"Kenapa Raka sama sekali tidak melirik ke arahku ya? apa dandananku kurang membuatnya terpesona, apa karena kondisi bibirku ini ya?"
"Jika seperti ini, aku akan sulit untuk bisa mendekatinya, apalagi memilikinya. Sepertinya aku harus melakukan trik licik."
Kebencian terhadap Alvin, membuat Ayu gelap mata dan akan melakukan cara licik untuk bisa membalaskan dendam dan sakit hatinya tersebut.
Sampai di rumah pun, Ayu terus saja memikirkan trik jitu untuk bisa meluluhkan hati, Raka.
"Ayu, tumben kamu melamun. Ada apa sih?" pada saat melihat Ayu melamun sendiri, di ruang tengah.
"Nggak ada apa-apa, mah. Ayu hanya sedang berpikir bagaimana caranya untuk bisa memberikan kebahagiaan untuk, mamah yang telah berjuang sendiri untuk merawat dan membesarkanku. Karena takkan mudah merawat dan mengurusku seorang diri tanpa adanya seorang suami,' ucap Ayu dengan mata berkaca-kaca.
Dia tidak akan mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Naya. Bahwa dirinya telah bertemu dengan, Alvin. Karena jika hal itu terjadi, pasti luka hati Naya menganga lagi dan pasti membuatnya menangis.
"Itu sudah menjadi tanggung jawab seorang ibu kepada anaknya. Mamah minta maaf ya, jika saja dulu mamah tidak melakukan sebuah kesalahan, pasti kita tidak mendapatkan suatu karma. Semua yang terjadi dalam kehidupan kita adalah karena suatu balasan dari karma, mamah. Mamah minta maaf karena kamu jadi ikut merasakannya."
Mendengar penuturan dari, Naya. Ayu menjadi bingung," apa maksud ucapan, mamah? aku kok sama sekali tidak tahu ya?"
Naya pun tanpa ada rasa malu menceritakan semua tentang kesalahan masa lalunya pada, Ayu Dengan tujuan supaya Ayu tidak mengikuti jejaknya.
"Jangan sampai kamu berbuat suatu kesalahan seperti yang pernah mamah dulu lakukan" pesan Naya untuk Ayu.
"Mah, nggak usah mengasihani diri sendiri seperti itu. Nggak usah merutuki diri. Bukannya mamah sudah minta maaf pada sahabat baik, mamah. Jadi semua yang terjadi itu bukan suatu karma, tetapi memang sifat, ia yang tidak baik," ucap Ayu.
Terus saja ibu dan anak ini saling debat tentang kisah masa lalu, Naya. Ayu selalu saja memuji Naya. Dimana jika wanita lain ada di posisi dirinya tidaklah akan sanggup.
"Mah, kenapa Mamah tidak berinisiatif menikah lagi? malah mamah bertahan bertahun-tahun menyandang status janda hingga sampai detik ini."
"Mah, aku minta maaf ya. Karena adanya aku, hingga mamah harus berjuang mati-matian."
Ayu tak kuasa menahan air matanya dan ia pun memeluk Naya begitu eratnya.
"Ayu, mamah yakin ada hal yang kamu sembunyikan dari mamah. Karena Mamah paham sifat anak mamah ini, tidak secengeng ini jika memang tidak ada suatu masalah. Katakan saja, Ayu. Apakah ada masalah di kantor?"
Tetapi Ayu tetap bungkam karena memang dia tidak ingin mamahnya tahu yang sebenarnya.
"Mah, untuk masalah yang satu ini aku minta maaf karena tidak akan jujur pada, mamah. Tetapi aku akan menyelesaikannya sendiri. Tenang saja mah, Alvin akan membayar mahal air mata kita! karena aku tidak akan membiarkan hidupnya bahagia."
"Dia sudah cukup bahagia selama bertahun-tahun, sementara Mamah menderita dan harus berjuang sendiri. Kini sudah cukup kebahagiaan yang Alvin rasakan. Kini saatnya penderitaan yang harus dia rasakan!'
Di dalam hati, Ayu terus saja bergumam sendiri.
*********
Esok harinya, di saat akan pergi bekerja ke kantor. Ayu tengah sibuk menelpon seseorang dengan satu nomor ponsel rahasianya.
📱" Apakah sudah paham dengan wajah target? aku akan bayar sisanya jika kamu sudah benar-benar berhasil melaksanakan tugasmu dengan baik "
📱" Tenang saja, non. Aku tidak pernah gagal dengan segala misiku. Aku pastikan, target tidak akan lolos. Apa lagi hanyalah seorang wanita."
📱"Ya sudah cepat laksanakan sekarang juga. Jangan sampai gagal! buktikan perkataanmu jika tugas akan berhasil!"
📱"Siap, Non."
Saat itu juga salah satu pembunuh bayaran dari Ayu melaksanakan tugas. Dimana dia di tugaskan oleh Ayu untuk menyingkirkan, Istri Alvin.
Senyum terlintas dari sudut bibir Ayu. Setelah sejenak menelpon salah satu pembunuh bayaran, ia lekas berangkat ke kantor. Terlebih dahulu ia menyembunyikan ponsel yang selalu digunakan untuk menghubungi pembunuh bayaran tersebut.
"Semoga saja orang itu benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, sehingga aku mendengar kabar matinya istri, Alvin,' batin Ayu.
Awal balas dendam, Ayu berusaha menyingkirkan istri Alvin. Akan tetapi tidak dengan tangannya sendiri. Melainkan memakai jasa pembunuh bayaran. Dia sudah tidak memikirkan bahwa apa yang dia lakukan adalah suatu kesalahan yang sangat fatal. Baginya, jika bisa membalas dendam, akan merasa puas dan sangat senang.
Setelah sampai di kantor, sebelum mulai bekerja. Seperti biasanya, Ayu bercengkrama dengan, dua teman baiknya. Dan tiba-tiba temannya menanyakan hal pribadi.
"Ayu, sebelumnya kita minta maaf ya. Jika pertanyaan kita ini agak menyinggungmu," ucap Ita.
"Katakan saja, nggak usah banyak basa basi. Aku nggak suka," ucap Ayu tegas.
"Ayu, apa kamu nggak pernah ingin bertemu dengan ayah kandungmu?" tanya Tia dengan agak ragu.
"Aku kira ingin bertanya tentang apa. Aku sama sekali tidak ingin bertemu dengan, ayahku yang sudah dengan kejam menelantarkanku dan menceraikan ibuku tanpa kesalahan apapun!"
"Justru di dalam hati ini ingin sekali mendengar kabar duka darinya. Tetapi hingga sampai hari ini tidak ada kabar duka darinya."
"Jika dia mati, atau setidaknya kecelakaan dan lumpuh. Aku akan sangat bahagia. Menurutku itu hukuman yang tepat untuk seorang pria yang telah jahat meninggalkan istri dan anak."
Ita dan Tia saling berhooh ria," oh jadi ayahmu seperti itu. Kami minta maaf ya, terlalu kepo dengan kehidupan pribadimu," ucap Tia.
"Nggak usah minta maaf. Itu bukan suatu kesalahan. Eh btw bagaimana perkembangan dari tantangan kita?" Ayu sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Sulit sekali untuk bisa mendekati, Den Raka."
"Ita, aku juga tidak bisa mendekatinya. Karena setiap aku sudah ada di depan matanya. Eh ia mengusir begitu saja."
"Berarti apa yang kalian rasakan itu, sama saja dengan yang aku rasakan. Aku juga tidak bisa mendekatinya sama sekali."
Selagi asik bercengkrama, datanglah Raka. Dan sontak saja semua karyawan diam tak berisik lagi, dan mereka semua fokus dengan pekerjaannya.
Beberapa jam kemudian....
Tak terasa jam makan siang telah tiba, Ayu sedang memikirkan tentang kabar tugas yang ia berikan kepada salah seorang pembunuh bayaran.
"Astaga...aku nggak membawa ponsel yang satunya.. Hingga aku tidak bisa mengetahui apakah urusannya selesai atau belum."
"Seharusnya untuk memantau berhasil atau tidaknya tugas dariku, aku membawa ponsel yang satunya lagi."
Terus saja, Ayu bergumam di dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Nonny
kok aku nggak BS buka komentarmu, Mak Eka??
2023-03-27
1