“Bebé, dia siapa?” suara seorang wanita membuat mereka menoleh berbarengan ke sosok di sebelah Papa Adam.
Seorang wanita, cantik, berkulit kecoklatan eksotis, dan berambut panjang ikal.
Alka tidak ragu untuk menunjukan ketertarikannya, tapi Adam hanya menatap wanita itu sekilas dari atas ke bawah, lalu melengos untuk kembali berbicara dengan Papanya.
"Walau pun Ivy tidak ingin bertemu Papa, setidaknya Papa menunjukan eksistensi," Adam pun duduk di salah satu kursi sambil memanggil waaiter untuk memesan minum.
"Papa percayakan saja padamu," kata Papanya.
"Anak perempuan adalah tanggung jawab ayahnya," desis Adam.
"Papa masih bertanggung jawab kok, setidaknya masalah keuangan,"
"Kalau keuangan dan kesejahteraan Ivy, aku juga bisa memenuhinya sendiri, Pah,"
"Setidaknya ada hubungan kerja sama di antara kita," Papa pun menyeringai.
Adam hanya menarik nafas dan menghembuskannya dengan berat.
"Ini anak kamu, Beb?" wanita di sebelah Papa memperhatikan Adam sambil menyangga dagu di pinggir meja. Tampak ia sangat tertarik dengan Adam.
"Ah, ini klien kita Dam, namanya Cassandra," kata Alka.
"Oh, hai," Adam mengulurkan tangan hendak menjabat tangan Cassandra.
Cassandra mengangkat tangannya tapi dengan memperlihatkan punggung tangannya ke depan Adam, seakan sedang memamerkan cincin berliannya.
Adam sebenarnya mengerti wanita di depannya ini minta dicium tangannya. Tapi dengan cueknya, Cowok itu melepaskan tangan Cassandra dan menunjukan raut wajah tidak tertarik.
Dingin, dan serius.
Adam pun membuka laptopnya dan mendiskusikan masalah pekerjaan.
"Aku ingin memasarkan tas koleksiku, merknya kebanyakan dari Eropa," desis Cassandra sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Adam.
Papa Adam memandang Cassandra sampai menaikkan alisnya. Alka bahkan fokus ke belahan dada Cassandra.
"Apa yang bisa kami bantu?"
"Aku ingin dibuatkan display supaya foto setiap piecenya menarik, jadi aku ingin display yang glamor, mungkin beberapa warna agar bisa kusesuaikan dengan warna tasnya. Juga tampilan di web dan online shopnya bisa eye-catching," kata Cassandra dengan gerakan tubuh yang meliuk-liuk.
Adam tahu gerakan tubuh semacam ini. Gerakan menggoda.
Terus terang saja ia tidak tertarik.
Apalagi Cassandra adalah Pacar Papanya sendiri.
Se-seksi-seksinya Cassandra, sekuat tenaganya berusaha memperlihatkan lekukan tubuhnya ke Adam, cowok itu menatap Cassandra tanpa ekspresi.
"Kamu anaknya Bebe, berapa umur kamu?" tanya Cassandra.
"25," jawab Adam pendek.
"Wah kita nggak beda jauh yaaa! Aku baru 20 tahun loh! Lucu juga nanti kalau punya anak tiri yang usianya lebih tua, haha,"
"Hm," gumam Adam cuek, "rangkaian display untuk warna merah konsepnya seperti ini saja bagaimana?"
"Terserah kamu laaaah, ngomong-ngomong kamu di perusahaan ini jabatannya apa?"
"Art Director, merk apa saja yang Mbak Cassandra punya?"
"Banyak, koleksi lama dari pacar-pacarku sebelum Bebe. Aku sayaaaaang banget sama Papa kamu, jadi koleksi kenangan mantan mau kujual saja,"
Kata-katanya bernada seakan ia ingin membuat Adam cemburu.
"Gimana kalau kamu datang aja ke tempatku dulu, lihat kondisi barangnya?"
"Ohiya, memang itu bagian dari tugas kami, nanti Alka datang untuk melakukan pengecekan," kata Adam.
"Bukankah itu tugas kamu?"
"Kalau saya, nanti konflik kepentingan. Kan Mbaknya pacar Papa saya. Jadi saya bantu Display saja, lain-lain silakan langsung ke Alka,"
Cassandra mengernyit menatap Alka yang duduk sambil menggoyang-goyangkan kakinya tanda kegugupannya. Alka menyeringai ke Cassandra dengan canggung.
Cassandra menatap Alka dengan ragu sampai-sampai memicingkan matanya.
"Jangan kuatir Mbak, dia lebih berpengalaman daripada saya," Adam menutup laptopnya dan tersenyum.
"Papa mau makan malam bareng kami nanti malam?" tawar Adam.
"Papa mau-"
"Oke, dimana lokasinya? Kasih tau aja, nanti kita dateng deh," Seru Cassandra bersemangat.
"Aku ada meeting dengan klien nanti malam, kan itu tujuan kita balik ke Jakarta," Bisik Papa ke Cassandra. Tapi Adam masih bisa mendengarnya.
"Kalau nggak bisa, aku ngerti kok Pa, cuma jangan lupa tengok Ivy saja. Dia masih butuh figur ayah," kata Adam.
"Gimana kalau aku sendiri saja yang menemani kamu makan malam?" tawar Cassandra.
Sampai-sampai semua hening karena mendengar tawaran aneh itu.
Papa Adam mengernyit tidak senang, dan Adam pun mencibir ke arah Cassandra.
"Saya menawarkan makan malam HANYA ke Papa saya. justru kalau Mbaknya tidak ikut malah lebih baik," sahut Adam sambil beranjak.
"Deal masalah harga ke Alka ya Mbak, saya jalan duluan masih banyak pekerjaan,"
"Laaaah," gumam Alka kebingungan.
**
Di dalam mobilnya, Adam menyandarkan kepalanya ke kursinya dan memejamkan matanya.
Hatinya pedih.
Melihat Papanya dengan wanita lain selain Mama membuatnya sakit, juga diliputi rasa muak dan marah.
Kenapa Papa dan Mamanya harus berpisah? Meninggalkan dia, meninggalkan Ivy?
Walau pun perpisahan itu secara baik-baik tetap saja sangat sulit menerima kenyataan kalau kedua orang tua mereka harus tinggal bersama orang lain.
Karena,
Adam trauma dengan perpisahan.
Dan sampai setahun yang lalu, Ia masih punya keluarga yang utuh.
Kini, bisa dibilang keluarganya hanya Ivy.
Jadi Adam mengendarai mobilnya untuk pulang, berharap Ivy masih ada di rumah.
**
“Ngapain lo di sini?” dengan kesal, Adam menatap Andy yang duduk di teras rumahnya dengan santai.
“Nemuin Ivy,” jawab Andy pendek.
“Hm...” Adam berjalan menelusuri taman dan mendekati Andy.
“Ivy mutusin gue, lo tau?” tanya Andy.
Adam tidak langusng menjawab, ia berpikir sejenak. Apakah ini kalimat jebakan? Mengingat ponsel Ivy ada padanya dan yang mengirimkan kata ‘putus’ adalah Adam, bukan Ivy. Apakah Andy sudah tahu hal itu aaukah ia benar-benar bertanya?
“Emang kapan lo jadian?” tanya Adam selanjutnya.
“Kemarin sih,”
“Kok gue nggak tau,”
“Lo terlalu sibuk,”
“Gue yang sibuk atau lu yang nggak punya kegiatan,” sindir Adam.
Andy mencibir sambil duduk bersandar di kursi taman. “Ivy nggak mau ketemu gue, lo bisa nggak bantu biar dia keluar? Gue perlu ngomong nih sama dia,”
Adam menarik nafas panjang. Ia lega.
Ternyata Ivy mematuhi larangan Mama. Dan Andy belum tahu kalau ponsel Ivy ada di Adam.
“Bentar bro...” desis Adam sambil membuka kenop rumah.
Dikunci.
Lalu ia menekan kode password di smartlock, dan masuk ke dalam rumah.
Adam mengarahkan pandangan langusng ke lantai dua rumahnya, Ivy sedang ada di dalam kamar.
Tok
Tok
“Woy, princess,” sapa Adam, “Itu kenapa Pangeran kamu dibiarin diluar dinyamukin?”
Ivy meliriknya sekilas, lalu membuang muka.
“Ngambek terus, cepet keriput loh,” gumam Adam sambil berlalu dari kamar.
Adam mengambil ponselnya dari kantong dan ia putuskan untuk tidak memedulikan Ivy yang sedang ngambek. Ia mengirimkan pesan singkat ke Andy “Bro, Ivy nggak mau ketemu lo, diultimatum Nyokap. Lo balik aja,” begitu ketik Adam ke Andy.
Sekitar 5 menit kemudian, Adam melihat dari jendela kamarnya, kalau mobil Andy yang terparkir di depan rumah menjauh.
Dengan senyum sinis, Adam pun mendengus puas.
“Awas aja kalo lo sampe berani deket-deket ivy lagi,” desis Adam.
“Kaaaaak,” terdengar suara Ivy dari luar, “Balikin hapeku dooong,” gerutu adiknya itu.
“Besok aja, mau aku liat-liat dulu isinya,” sahut Adam.
“Apa sih kaaaaak!!” sungut Ivy dari luar.
Adam terkekeh dan kembali menatap ke arah luar, menatap mobil Andy yang perlahan hilang dari pandangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PARAH JUGA PAPANYA IVY, CARI PACAR KOQ YG SEUMURAN ANAKNYA, DN LBH MUDA DRI ADAM... GK TAKUT APA..? TU CASSANDRA BKN MODEL MILADY..
2023-10-14
0
Puput
Najis
2023-08-18
1
eMakPetiR
kasian y para anak yg jadi korban broken home
2023-07-11
1