SP 11

"Bukan gila, Pak. Cuma senewen!"

Dekan tersebut mengelus dadanya karena perilaku Gavin.

"Vin, sekarang kamu jujur sama bapak! Benar kamu yang ada di dalam foto itu?"

Kini dekan tersebut menatap Gavin dengan serius.

Gavin berdehem, "Bukan, Pak!" jawab Gavin tegas.

"Lalu, bagaimana kamu bisa menjelaskan foto ini?" Dekan tersebut memperlihatkan lagi selebaran kertas foto yang mirip dengan Gavin tersebut.

"Harus berapa kali saya bilang sama Bapak, kalau orang yang ada di dalam foto ini bukan saya. Ini editan, Pak!" tegas Gavin.

Bapak dekan tersebut menghela napas panjang.

"Padahal kamu itu adalah mahasiswa paling berprestasi di sini, Gavin. Bapak gak nyangka kalau kamu melakukan pekerjaan seperti itu," dekan tersebut mengurut keningnya yang terasa berdenyut.

"Astaga, Pak. Kan udah saya bilang, itu bukan saya. Orang lain, Pak. Gimana lagi cara saya ngomong sama bapak biar bapak percaya?" Gavin menggeleng dengan dramatis.

"Oke, bapak kasih kamu waktu tiga hari untuk membuktikan kalau itu memang bukan kamu, dan jangan datang ke kampus dulu selama tiga hari itu!" ucap Dekan tersebut mengambil keputusan.

"Bahasa halusnya itu bapak nge skorsing saya, kan, Pak?" ketus Gavin menatap kesal.

"Syukurlah kalau kamu mengerti. Ya sudah, nanti Bapak akan buatkan surat kalau kamu di skor. Buktikan pada Bapak kalau orang yang ada di dalam foto itu bukan kamu, Gavin. Jangan buat bapak kecewa!"

Dekan tersebut memberikan selebaran kertas itu pada Gavin.

Dengan menghela napas panjang, Gavin mengambil kertas itu dan berdiri berjalan meninggalkan ruang dekan tersebut.

Gavin tidak melihat mahasiswa lainnya ada di koridor, mungkin sekarang mereka sudah masuk kelas masing-masing.

Gavin berjalan menuju taman kampusnya itu, duduk di kursi yang ada di tepi batang pohon.

Menatap lagi foto yang ada di tangannya itu. Gavin tahu betul kalau itu bukan dirinya. Badan Gavin tidak secungkring itu.

Menghembuskan napas kasar, Gavin memasukkan kertas itu kedalam saku tasnya.

Karena untuk tiga hari kedepannya ia di skors maka tentu Gavin sekarang harus pergi dari kampus itu.

Memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa membuktikan kalau itu bukan dirinya yang ada di dalam foto yang sudah tersebar luas di fakultasnya itu, membuat kepala Gavin terasa berdenyut.

"Hadehhh, gini amat kalau jadi orang miskin,"

***

Gavin pergi ke tempat cucian mobil lebih cepat dari biasanya. Karena hari ini ia tidak jadi kuliah, maka Gavin akan memanfaatkan waktunya itu untuk mencari uang, agar ia bisa menggunakan uangnya itu untuk mencari bukti kalau orang yang ada di dalam foto itu bukan dirinya.

"Tumben diam, biasanya berisik aja kamu, Vin," ucap pemilik dari tempat cucian mobil itu pada Gavin.

"Maklum Boss, belum makan gak ada tenaga buat ngoceh!" jawab Gavin asal.

Dia sudah makan tadi pagi, tapi hanya mie instan saja.

"Belum makan? Makan sana, di ruangan saya ada nasi lebih, istri saya tadi masukin bekalnya kelebihan," ucap Boss Gavin itu yang membuatnya terkejut.

"Tumben Boss baik?" ucap Gavin spontan yang membuat laki-laki berperut buncit itu melebarkan matanya.

"Apa kamu bilang? Jadi selama ini saya gak baik?" tanya Boss Gavin itu dengan mata yang melotot.

"Enggak! Pelit malah, gaji saya di potong terus!"

"Gak jadi saya nawarin makanan buat kamu! Batal!" ketus Boss Gavin itu yang membuat Gavin segera menepuk mulutnya yang lemes.

"Boss, kalau udah niat ngasih orang itu, jangan di tarik lagi kata-katanya. Dosa!" seru Gavin, ia segera pergi dari sana berlari ke arah ruangan Boss nya itu.

"Dasar Gavin sialan!" umpat si laki-laki berperut buncit tersebut.

***

Gavin menaiki motornya, dia akan pergi ke bengkel setelah ini. Pekerjaannya sudah selesai, para pelanggannya juga sudah jarang komplain padanya.

Tin tin....

Hampir saja Gavin terjatuh saat ia mau keluar dari gerbang utama tempat pencucian mobil itu.

"Sialan!" umpat Gavin, "Untung kaki gue panjang," sambungnya lagi.

Orang yang ada di dalam mobil itu keluar. Gavin mengerutkan keningnya saat ia melihat Kaylee turun dari dalamnya.

"Lah, ternyata si Keli," ucap Gavin.

Gadis bule itu berjalan menghampirinya, "Lo kerja disini?" tanya Kaylee menatap Gavin tidak percaya.

"Iya, kenapa?" Tanya Gavin.

"Gakpapa, sih. Kebetulan gue juga lagi mau cuci mobil," Kaylee menunjuk pada mobilnya yang berdiri tegak di sana.

"Tau, tapi gue udah mau pergi lagi ini. Lo sama temen gue yang lain aja, ya?" ucap Gavin. Ia harus pergi ke bengkel saat ini.

"Mau kemana?" tanya Kaylee.

"Ke tempat kerja gue yang lain, di bengkel," jawab Gavin.

"Ya udah, gue letakin mobil gue di sini, terus gue ikut lu, ya?" ucap Kaylee yang membuat Gavin mengerutkan keningnya.

"Yakin?" tanya Gavin.

Kaylee mengangguk.

"Oke, gue tunggu disini!"

Kaylee segera masuk kedalam mobilnya lagi untuk memindahkan mobilnya itu ke tempat cucian. Setelah itu ia berlari ke arah Gavin dengan helm yang ia bawa di tanah.

"Jangan lari-larian kayak gitu!" peringat Gavin yang membuat Kaylee mengerutkan keningnya.

"Kenapa emangnya?" tanya Kaylee heran. Ada yang salah dengan berlari?

"Gak baik buat kesehatan mata sama iman gue. Jalannya biasa aja," ucap Gavin.

Kaylee tidak mengerti dengan apa yang Gavin katakan.

Gavin menghela napas, kemudian ia melirik ke arah dada Kaylee yang membuat gadis itu langsung tersadar dan memukul bahu Gavin.

"Sialan, Lo. Dasar mesum!"

Gavin tertawa kecil, kemudian ia menyuruh Kaylee untuk segera naik ke atas motornya.

Dengan helm yang sudah terpasang ke kepala Kaylee, gadis itu memegang bahu Gavin untuk naik ke atas motor.

Melajukan motornya, Gavin dan Kaylee pergi dari sana.

"Sejak kapan Lo kerja di bengkel?" tanya Kaylee pada Gavin, sedikit maju ke depan membuat Gavin menjadi kurang fokus.

"Keli, lu nanyanya nanti aja, ya. Terus jangan mepet ke depan, iman gue gak kuat."

Dengan melebarkan mulutnya, Kaylee menepuk pundak Gavin, sedangkan laki-laki itu hanya tertawa saja.

Perjalanan yang tidak terlalu memakan waktu itu akhirnya sampai juga. Gavin dan Kaylee turun dari atas motor.

Dua orang wanita yang kemarin Gavin bantu duduk di bangku yang ada di sana.

"Kalian?" tanya Gavin, menunjuk kedua wanita itu.

"Iya, Mas. Lagi bawa motornya dia buat servis," jawab salah satu dari wanita itu, menunjuk temannya.

Gavin menoleh ke arah Bapak pemilik bengkel itu, yang hanya mengangkat bahu sembari tersenyum jahil.

Gavin tertawa kecil.

"Makasih, ya, sudah bawa motornya ke sini. Di sini pelayanannya emang oke." ucap Gavin.

Kedua wanita itu tersenyum, mereka melirik penasaran ke arah gadis bule yang datang bersama dengan Gavin.

"Keli, lu duduk di sana dulu, ya. Gue mau kerja!" ucap Gavin menunjuk bangku yang berseberangan dengan kedua wanita tadi.

Kaylee mendengus, "Kaylee bukan Keli. Lo juga bisa manggil gue Lee, sialan Lo!" dengus Kaylee yang membuat Gavin tertawa.

"Biarin, gue sukanya manggil Keli!"

"Kalian berdua pacaran?"

***

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2024-03-30

2

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2024-03-30

0

Ramlah Kuku

Ramlah Kuku

Gavin ada ada saja

2024-02-27

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!