SP 9

"Ini berapa, Pak?"

Gavin menunjuk ke sebuah helm yang berlogo Kawasaki SNI di sana.

"Empat ratus," jawab bapak itu.

"Buset, mahal amat, Pak?" protes Gavin.

"Kalau mau yang murah, kenapa gak kamu aja yang bikin sendiri?" jawab bapak itu sarkas, membuat Gavin mencibir.

"Tenang, Pak. Nanti saya bikin pabrik helm, terus bapak jadi reseller saya," ucap Gavin.

"Jangan kebanyakan mimpi, kamu. Beli helm aja masih nego,"

Kaylee tertawa mendengar perkataan bapak itu.

"Nyindirnya halus banget, Pak!" ketus Gavin.

"Sekalian beli buat Lo juga?" tanya Gavin.

Kaylee mengangguk, "Boleh!" jawabnya.

Gavin memilih helm full face hitam untuk dirinya.

"Pilih aja mau yang mana, nanti lo juga kok yang bayar!" ucap Gavin.

Kaylee mendengus mendengar apa yang Gavin katakan. "Gue kira, lu bakal bilang, 'pilih aja mana yang kamu mau, biar aku yang bayar semuanya,'. Dih," sinis Kaylee yang membuat Gavin tertawa.

"Gue gak punya duit. Nanti kalau gue udah bisa bikin perusahaan sendiri, semua yang lu mau, gua bayarin!" ucap Gavin. Kaylee mencibir.

Kaylee memilih salah satu helm untuk wanita di sana. Dan yang berwarna hitam putih adalah pilihannya.

Saat melihat Kaylee membayar helm tersebut, Gavin menggerutu, memang keterlaluan Arsene itu, hanya memberikan motor saja tidak dengan helmnya.

Untung surat-surat motor itu ada di dalam dompet kecil yang menjadi gantungan kuncinya, kalau tidak, alamak Gavin akan terus main kucing-kucingan sama polisi.

Gavin dan Kaylee keluar dari toko helm tersebut. Kaylee memegang bahu Gavin untuk naik ke atas motor tinggi tersebut.

"Bisa?" tanya Gavin saat Kaylee sedikit kesusahan saat naik.

"Bisa," jawab Kaylee singkat.

"Pegangan, gue bakal ngebut. Udah telat buat kerja soalnya!"

Setelah mengatakan itu, Gavin segera memasukkan gigi motornya hingga membuat Kaylee sedikit terkejut dan merapat ke depan.

"Main nyosor aja, belum sah!" ucap Gavin saat ia merasakan ada sesuatu yang meresahkan menempel di punggungnya.

"Itu juga karena Lo nya masukin gigi ga hati-hati!" jawab Kaylee yang membuat Gavin tertawa. Biasa, modus para lelaki kan seperti itu.

Julian dan Gavin adalah satu kesatuan yang sangat bertolak belakang. Julian yang taat aturan dan menghormati wanita, dan Gavin yang berandalan dan suka modusin wanita. Keren, gak, tuh?

Dengan melajukan motornya dengan kencang, Gavin meninggalkan toko helm tersebut. Mereka singgah sebentar di dekat warung yang menjual air botol mineral untuk radiator mobil Kaylee yang mogok.

Tiba di dekat mobil Kaylee, keduanya turun dari atas motor tinggi itu. Dengan Kaylee yang memegangi bahu Gavin.

Gavin memasukkan air itu untuk radiator mobil Kaylee yang panas. Hingga beberapa saat Gavin mencoba untuk menghidupkan mobil Kaylee. Dah syukurnya menyala.

"Ah, senangnya," Kaylee bisa bernapas lega saat mobilnya hidup kembali.

"Makanya, kalau punya mobil itu di periksa, jangan cuma di pakai aja tapi gak di rawat," sindir Gavin pada Kaylee.

Gadis bule yang sangat fasih berbahasa Indonesia itu hanya mendengus, "Itu karena gue gak ngerti mesin," ucap Kaylee membantah.

"Kan bisa suruh supir atau Bokap lo! Alasan aja," ucap Gavin.

"Bokap nyokap gue gak disini, mereka di Amerika!" ucap Kaylee.

"Jadi Lo tinggal sendiri di sini?" tanya Gavin.

"Heem, sekali sebulan Bokap nyokap pulang kesini," ucap Kaylee.

"Ya udah, deh. Sana naik, gue mau kerja, udah telat banget ini!"

Kaylee mengangguk, tapi ia masih menatap Gavin membuat orang yang ditatapnya itu menjadi heran.

"Kenapa, sih? Segitu banget liatnya, gue cakep? Ya emang!"

Mendengar apa yang Gavin katakan, Kaylee langsung mendengus.

"Padahal tadi mau bilang makasih, tapi gak jadi!" ketus Kaylee yang membuat Gavin tertawa.

"Sampai ketemu nanti kalau kita jodoh!" seru Gavin, ia naik ke atas motornya.

Kaylee hanya diam saat Gavin mengatakan hal itu.

Gavin mengawal mobil Kaylee sampai di jalan besar. Hingga mereka pergi ke arah yang berlawanan.

Gavin tiba di tempat kerjanya. Yaitu tempat cucian motor dan mobil.

"Wih, motor siapa yang kamu curi ini?" tanya si pemilik tempat itu pada Gavin yang baru tiba.

"Nyolong di depan tadi, Boss," jawab Gavin asal. Ia turun dari atas motornya dan segera mengganti pakaiannya.

***

"Tambahin, lah, Boss, buat beli bensin aja gak cukup ini!" protes Gavin saat ia menerima bayarannya.

"Kamu tadi udah datangnya telat, upah minta nambah lagi. Gak! Gak ada!" jawab si Boss Gavin itu.

Dengan mendesah pasrah, akhirnya Gavin menerima uang seratus lima puluh ribu tersebut.

Menaiki motornya lagi, Gavin tidak pergi ke toko barang harian tempatnya dulu bekerja itu.

Gavin berniat untuk mencari pekerjaan lain yang hasilnya lebih besar dan menguntungkan.

Gavin berpikir, tidak mungkin dia terus mengandalkan uang yang pas-pasan saja untuk hidupnya. Gavin harus bisa berubah dan membuktikan pada Papanya kalau ia bukan hanya anak laki-laki yang hobi berkelahi dan balapan liar saja.

Hari yang sudah mulai gelap, tidak membuat Gavin mengurungkan niatnya. Ia harus berkeliling untuk mencari lowongan pekerjaan. Apa saja asal ia bisa bekerja part time dan gajinya memuaskan.

Gavin berhenti di lampu merah, ia tidak membuka helmnya. Tapi ia melihat pada motor-motor yang mengantri di sana untuk menunggu lampu menjadi hijau.

"Kenapa gue gak jadi montir aja?" ucap Gavin pada dirinya sendiri.

Dengan tujuan yang sudah ada di kepalanya, Gavin melajukan motornya ke arah bengkel-bengkel yang ada di sana.

Gavin menghitung ada berapa saja bengkel yang ada di sana. Ia mencari yang paling besar dan juga maju. Agar nanti uang yang ia dapat juga besar.

Gavin menandai sebuah bengkel motor dan juga mobil yang ada di sepanjang jalan yang ia lalui.

Walaupun Gavin mahasiswa Manajemen, tapi Gavin mengerti dengan mesin. Ia belajar sewaktu masih bermain di jalanan dengan mobil-mobil dan juga motornya.

Setelah mendapatkan tempat yang menurut Gavin pas, ia akhirnya pulang. Rencananya esok pagi Gavin akan kesana untuk melamar pekerjaan.

Tiba di depan kosnya, Gavin meletakkan motornya di halaman rumah ibu kost.

"Loh, motor siapa ini, Vin?" tanya ibu kost saat ternyata ia juga baru pulang dari suatu tempat. Dengan seorang perempuan yang Gavin tau itu adalah anaknya.

Gavin hanya sesekali saja bertemu dengan anak ibu kostnya itu, karena gadis itu kuliah di luar kota.

"Motor saya, Buk," jawab Gavin yang membuat ibu kostnya itu menganga.

"Serius kamu?" tanya wanita itu.

"Iya, Buk. Ya sudah, saya ke atas dulu, Buk. Mau mandi, udah gerah banget soalnya! Mari, Buk!"

Gavin segera pergi dari sana sebelum ia ditanya-tanya lebih banyak lagi oleh ibu kostnya itu.

Di dalam kamar, Gavin membuka tas yang ia sandang dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Ingat Vin, Lo gak boleh pulang cuma bawa ijazah aja! Lo harus bisa bikin Papa sama Mama bangga, kalau Lo bukan berandalan lagi! Dan bisa menghasilkan duit dengan usaha sendiri!"

***

Terpopuler

Comments

Adil M Alwi

Adil M Alwi

up

2024-04-13

1

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2024-03-30

1

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2024-03-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!