SP 7

Kini giliran Gavin yang bersidekap dada. Ia menatap Owen yang duduk di kursi depan polisi.

Gavin tidak sendiri, pemilik bar itu juga datang ke sana, bahkan gadis judes itu juga ikut.

Owen dan Emily menandatangani surat pernyataan kalau mereka bersalah. Dan juga surat ganti rugi untuk mengganti wine mahal itu.

Setelah semuanya selesai, Gavin berjalan keluar dari kantor polisi itu. Di sampingnya ada si gadis judes yang mengekor.

Malam ini benar-benar sudah sangat larut. Gavin tidak menyangka kalau kedatangannya ke bar itu menyebabkan banyak masalah.

Gavin menoleh ke arah Kaylee yang berjalan sendiri di belakangnya.

"Kau tinggal dimana?" tanya Gavin. Gavin merasa sangat harus berterimakasih pada gadis judes itu. Kalau bukan karena Kaylee, Gavin yakin kalau ia akan di penjara saat ini. Terlebih dia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Bukan urusanmu!" jawab Kaylee singkat, membuat Gavin mendengus.

"Aku hanya ingin berterimakasih, karena kau sudah menolongku tadi," ucap Gavin. Ia berdiri mensejajarkan langkah dengan Kaylee.

"Tidak perlu! Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Karena kau memang tidak bersalah," jawab Kaylee.

Gavin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kenapa gadis ini sulit sekali di dekati.

"Ya sudah, mau aku antar pulang?" tanya Gavin dengan senyuman lembut.

"Memangnya kau punya apa untuk mengantarkan aku?" tanya Kaylee yang membuat Gavin langsung kehilangan kata-kata.

"Ya ampun, kata-katamu menusuk jantungku," ucap Gavin dramatis.

Puftt...

Gavin terkejut saat melihat Kaylee hampir menyemburkan tawanya karena mendengar kata-katanya.

"Sudah! Aku bisa pulang sendiri! Selamat tinggal!"

Tanpa memberikan Gavin kesempatan untuk bicara, Kaylee pergi dari sana. Gavin ingin mengejar, tapi ia teringat dengan kata-kata Kaylee yang menanyakan apa yang dia punya. Membuat Gavin mengurungkan niatnya.

Gavin hanya bisa menatap jejak Kaylee yang sudah masuk kedalam sebuah taksi yang dihentikan oleh gadis itu.

***

Gavin sudah selesai mandi. Kini ia bersiap untuk pergi ke kampusnya. Gavin yakin, nanti pasti akan banyak masalah yang datang menghampiri dirinya. Terlebih setelah kejadian dengan Owen dan Emily semalam.

Gavin keluar dari kamar kostnya, tiba di depan halaman, Gavin mengerutkan keningnya saat melihat sebuah motor ninja ada di sana. Masih sangat baru dan sangat gagah.

Yang membuat Gavin lebih terkejut lagi adalah, ada Arsene yang berdiri di samping motor itu.

Setelah sekian tahun tidak melihat wajah Arsene, Gavin menjadi semakin pangling melihat wajah tampan tersebut.

"Yooo ... lihatlah, siapa yang berdiri di depanku saat ini? Setelah membuang aku ke jalanan sekarang kau masih berani berdiri di hadapanku?" Gavin menyindir Arsene yang berdiri dengan wajah datar di depannya.

"Maaf, Tuan muda. Bukankah Tuan muda yang berdiri di depan saya?" tanya Arsene yang membuat Gavin menganga.

"Kau ... kau?!" Gavin menunjuk Arsene, ia tidak dapat berkata-kata saat Arsene mengatakan hal tersebut.

Karena memang benar, dia yang menghampiri Arsene dan berdiri di depan laki-laki itu.

"Mau apa kau kemari? Mau pamer motor baru? Karena aku tidak bisa memiliki motor? Hah? Biadab sekali kau ini!" ketus Gavin kesal. Ia menatap Arsene dengan tatapan permusuhan.

"Saya ingin mengantarkan motor untuk Tuan muda," jawab Arsene yang membuat Gavin terkejut.

"Untukku? Papa sudah mencabut hukumannya? Sungguh?" tanya Gavin berbinar senang, ia bahkan sampai mengguncang bahu Arsene saking bahagianya.

"Bukan, Tuan muda. Tuan besar tidak mencabut hukumannya. Dia hanya kasihan saja pada Tuan muda, karena tidak memiliki apapun untuk mengantarkan seorang perempuan untuk pulang," jawab Arsene.

Gavin menajamkan matanya saat mendengar apa yang Arsene katakan. Sebenarnya Arsene ini sedang menyindirnya atau apa? Kok kesal, ya?

"Kau tahu dari mana kalau aku tidak bisa mengantarkan seorang perempuan untuk pulang?" tanya Gavin, menatap tajam Arsene. Ia teringat akan kata-kata Kaylee semalam.

"Karena Tuan muda kan memang sedang miskin dan tidak punya kendaraan," jelas Arsene yang membuat Gavin ingin sekali menggeplak kepala laki-laki yang lebih tua darinya itu.

"Kata-katamu memang selalu menyakitkan!" pasrah Gavin. IQ Arsene yang di atas rata-rata selalu membuatnya kewalahan. Bahkan karena satu kalimat yang keluar dari mulut Arsene saja, itu sukses membuat Gavin kehilangan kata-kata.

"Ini kuncinya, Tuan," ucap Arsene menyerahkan kunci motor ninja berwarna hitam itu pada Gavin.

"Kau serius ini untukku." tanya Gavin lagi, masih tidak percaya. Bahkan dia belum di wisuda. Uang kuliah saja nunggak belum di bayar, dan sekarang Gavin tidak tahu harus mencari uang kemana. Apa dia jual saja motor ini, ya?

"Kalau Tuan muda tidak mau, saya bisa membawanya kembali pulang," ucap Arsene yang membuat Gavin langsung menahan laki-laki itu.

"Tidak-tidak! Aku tidak mau menolak rezeki!" ucap Gavin. Ia segera merebut kunci motor itu dari tangan Arsene.

Lumayan, walaupun hukumannya belum di cabut, setidaknya sekarang dia punya motor. Jadi betisnya tidak akan bengkak lagi karena berjalan terus kalau pergi kemana-mana.

"Bensinnya full, gak, nih?" tanya Gavin. Ia tidak punya uang yang cukup saat ini untuk membeli bensin.

"Di kartu ini, ada uang dua juta. Tuan besar akan memberikan Tuan muda uang bulanan sebesar satu juta, pergunakan dengan baik!" ucap Arsene.

Gavin menatap ternganga pada kartu ATM yang ada di tangannya. Menatap Arsene dengan tajam.

"Satu juta doang sebulan? Lu kira cukup?" tanya Gavin kesal.

"Kalau Tuan muda tidak mau, saya bisa kembalikan pada Tuan besar," jawab Arsene yang membuat Gavin langsung memasukkan kartu itu ke dalam saku celananya.

"Rezeki gak boleh di tolak!" ucap Gavin. "Btw, pin nya apa?" tanya Gavin.

"Tanggal lahir Tuan muda," jawab Arsene.

"Oke, deh! Makasih, ya!" ucap Gavin.

Arsene mengangguk, "Jalani hukuman Tuan muda dengan baik. Saya permisi dulu!" ucap Arsene ia meninggalkan Gavin dan masuk ke dalam mobilnya.

Gavin menatap kepergian Arsene dalam diam. Kemudian ia berceloteh. "Enak amat hidupnya, naik mobil, sedangkan gua naik motor! Sebenarnya yang anak papa itu, gue apa Arsene, sih?"

***

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun ini Gavin kembali membawa motor besar. Gavin membawa motornya ke parkiran kampus.

Semua mata menatap ke arahnya. Gavin hanya acuh saja, ia sudah biasa menjadi pusat perhatian. Saat kaya ataupun miskin. Jadi bisa dibilang, Gavin sudah memakan asam manisnya kehidupan.

Dengan langkah yang lebih ringan dari biasanya, Gavin berjalan menuju ruang dekan. ATM yang diberikan oleh Arsene tadi sudah ia bobol dan kirimkan untuk membayar uang kuliahnya.

"Pagi, Pak," sapa Gavin saat ia membuka pintu ruang dekan tersebut.

"Pagi!" jawab Dekan tersebut.

"Uang kuliah udah saya bayar, ya, Pak. Udah bapak cek?" tanya Gavin.

"Udah, dapat uang darimana kamu?" tanya dekan tersebut dengan sarkas

"Nguli Pak, siang malam. Bahkan saya semalam ngepet!"

***

Terpopuler

Comments

Yan Sofian

Yan Sofian

buuuuaaaakaaaakaaaaakaaaaaakaaaaaaaa.....!!!!

2024-05-03

0

Inyoman Raka

Inyoman Raka

yeah vin vin

2024-04-22

1

Mario Talumewo

Mario Talumewo

natural... oon.. 🤣 🤣 🤣 🤣

2024-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!