Toxic Friendship

"Holaaaaa!" seru Maudy dan teman-teman Ivy saat gadis itu membuka pintu untuk mereka. "Eh gilaaaa ini rumahnya Adam loooh! Eeeh, interiornya maskulin abbiisss!"

Ivy langsung cemberut.

Ini teman-temannya. Kenapa saat masuk ke dalam rumah yang dibahas malah Adam?!

"Kamar Adam dimana Vy?" tanya teman-teman Ivy antusias.

"Di lantai dua," Ivy menjawab malas-malasan.

"Sebelah mana?"

"Tuh, yang pintunya hitam,"

"Dikunci nggak?"

"Ya jelas,"

"Adam pulang jam berapa?"

"Nggak tahu,"

Dan baaaanyak pertanyaan lain mengenai Adam.

Obrolan itu berlangsung sampai sore, semua sibuk membicarakan Adam, melihat-lihat seisi rumah.

Sampai akhirnya Ivy malas menjawab dan hanya bilang : "Nanti tanya sendiri aja, orangnya otw sini,"

"Seriuuus?"

"Eh Adam suka makan apa? Nanti kita beliin yang enak,"

"Dia suka makan temen," jawab Ivy malas.

"Kita beli-in pizza aja kali ya?" tanya Maudy.

"Boleh tuh, makan bareng-bareng pasti asik!" jawab yang lain.

"Nggak usah," desis Ivy.

"Kalo orang pulang kerja kan capek Vy, sekali-kali makan yang layak doong!" sahut Maudy.

"Lo semua nggak nanyain kabar gue?" desis Ivy.

"Ah lo paling gitu-gitu aja, standar dan nggak menarik," jawab Maudy. "Kita juga mau temenan sama lo gara-gara Adam kok,"

"Oh," jawab Ivy sambil cemberut.

"Adam suka nonton film action ya?!"

"Tuh di search aja semua history pencarian favoritnya dia semua," gumam Ivy tambah kesal. Akhirnya ia sepanjang sore hanya memainkan ponsel dan melayani kebutuhan teman-temanya sambil mendengarkan ocehan mereka mengenai Adam.

"Jawab dong kalo ditanya, Vy!" sahut Maudy akhirnya pas terakhir Ivy tidak respon terhadap pertanyaan mereka.

"Kan dah gue bilang, nanti tanya sendiri aja langsung ke orangnya," Ivy benar-benar muak terhadap segala pertanyaan tentang kakaknya.

"Elah lo gitu aja males jawab, songong bener mentang-mentang,"

Ivy menghela nafas sambil mematikan ponselnya. Ia melihat mobil Adam memasuki halaman rumahnya. "Dengerin, tinggi Kak Adam 188, berat 74kg, rambut aslinya coklat tapi dia cat jadi lebih gelap, mata hijau, dia suka semua warna, di suka hampir semua makanan terutama yang berbau sayuran. Kurang suka jajan, lebih baik dia bikin sendiri. Dia suka masak, suka bersih-bersih, makanya jangan lo kotor-kotorin ini semua yang nyapu, ngepel, ngelap, itu dia semua. Dia juga sangat perfeksionis, kalo sidik jari gue kepapar di kaca aja bisa misuh-misuh. Paling anti liat cewek pake baju seksi, menurutnya itu tidak elegan dan melawan etika, iya agak kolot emang orangnya, tapi kalau pada mau tanya ukuran alat vit-4l tuh tanya sendiri orangnya lagi nangkring di depan pintu dengerin gue ngomong,"

Serentak semua menoleh ke ambang pintu.

Adam di sana

Tampangnya bete banget.

"Pantesan sepanjang jalan aku merinding, lagi pada gibah hal mesum tentang aku ya?! Untung di jalan nggak kenapa-napa," sahut Adam sambil masuk ke rumah.

Semua teman-teman Ivy hanya bisa diam karena mereka terlalu terkesima dengan sosok Adam. Saat dilihat secara langsung, wajah Adam memang unik dan posturnya seksi. Jauh lebih tampan dibanding dengan hanya melihat dari foto.

Apalagi cara berpakaiannya yang uptodate. Hari ini dia mengenakan jeans hitam robek dibagian lutut, sepatu canvas dan kemeja hitam yang lengannya dilipat sampai siku.

"Hai, Adaaaam, capek ya? Kita beli pizza loh, makan bareng yuk," Maudy langsung merayu Adam.

"Udah makan," desis Adam, "Lagian kita biasa bikin pizza sendiri,"

Maudy melirik Ivy.

"I told you," (sudah kubilang) desis Ivy sambil mengangkat bahunya.

"Berantakan amat sih? Main ke sini tujuannya apa? Bikin repot aja deh," omel Adam sambil membungkuk dan mengambil bungkus snack yang berserakan.

"Tujuannya nengok aku," Gumam Ivy.

"Nengok kamu tapi ngobrolin tentang aku?!" tebak Adam.

"Biasa juga gitu…" gumam Ivy, masih cemberut.

Adam menghela nafas dan meletakkan tasnya di konter dapur.

"Kamu lg pingin makan apa Vy?"

"Ramen," jawab Ivy pendek.

"Aku carbonara," jawab Maudy.

"Aku nasi goreng," sahut yang lain.

"Yang aku tanya cuma Ivy, yang lain silakan beli sendiri," sahut Adam. Diiringi dengan cibiran teman-teman Ivy yang keki.

"Kalo nggak ada keperluan lagi, sana pada pulang! Ngeberantakin rumah orang aja," omel Adam sambil mulai mengaduk adonan untuk membuat mie ramen.

Maudy dan yang lain saling lirik, lalu mereka menatap Ivy.

"Ya dia memang begitu, 5 menit pada nggak pulang biasanya dia manggil security komplek buat ngusir kalian," kata Ivy.

**

Ivy terisak di sofa sambil memainkan ponselnya.

Adam berusaha tidak mengindahkan adiknya dan menyibukkan diri dengan racikkan Ramen.

"Huk…" Ivy terisak lagi.

Lagi,

Dan lagi.

Sampai Ramen buatan Adam selesai, gadis itu masih terisak. Hanya meringkuk di sofa sambil jemarinya menscrol media sosial.

"Makan dulu Vy," Kata Adam.

"Hm," gumam Ivy. "Huk… Huk…" lalu gadis itu mengambil tisue entah lembar keberapa untuk menghapus cairan di hidungnya.

Adam sudah sering memperingatkan, bahwa lebih baik sendirian dan menikmati hari, dari pada harus memaksakan diri berteman dengan teman-teman yang pemikirannya tidak sejalan dengannya.

Tapi Ivy butuh teman.

Bukan teman dari dunia maya, bukan teman sekedar menyapa. Tapi teman yang bisa diajak tukar pikiran.

Walaupun begitu, Maudy dan gengnya bukan teman yang tepat baginya. Mereka toxic.

Terlebih, mereka tidak suka karena Ivy memiliki barang-barang yang lebih berkualitas, lebih mahal dan lebih update. Ivy juga terkenal paling berprestasi di angkatannya.

Mereka sering berkata kalau Ivy tidak menarik, tidak cantik, tidak seksi, hidung terlalu panjang, kulit kurang gizi, terlalu kutu buku, semua itu bohong!

Laki-laki memandang Ivy paling cantik diantara teman-temannya.

Karena dia elegan dan eksklusif.

Saking eksklusifnya, Adam selalu di dekatnya, mengusir semua cowok yang berniat dekat dengannya.

Tapi, Ivy tidak tahu kalau ia sangat cantik, karena terlanjur terkena doktrin teman-temannya yang sebenarnya iri padanya. Sejak kecil ia jarang punya teman, karena ia memiliki segalanya. Cantik, pintar dan baik hati.

Sayang sekali, ia belum mendapatkan teman-teman yang baik untuknya.

"Vy?"

"Hemmm…" gumma Ivy.

"Mau kerja sambilan nggak? Dibayar per-proyek,"

Ivy langsung memusatkan perhatian ke arah Adam.

"Kerja apa?"

Adam tahu Ivy akan tertarik, selama ini ia mengeluh barang-barangnya hasil jerih payah orang lain, bukan jerih payahnya sendiri.

Ia ingin punya satu dua benda yang dibeli dari hasil keringatnya sendiri.

"Ada tapinya,"

"Apa?"

"Jangan kaget,"

"Apa dulu?"

"Kita ngobrol sambil makan yuk?" Adam tersenyum dan menepuk-nepuk kursi di sebelahnya.

"Biasa deh Kakak selalu ada tapinya," gerutu Ivy sambil menghampiri Adam.

**

Terpopuler

Comments

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

Ivy 🤣🤣😥🤣🤣
hapal bener

2024-07-07

1

Tyaga

Tyaga

hhmmm..ternyata ya.ada udang dibalik bakwan

2023-08-12

2

eMakPetiR

eMakPetiR

yg paling ngertiin ivy... ya adam lah...

2023-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!