Brother In Love

Brother In Love

Benci kamu

BRAKK!!

Adam beringsut ke samping menghindari buku tebal yang dilempar Ivy ke arahnya. Buku itu membentur tembok di belakangnya diiringi dengan tatapan tak percaya Adam yang menatap Ivy dengan mulut ternganga.

Wajah Ivy merah dan ia terengah-engah mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

“Kamu itu bukan kakakku! Nggak usah seenaknya ngatur hidupku! Mau aku pacaran sama siapa, mau aku main sama siapa, mau aku nikah sama siapa, itu urusan aku dan orang tuaku!!” seru Ivy.

“Orang tua kamu-“

“Orang tuaku ya orang tuaku! Bukan punya kamu, Kak!!” dengan langkah menghentak-hentak, Ivy menangis dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas, lalu ia membanting pintu kamarnya dengan keras.

Begitu kerasnya sampai-sampai jendela ruangan di sekeliling Adam bergetar.

Adam menggigit bibirnya sambil termangu menatap ke arah kamar Ivy di lantai atas. Kamar itu tertutup dan terdengar isak tangis Ivy dari dalam.

“Ck!” cowok itu berkacak pinggang dan menunduk. Lalu menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.

Kejadian sejam yang lalu membayanginya.

Ivy pacaran dengan Andy.

Suatu hal yang tidak ingin terjadi dalam hidupnya.

Karena Adam sangat mengerti tabiat Andy. Adam tahu semua perbuatan tercela Andy, Adam tahu sampai ke dalam-dalamnya, karena mereka berteman. Teman yang lumayan akrab. Ke mana-mana Andy bersama dengan Adam. Walau pun mereka memilih jalan yang berbeda dalam hal pergaulan, Adam lebih kalem dan perhitungan. Ia juga termasuk cowok yang pemilih dalam mencari pacar karena rasanya tidak ada gadis yang menarik di matanya.

“Dari sekian banyak cowok kenapa harus Andy sih, Vy?” desis Adam sambil menggaruk kepalanya dan mengacak-ngacak rambutnya. “Parah sumpah,” gerutunya sambil duduk di kursi ruang tamu dan mengutak-atik ponselnya.

“Halo Mah.” Sapa Adam setelah bunyi tanda berdering diangkat.

“Hey cah bagus,” sambut mamanya di ujung sana.

“Lagi ngapain Mah?”

“Kamu telepon Mama cuma mau nanya lagi ngapain?” terdengar suara cekikikan Mamanya dari seberang sana.

Mama saat ini berada di Italy dengan pacar barunya, sementara Papa juga berada di Spanyol bersama wanita lain yang akan dinikahinya. Dengan kata lain, mereka broken home. Namun Papa dan Mama masih sering bertemu dan mengobrol mengenai anak-anak mereka, dengan kata lain mereka berpisah secara baik-baik.

Adam pun menghela nafas berat.

“Berantem lagi sama Ivy ya?” tebak Mamanya.

“Hm...” gumam Adam.

“Berantem kalian makin intens ya sejak Mama ke Italy,” suara Mama pun terdengar lemah. Terdengar ia khawatir akan keberlangsungan hidup anak-anaknya.

“Tiap hari aku dilempar barang,” gerutu Adam lagi.

“Waduh, rumah kacau balau dong?! Kamu gimana keadaannya, masih bisa berdiri kan?!”

“Ya Ampun Mah... jangan bercanda dong,”

“Ivy kalau lempar barang nggak tanggung-tanggung loh! Hehehe,”

“Dia pacaran sama Andy kali ini,” dengus Adam.

“Ohya?! Andy... yang teman kamu itu?” suara mama terrdengar suram.

“Yah,”

“Yang kata kamu minggu lalu bikin mabok cewek terus dia pake itu?”

“Pake... mama kata-katanya begitu ih,”

“Lah kan bener dong!”

“Kan mereka sama-sama mau Mah,”

“Ya tetap saja Ivy jangan dekat-dekat sama Andy dong Adaaaaam!”

“Makanya aku dilempar buku,”

“Kenapa sekarang mereka jadian?!”

“Andy baru putus sama cewek mabok yang kemarin,”

“JANGAN MAIN-MAIN KAMU ADAM!! Kok kamu bisa santai-santai begitu?! Sini Mama mau ngomong sama Ivy!”

“Kamarnya dikunci Mah, aku takut dilempar buku lagi!”

“Kamu sama buku aja kok takut sih! Mama telepon Ivy sekarang!”

Dan Mamanya menutup telepon dari Adam.

Adam duduk bersandar dengan santai di sofa, lalu mengamati sekelilingnya. Ia menunggu sebuah pertanda dari lantai atas.

Kenapa ya ia selalu dipercaya untuk menjaga Ivy? Dan kenapa semarah-marahnya Ivy padanya, gadis itu selalu saja berada di dekatnya? Adam juga tidak ada keinginan untuk berkuliah di luar negeri atau pun mencari pekerjaan di luar kota.

Padahal kalau ia mau, bisa saja ia lakukan semua itu.

Toh, Ivy bukan tanggung jawabnya.

Tahun ini Gadis itu sudah berusia 18 tahun, sudah dianggap mampu untuk mandiri.

Apalagi kedua orang tua mereka kayaraya. Ivy dapat bersekolah dengan leluasa di manapun ia mau, di negara maua pun yang ia tunjuk, dengan rumah tinggal yang layak dan tidak pernah merasa kelaparan.

Tapi bahkan, saat Papa dan Mama memutuskan untuk berpisah, dan mereka mulai menjalin cinta yang baru dengan pasangan mereka masing-masing. Mereka pun tinggal di negara yang berbeda, Ivy dan Adam tetap di Jakarta, menempati rumah lama mereka.

Hanya berdua.

Tanpa ART tanpa Satpam, tanpa pengurus lain.

Bahu membahu mereka merawat rumah ini, rumah peninggalan Mama dan papa, rumah kelahiran Ivy.

Juga rumah pertama Adam di mana keluarga hangat menyambutnya, saat ia berusia 14 tahun.

Karena,

Selama 4 tahun lamanya ia tinggal di Panti Asuhan. Sejak usianya 10 tahun.

Adam masih teringat kecelakaan yang menimpa orang tua kandungnya saat ia berusia 10 tahun. Orang tua Adam ekspatriat yang menetap di Bali. Mereka tinggal di Indonesia sudah lama, dan Sang Ibu melahirkan Adam di Indonesia. Jadi setelah kedua orang tuanya meninggal, Adam diurus dinas sosial.

Kebanyakan orang yang mau mengadopsi anak, mencari yang usianya masih kecil atau bayi. Saat itu Adam kecil, lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca buku atau bermain komputer di perpustakaan Panti, saat hari kunjungan ia malah bersembunyi dengan biolanya di gudang belakang. Bermain musik sambil melamun, membayangkan Papa dan Mama kandungnya masih hidup.

Adam tidak menginginkan orang lain menjadi orang tuanya.

Tapi semua berubah saat di usianya yang ke 14 tahun, ia melihat gadis kecil mengunjungi Panti Asuhan.

Ivy.

Ivy yang berusia 7 tahun sedang mengunjungi pantinya bersama kedua orang tuanya. Saat itu Papa dan Mama Ivy masih bersama. Belum ada banyak keributan yang terjadi. Namun inti permasalahannya sudah ada.

Rahim mama Ivy terpaksa harus diangkat karena terakhir keguguran mengakibatkan komplikasi serius.  Sementara Papa Ivy sebenarnya masih mendambakan memiliki anak kedua, tapi ia pasrah saja menerima kondisi istrinya. Dan karena Ivy sering tampak kesepian, anak itu tidak punya banyak teman dan lebih sering menyendiri, Papa dan Mama Ivy berinisiatif membawa Ivy liburan ke Bali.

Kata mereka, secara mengejutkan dalam perjalanan ke Nusa Dua, Ivy tampak antusias menatap ke gedung Panti Asuhan tempat Adam berada.

Apalagi saat berada di dalamnya, Ivy bilang, “Teman-teman di sini ramah-ramah Mah, beda sama teman Ivy di sekolah sombong-sombong,”

Saat itu, Papa dan Mama ivy baru mengerti kenapa Ivy selalu sendirian dan tidak punya banyak teman.

Ivy korban Bully.

Tapi setelah ditanya, apa saja yang mereka lakukan dan siapa saja pelakunya? Ivy hanya bilang “Udah deh Mah, Ivy malas ngomongin itu,” katanya.

Terpopuler

Comments

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

cuma mau kasih info aja😁✌️
-Lady's gentleman ✓
-Limerence ✓
-Der dieb(Mein Herz)✓
-the bitter three ✓
-papa aku cinta istrimu √
-catatan Rahwana √
-bodyguard kemayu✓
-cinta orang kantoran part 1√
-mas eling dong✓
-tetangga cinta orang kantoran part 2√
-sang manager(Lg baca)√
-Adeline (lagi baca)√

aku baru selesai baca cerita ai awsoo, Nyambi nunggu cerita Regi& ratu ,sama cerita Adel up..
rekomendasi dong Thor dari bodyguard kemayu baca apa biar nyambung gitu🙏

2024-07-07

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BLM BISA KOMEN, KRN BRU MMPIR. KNR BRU NAMATIN SI FELIX & CINTYA.. TDINYA MAU MMPIR KE LIMERENCE, ATAU KE SENA & SANDRA, TPI COBA NAMATIN ADAM.& IVY AZA DLU... BABNYA JUGA SEDANG, 40 BAB DOANK.. MESKI ADA YG LBH RINGKAS...

2023-10-14

1

eMakPetiR

eMakPetiR

baru mendarat ..
n nyoba mnjejak dulu..

salam kenal othor..

2023-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!