SP 8

Gavin berjalan di koridor kampus. Hatinya terasa tenang sekarang, uang kuliah sudah ia lunasi. Jadi nanti ia bisa ujian dan menyusun skripsi dengan tenang.

"Wih ... wih, sampah kampus sekarang kayaknya lagi senang, ya?"

Gavin menghentikan langkahnya saat ia melihat Rio dan Owen menghadang jalannya.

Mendecih acuh, Gavin melanjutkan langkahnya untuk terus berjalan. Masih banyak hal penting yang harus ia urus sekarang. Pekerjaan sudah menunggunya, Gavin tidak bisa mengandalkan uang satu juta saja sedangkan semuanya sekarang butuh uang.

"Sombong amat, lu!" ujar Rio saat ia menarik kemeja Gavin dari belakang, membuat Gavin segera berbalik dan memelintir tangannya.

"Aw, sakit sialan! Lepas!!" Rio berteriak kesakitan, karena Gavin tidak tanggung-tanggung saat saat memelintir tangannya.

Owen ingin membantu, tapi untuk maju saja ia takut saat melihat mata Gavin yang menusuknya dengan tajam.

"Lepas!!" teriak Rio. Gavin tertawa sumbang, ia kemudian menghempaskan tangan Rio membuat Rio terhuyung kebelakang dengan tangan yang terasa sangat sakit.

"Kau mau juga? Ayo maju!" suruh Gavin menatap pada Owen.

"Dasar gila!" umpat Rio menatap Gavin sengit.

"Kalau kau tau aku gila, lalu kenapa kau mau berurusan dengan orang gila?" tanya Gavin, dengan senyuman sinis ia pergi dari sana meninggalkan kedua orang yang mengepalkan tangan itu.

Gavin menaiki motornya, ia akan pergi ke tempat kerjanya sekarang. Walaupun pekerjaannya selalu membuatnya makan hati, tapi Gavin selama ini menggantungkan hidupnya di sana.

Dengan motor besarnya, Gavin melewati jalanan yang sedikit sepi. Di sana ia melihat ada sekelompok orang yang sedang menghadang mobil hitam disana.

Gavin menajamkan matanya. Ia seperti mengenali wanita itu.

"Si Keli?" ucap Gavin saat ia melihat wajah gadis bule yang bernama Kaylee itu sekilas. Mencoba untuk melawan para preman tersebut. Hingga preman tadi menahannya.

Memarkirkan motornya, Gavin turun dan berjalan mendekat ke arah Kaylee.

"Woi! Kalau kalian beneran laki, mainnya jangan sama perempuan, dong! Lawan gue nih!" teriak Gavin menghentikan kegiatan para preman itu.

Gavin berjalan mendekat ke arah Kaylee.

"Keli, lu gak apa-apa, kan?" tanya Gavin.

Kaylee mendengus, apa Gavin tidak melihat kalau preman itu menahan tangannya.

"Mata Lo buta? Lo gak liat, gue di tahan gini?" tanya Kaylee sarkas. "Lagian nama gue tuh, Kaylee, bukan Keli!" tegas Kaylee kesal.

"Suka-suka gue, dong! Ngapain lu yang ribet?"

Semua preman itu menatap mereka berdua dengan aneh. Di saat genting seperti ini sempat-sempatnya mereka berdebat hal yang tidak penting seperti itu.

"Berisik!!" bentak ketua dari preman tersebut yang memegangi Kaylee.

Gavin dan Kaylee terdiam.

"Heh, kalau kalian benar-benar berani, lawan gue, jangan lawan perempuan!" ucap Gavin.

"Sok iya lu!" bentak salah satu preman tersebut, menunjuk Gavin. Ia berjalan maju untuk melawan Gavin.

Gavin maju melawan salah satu dari preman tersebut. Preman itu menghadangnya dan melayangkan pukulan, tapi Gavin berhasil menangkis pukulan tersebut dan memberikan sebuah pukulan di perut buncit preman itu.

"Sakit?" tanya Gavin menatap pada preman yang memegangi perutnya itu.

"Sialan!" melihat temannya kesakitan, preman yang lainnya maju ke depan untuk memberikan Gavin pukulan. Karena emang dasarnya Gavin yang berandalan ia bisa menahan serangan preman tersebut.

"Sakit, ya?" tanya Gavin, menatap preman yang kesakitan itu.

"Berisik!!" teriak preman itu.

Temannya yang lain maju, dan ia juga sama, mendapatkan bogeman mentah di wajahnya dari Gavin.

Kini yang tersisa hanyalah preman yang memegangi Kaylee.

"Maju gak, lu!" suruh Gavin. Dengan terpaksa preman tersebut melepaskan Kaylee dan maju melawan Gavin.

Belum sampai ia melayangkan pukulan ke arah Gavin, sebuah tendangan mendarat di selangkangannya dan mengenai benda pusakanya yang berharga.

Preman itu menjerit dengan memegangi benda itu, rasa sakitnya melebihi rasa perempuan melahirkan.

"Duh, pecah gak ya?" tanya Gavin meringis, ikut merasa ngilu dengan apa yang dilihatnya.

"Boss, pecah gak?" tanya salah seorang dari preman itu yang melihat Boss mereka kesakitan.

"Sakit goblog! Pakai nanya lagi!" bentak si preman tadi.

Kaylee hanya diam, ia memalingkan wajahnya agar tidak melihat sesuatu yang menggelikan menurutnya itu.

"Pergi gak kalian! Mau gue tendang juga?" bentak Gavin pada semua preman tersebut. Dengan terbirit-birit mereka bangkit berlari ke arah motor mereka.

"Gimana? Ada yang luka?" tanya Gavin pada Kaylee yang masih diam menatap motor para preman itu meninggalkan lokasi.

"Aman, gak apa-apa!" jawab Kaylee.

"Baguslah!" jawab Gavin singkat. "Lain kali hati-hati, di sini emang rawan perampokan kayak tadi! Jangan jalan-jalan sendiri lagi!" sambung Gavin memberikan peringatan.

Kaylee mengangguk, "Makasih!" ucapnya singkat.

Gavin mengangguk, "Ya udah, sekarang Lo mau kemana?" tanya Gavin.

"Mau pergi dari sini!" jawab Kaylee yang membuat Gavin mendengus.

"Serah dah! Gue pergi dulu, hati-hati nanti di rampok lagi!" peringat Gavin.

"Heh! Tungguin!" teriak Kaylee membuat langkah Gavin berhenti.

"Kenapa lagi?" tanya Gavin.

Kaylee diam, ia memandang ke sembarang arah.

"Lama, gue pergi nih!" ancam Gavin yang membuat Kaylee segera menahannya.

"Mobil gue mogok, bantuin dong," ucap Kaylee akhirnya.

Gavin jadi mengerti, kalau ternyata preman tadi bukan menghadang Kaylee tapi memang mereka melihat kesempatan bagus saat mobil Kaylee mogok.

"Gak coba telpon bengkel?" tanya Gavin.

Kaylee menggeleng, "Gak punya nomornya," jawabnya.

Gavin mendesah, "Biar gue liat dulu!" ucapnya.

Gavin berjalan menuju mobil Kaylee, dan membuka bagian yang menutupi mesin mobil itu.

Gavin mengutak-atik sebentar hingga ia tahu apa yang menjadi penyebab mobil Kaylee mogok.

"Air radiatornya kering, makanya mogok. Mesin mobil kamu panas!" ucap Gavin menjelaskan.

"Oh," Kaylee mengangguk, ia memperhatikan Gavin yang menutup lagi kap mobilnya.

"Tunggu disini, gue beliin air mineral bentar!" ucap Gavin. Ia hendak berjalan lagi ke arah motornya.

"Gue ikut! Takut nanti ada preman lagi!" ucap Kaylee menahan Gavin.

Gavin mengangguk, "Ayolah! Tapi lu yang bayar, ya?" Gavin menaikkan sebelah alisnya.

Kaylee mendengus, "Laki perhitungan amat, sih!" dengusnya.

"Bukan perhitungan, gue aja nyari duit sehari susah amat!" ucap Gavin. "Gak ada helm," sambungnya.

"Gakpapa, nanti biar gue yang beliin Lo helm, sebagai ucapan terimakasih," ucap Kaylee yang membuat Gavin berbinar.

"Seriusan?"

"Iya, ayok!" Kaylee menepuk pundak Gavin agar laki-laki itu segera melajukan motornya. Mereka meninggalkan mobil Kaylee di sana begitu saja.

Setelah menempuh jalan tikus agar tidak terkena razia, akhirnya kini mereka sampai di toko helm.

Kaylee turun dengan memegangi bahu Gavin.

"Ayok!" ajak Kaylee. Gavin mengangguk.

"Nanti kalau gue udah punya banyak uang lagi, gue ganti, deh, uang buat bayar helmnya," ucap Gavin sembari mengikuti langkah Kaylee untuk masuk ke dalam toko helm tersebut.

Kaylee tertawa kecil, "Gue gak miskin, jadi Lo tenang aja. Gak bakal habis duit gue mah tujuh turunan juga," ucap Kaylee dengan enteng.

Gavin mendengus, "Gue juga kaya, emang lagi bereksperimen jadi orang miskin aja ini,"

***

Happy reading, semoga suka

Terpopuler

Comments

Angell yoland

Angell yoland

bereksperimen yaa 🤣🤣🤣🤣

2024-04-14

0

Adi top Adi

Adi top Adi

parah

2024-03-31

0

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2024-03-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!