarin sedang berantem dengan pacarnya?" batin Naya di penuhi dengan tanda tanya.
"Biar aku nggak penasaran lagi, sebaiknya aku tanyakan hal ini pada, Ayu dech. Tapi nanti saja, jika Ayu sedang ber santai."
Satu jam kemudian....
Ayu sedang bersantai di dalam kamarnya, dan ia sempat membuka ponselnya yang ia simpan di nakas. Bahkan senyumnya kembali mengembang, setelah melihat chat pesan dari pembunuh bayaran tersebut.
Ayu lekas menyembunyikan ponselnya di bawah bantal, pada saat melihat kedatangan Naya.
"Aduh, jangan sampai Mamah menemukan ponselku yang itu," batinnya panik.
"Ayu, kamu sedang apa? kok terlihat panik seperti itu sih?" tegur Naya heran pada saat melihat expresi wajah Ayu.
"Nggak apa-apa, mah. Barusan aku melihat film horor. Jadi baper, mamah tahu kan? aku paling nggak suka horor. Eh tadi tiba-tiba nyalain televisi langsung acara horor," ucapnya berbohong.
Naya pun percaya saja dengan apa yang barusan di katakan oleh, Ayu.
"Ayu, Mamah ingin bertanya kepadamu. Kemarin wajahmu murung dan tiba-tiba terlihat sedih sekali, dan tadi mamah lihat sepulang kerja kamu tersenyum riang. Apakah sebenarnya kamu sudah mempunyai seorang kekasih? dan pada saat kemarin, sedang bertengkar dengan kekasihmu? dan tadi kamu sudah berbaikan dengan kekasihmu hingga tersenyum?" serentetan pertanyaan keluar dari bibir, Naya.
"Mamah, aku belum punya pacar. Aku masih ingin bekerja, ingin memberikan kebahagiaan pada mamah. Tidak terpikirkan sama sekali untukku berpacaran dulu. Aku kemarin sedih karena merasa belum bisa memberi kebahagiaan buat mamah. Dan pada saat tadi pulang, aku ingat hal yang lucu dari teman di kantor," ucap Ayu kembali berbohong.
"Mah, nggak usah terlalu mengkhawatirkan aku ya? entah aku itu menangis atau tertawa itu sudah wajar saja. Bukannya setiap manusia juga merasakan hal yang serupa?" ucap Ayu.
********
Sementara saat ini, Alvin dan Raka sedang berduka. Karena pada saat mereka sampai di rumah sakit kondisi istri Alvin benar-benar kritis dan pada akhirnya meninggal dunia.
"Pah, bagaimana semua ini bisa terjadi pada Mamah? padahal waktu aku berangkat kerja Mamah baik-baik saja," tanya Rama di sela isak tangisnya.
"Menurut laporan saksi mata, ada seseorang yang tiba-tiba menusuk Mamah begitu saja. Dia memakai pakaian serba hitam, hingga tidak bisa ditemukan. Apalagi pada saat Mamah tertusuk, di tempat yang tidak ada CCTV. hingga polisi tidak bisa melakukan penyelidikan lebih intensif lagi," ucak Alvin.
"Kok ada yang begitu tega melakukan hal keji ini kepada Mamah? setahuku, selama ini Mamah tidak mempunyai musuh sama sekali. Bagaimana bisa, ada seseorang yang menyakitinya. Bahkan hingga meninggal dunia."
"Jika pelaku tidak bisa ditangkap, dia akan terus berkeliaran dong pah? aku sama sekali tidak terima!"
Alvin mencoba menghibur Raka yang benar-benar terpukul karena meninggalnya mamahnya yang begitu tragis," Raka, bersabarlah. Pasti suatu saat nanti pelakunya akan tertangkap. Kita percayakan saja pada Yang Maha Kuasa."
"Walaupun kita berserah sepenuhnya dan percayakan kepada Yang Maha Kuasa, jika kita tidak mencarinya sendiri, pelakunya tidak akan bisa ditemukan, Pah. Aku sangat yakin itu, impossible kitanya duduk berdiam diri, tiba-tiba pelaku tersebut tertangkap atau menyerahkan diri, rasanya itu tidak mungkin terjadi," ucap Raka kesal.
"Sudahlah, Raka. Untuk saat ini kita jangan membahas tentang pelaku penusukan terhadap mamahmu. Tapi kita harus segera memakamkan mamahmu. Kasihan juga dia, jika masih tetap berada di rumah sakit ini. Ayo kita lekas urus pemakamannya."
Saat itu juga Alvin mengurus pemakaman istrinya dibantu oleh Raka dan beberapa anak buahnya.
Di dalam hati Alvin, juga terselubung rasa penasaran dengan pelaku yang telah melakukan penusukan tersebut.
"Raka, papah juga penasaran dengan orang yang telah berlaku kejam pada mamahmu. Tetapi apa daya, karena tidak ada bukti yang kuat untuk bisa mengejar pelaku tersebut," batinnya sedih.
"Istriku tercinta, maafkanlah aku karena keteledoranku sehingga terjadi hal buruk seperti ini. Padahal biasanya kamu selalu pergi dikawal oleh seseorang, tetapi hari ini kamu nekat keluar rumah tanpa ada pengawalan dari siapapun, dan pada akhirnya terjadilah hal seperti ini."
"Kadangkala kamu keras kepala, dinasehati sangat susah. Padahal aku sangat sayang padamu, hingga mempekerjakan pengawal untuk selalu menemani dirimu ke manapun kamu pergi. Supaya kamu aman dan tidak terjadi hal buruk kepadamu."
Terus saja Alvin bergumam di dalam hatinya. Ia juga seperti Raka, belum bisa merelakan kepergian istrinya begitu saja. Kepergian yang begitu mendadak dan begitu tragis. Hanya saja, Alvin tidak memperlihatkan hal ini di depan Raka. Karena tak ingin anaknya semakin terpuruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Yasni Nellu
kenapa ayu begitu jahat....harusnya ayu bs membedakan mana yang benar dan salah...kenapa harus istri alvin...
2023-06-24
0
Rama Blaem Blaem
knpa gak papahmu aja ayu yg kau bunuh!!! istri papahmu kan gak salah.... mungkin jg gak tau tntang kamu dan mamamu🙄🙄
2023-06-06
1
Kisti
ayuuu dendamu pd ayah.knp balasnya pd orang laen hayooohhh.ayah kmu perayu ulung lhooo.
2023-06-05
1