Ivy yang berusia 7 tahun berjalan-jalan ke perpustakaan di gedung panti yang letaknya agak ke dalam.
Ia mendengar suara biola dilantunkan.
Ivy merasa tertarik dengan lantunan nada yang suaranya terdengar tak biasa namun sinerginya terasa pas. Musik yang dimainkan saat itu bagaikan berada di dunia khayalan, dunia peri, dengan nada yang cepat dan ceria.
Dan Ivy pun mengintip sedikit ke dalam perpustakaan,
Lalu melihat Adam sedang bermain di tepi jendela.
“Halo,” sapa Ivy.
Permainan biola Adam berhenti.
“Kamu siapa?” tanya Adam.
Mata Ivy tampak berbinar. Wajah Adam yang menurut Ivy tidak biasa, hidung mancung dan kulit pucat, membuat Ivy teringat anak-anak yang tinggal di negeri dongeng di Eropa.
“Ada Peter pan,” desis Ivy sambil menatap Adam dengan ceria.
“Mana?”
“Itu,” Ivy menunjuk Adam.
“Aku maksudnya?” Adam menunjuk dirinya sendiri.
“Iya,” jawab Ivy tegas.
Adam menyeringai, lalu mengambil sebuah buku di dekatnya. Ia tampak membolak-balik halamannya, “Ini baru Peter Pan,” Adam menunjuk ke arah lembaran berwarna buku itu. Seorang anak berambut pirang dan berbaju hijau, merentangkan tangannya sambil terbang di langit. “Rambutnya Peter Pan kuning, rambutku coklat,”
“Mata kamu hijau, mirip Peterpan,”
Adam menyeringai, dalam hatinya ia berpikir, mungkin anak ini memanggilnya Peter Pan karena wajah mereka sama-sama bule. Darah Eropa mengalir di nadi mereka.
“Nama kamu siapa?” tanya Adam.
“Ivy,”
“Ivy lagi ngapain di sini?”
“Aku lagi liburan bareng Papa Mama, terus pas Papa ngantri di pom bensin depan, aku ngeliat anak-anak main di halaman depan sana. Kupikir ini taman bermain, hehe,”
“Ini Panti Asuhan namanya, anak-anak yang sudah tidak memiliki Papa dan Mama lagi, tinggal di sini. Sampai Papa dan Mama baru menjemput mereka,”
“Kakak ini namanya siapa?” tanya Ivy.
“Adam,”
“Kak Adam Papa dan Mamanya ke mana?”
“Meninggal kecelakaan,” jawab Adam.
“Mau tinggal sama Papa dan Mamaku nggak? Nanti kita bisa main bareng-bareng,”
Dan begitulah awal pertemuan mereka berdua.
Lumayan akrab, sebenanrya.
Sampai Ivy beranjak dewasa , dan mulai menilai kalau... Adam terlalu baik untuknya.
**
Adam mendongak saat mendengar Ivy membuka pintu kamarnya.
“Kak Adam!!” serunya kesal, “Kakak ngadu ke Mama kalau aku jadian sama Andy?!”
“Diomelin yaaaaa, sukur!” sahut Adam sambil beranjak dan bersiap lari.
Ivy melempar Adam dengan ponselnya dari lantai dua. Adam dengan sigap menangkap ponsel itu.
“Hoy!! Balikiiiin!!”
“Loh yang lempar tadi siapa?! Lumayan digadai-in bisa buat service motor!”
“Kak Adaaaam!!”
“Putusin Andy baru kubalikin!” Adam berteriak dari kejauhan, di halaman depan rumah sambil naik ke motornya untuk siap-siap kabur.
“Childish banget sih tingkah looo!!” jerit Ivy kesal.
**
“Lagi ngapain lo, serius amat?” Alka menepuk bahu Adam saat cowok itu mengerutkan keningnya sambil menatap ponsel Ivy yang ada di tangannya.
Sambil mengerucutkan mulutnya Adam tampak menekan-nekan tombol di layar ponsel Ivy.
“Kita putus aja ya Ndy, Mamaku nggak setuju kita pacaran,” gumam Adam sambil ngetik. “Ni bang-sat cuma pingin merawanin adek gue, mampus lo gue putusin... pake nama ivy,” dia tampak bisik-bisik.
“Lo ngomong apa sih Dam?”
“Lagi mengusahakan sebuah masa depan tanpa masalah,”
“Itu slogan produk kita yang mana?”
“Gimana Ka?” Adam mengangkat wajahnya dan menatap Alka. ”Ada masalah apa nih?”
Alka tampak mencibir sambil gebrak meja “Ceile, Dam! Gue dari tadi ngobrol sama lo, rupanya kau fokus ke yang lain? Gue di-duain getoooh?!”
“Sejak kapan kita selingkuh?”
“Belum juga jadian udah selingkuh aje,”
“Naj1s lo...” Adam begidik.
“Kan lo yang mulai, Nying...” gerutu Alka. “Klien yang baru dari Spanyol, dari Madrid, cantik gila! Tapi Sugar Baby!”
“Tiba-tiba ngomongin cewek aje,” Adam membetulkan posisi duduknya dan mulai fokus ke komputernya. Pekerjaan mereka menangani iklan dan komersial sebuah produk. Klien biasanya datang dengan suatu produk dan membayar mereka untuk sebuah logo atau iklan untuk dipasang di media sosial.
Alkatiri, teman Adam, bekerja sebagai Creative Director, sementara Adam posisinya sebagai Art Director. Kadang posisi mereka malah terbalik. Karena wajah Adam cukup menjual, sekali Adam membuat konten di media sosial, banyak klien yang DM dia untuk minta dibuatkan iklan atau desain produk. Sementara karena ingin terlihat berguna, Alka malah menawarkan diri untuk mengerjakan desainnya dari pada Adam harus mengerjakan semuanya.
Mereka memiliki sekitar 20 staff saat ini, dan sebenarnya, tadinya Adam join dengan Alka untuk mengisi waktu luangnya sembari ambil S2 untuk degreenya. Eh, malah keterusan kerja sampai perusahaan mereka BEP dan mencapai profit.
“Penawarannya gimana?” tanya Adam mulai membahas klien dari madrid ini.
“Dia jualan tas second, tapi Ori. Jumlahnya ratusan di lemarinya katanya. Karena dia mau taroh koleksi baru, jadi yang model lama mau dia jual-jualin,”
Adam mengernyit.
“Begituan kenapa pake minta bantuan kita sih? Kan dia bisa foto sendiri terus ditaro di media sosialnya? Pake bantuan online shop juga bisa,”
“Lah terus kita tolak gitu? Pemasukan nih! Udah triwulanan mayan buat bagus-bagusin record di Bank,”
“Segitu putus asanya kita sama klien? Yang kemarin usaha perhiasan aja belom sempet gue kerjain,”
“Yang ini nggak bakalan nawar katanya, dia bayar berapa aja harga yang kita patok,”
“Ini dia tinggal di Madrid?”
“Sampai tahun lalu dia tinggal di Madrid, lalu dia memutuskan untuk tinggal di Indonesia karena calon suaminya orang Indonesia,”
“Dia prang Indonesia juga,”
“Elah, jauh-jauh jadi WNI ke Madrid, ketemunya sama orang Indonesia juga...”desis Adam.
“Ketemu pas maksi yak! Kita meeting sama dia,” Alka mengangkat tangannya untuk menatap ke arah jam tangannya, “5 menit lagi jam makan siang,”
“Baru aja pantat gue duduk!” dengus Adam.
“Lagian lo pulang kelamaan, ngurusin apa sih lo di rumah? Palingan ngurusin Ivy kan?!” tebak Alka.
Adam mengibaskan tangannya, tanda ia ingin Alka tidak protes.
“Ntar yang mastiin itu barang-barang asli atau palsu lo aje ye, gue nggak ahli soal fashion,” desis Adam.
“Gitu aja jiper,” gerutu Alka, “Lah apalagi gue, tas gue aja pake kresek!” dan Alka cengengesan.
“Gimana sih Njaaaay!” gerutu Adam sambil bersiap-siap pergi.
**
Memang dunia ini sempit.
Betapa kagetnya saat Adam melihat, sosok yang di depannya, si Klien, tampak didampingi oleh seorang laki-laki yang sangat ia kenal.
Sosok itu berdiri saat melihat Adam datang.
Ia tampak terkejut.
Adam pun ternganga saat melihat pria itu. “Sejak kapan?” tanyanya.
“Astaga, Adam. Ini perusahaan kamu?”
“Iya lah Pa, masa Papa nggak tau? Sejak kapan Papa balik?”
“Tadi malam,”
“Kok nggak bilang?”
“Bilang-bilang buat apa?”
“Ya kan setidaknya bisa nengokin Ivy sebentar Pah,”
“Ivy kan nggak mau ketemu Papa,”
Adam menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menghela nafas. Sementara Alka yang memang sempat mengenal Papa Adam juga menyeringai tak enak akan pertemuan tak biasa yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SAAT ALKA BILANG KLIENNYA BILANG DARI MADRID SPANYOL, SBNARNYA UDH CURIGA KLO ITU PAPANYA IVY...
2023-10-14
1
Jeng Anna
Bacanya Aivi apa Ivi beb?
2023-07-09
2
Riana
kita udah gak sejalan
jalan hidup berbeda
kowe nganan aku ngiwo
dadi bubar wae yo drpd saling menyakiti
😩🤨🤨amit amit ojo sampailah
dewe bareng saklawase sakteruse 🤲🤲🤲🤲
2023-03-14
0