Perjuangan Cinta

Adam mengetuk pintu kamar Hotel Cassandra dengan rasa malas.

Lalu ia mengernyit.

Kali ini Cassandra agak lama membuka pintunya. Ini masih siang, apa mungkin wanita itu di kamar mandi?

Lalu terdengar suara gaduh dari dalam kamar.

Seingat Adam, Papanya sedang dinas di luar kota. Sementara Cassandra harus tinggal di Jakarta karena wanita itu harus mengawasi dekorasi apartemen barunya.

Cklekk!

Pintu pun terbuka.

Cassandra dengan kimono tidurnya tampak kaget melihat Adam.

“Kita kan nggak ada janji ketemu hari ini?” tanya Cassandra.

“Mau ngomongin hal ini, boleh masuk?” Adam mengangkat tas karton warna putih. Cassandra mengenali tas itu, di dalamnya ada piyama La Perla yang ia berikan ke Ivy kemarin.

“Hem... aku lagi agak...” Cassandra menatap Adam dengan kuatir. Ia tampak salah tingkah. “Agak sibuk,”

“Oke kita bicara di sini saja boleh?” kata Adam selanjutnya.

Tapi kemudian pria itu tertegun saat melihat ke bawah, ke arah lantai.

Di dekat kaki Cassandra ada sepatu kets yang ia kenal betul. Adidas Exhibit abu-abu. Persis seperti milik Andy.

Lalu Adam menatap Cassandra tajam. Dengan senyum sinis di sudut bibirnya.

Cassandra mengikuti arah pandangan mata Adam dan menyadari kalau kali ini ia tertangkap basah.

“Jangan seenaknya menghakimi,” Cassandra langsung bisa membaca gelagat Adam yang menatapnya dengan pandangan muak.

“Aku akan tutup mulut. Tapi, selesai kontrak kamu dengan Papa, kamu harus jauh-jauh dari kehidupan kami. Termasuk dengan Ivy. Kamu membawa pengaruh negatif padanya...” Adam menyerahkan lingerie itu ke Cassandra

“Papa kamu dan aku akan ke rumah untuk merayakan ulang tahun Ivy nanti malam,” kata Cassandra.

“Ya terserah saja, asal kamu tidak berlagak mengatur-atur segalanya,” Ujar Adam, “Aku membiarkan kamu, karena kamu lumayan baik sama Ivy,”

Kemudian cowok itu berbalik dan meninggalkan tempat itu dengan senyum di wajahnya.

Ia memegang Kartu AS Cassandra.

Kini wanita itu tidak bisa lagi macam-macam dengannya.

Adam bisa kembali menguasai Ivy sendirian.

**

Kakaknya ada di kamar ujung, tapi Ivy rasanya diamati terus menerus.

Ada beberapa saat ia tidak diawasi, seperti beberapa kali Adam kecolongan saat Ivy memakai lingerie-lingerie kesayangannya. Mungkin kakaknya memang tidak setiap hari mengecek keadaannya dari Kamar rahasia itu. Sebagian besar foto yang dicetak menampilkan Ivy dalam keadaan tidur. Jadi di saat matahari masih di atas seperti ini tampaknya Ivy tidak perlu merasa dikuntit.

Tapi tetap saja hal ini adalah hal baru bagi gadis itu. Jadi Ivy merasa sangat gugup saat ia menolehkan make-up ke wajahnya.

Padahal ia mendengar suara Adam di lantai bawah, bersama Papa dan Cassandra sedang mengobrol.

Tangan Ivy gemetaran saat menorehkan liptint di bibirnya.

Jangan melirik ke arah kamera...

Benda itu di depanmu, tepat di belakang bohlam.

Jangan melirik...

Nanti kakak tahu.

Aku tak akan bisa membayangkan kalau kakak sampai tahu kalau aku mengetahui rahasianya.

Begitu isi hati Ivy.

Gadis itu lalu menghela nafas dan mencoba menenangkan dirinya.

Lalu menatap liptint yang baru saja dipakainya.

Dan ia pun mengernyit.

Liptint itu ia beli dari jajan bulanan yang diberikan oleh Adam.

Lalu Ivy melihat koleksi parfumnya. Jajaran parfum-parfum dengan botol unik itu juga ia beli dari uang yang Adam berikan. Bahkan... meja riasnya juga. Tasnya, bajunya yang sekarang ia kenakan, spreinya, bahkan lantai kamarnya Adam yang mengepelnya.

Sudah berapa lama Adam mengurusinya?

Memakai uang dari hasil kerja pria itu, Ivy hidup sejahtera bertahun-tahun. Bukan uang Papa dan Mamanya. Tapi uang Adam.

Uang Papa yang setiap bulan diberikan lewat Adam, katanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.  Tapi kenapa tidak ada bekasnya?

Yang Ivy ingat, semua barang yang dimilikinya sekarang, adalah pemberian Adam.

Jadi Adam adalah kakak sekaligus orang tuanya.

Bagaimana seandainya nanti Adam menikah dengan wanita lain? Sudikah ia tetap membiayai Ivy? Pasti kan ia akan fokus ke wanita pujaannya.

Dan Ivy akan ditinggal sendirian.

Tapi... melihat barang-barang di Kamar Rahasia Adam, ia sudah tahu siapa perempuan pujaan kakaknya itu.

Perlahan... dari rasa takut, perasaan Ivy berubah, lebih ke penasaran.

Kalau Adam begitu terobsesi padanya selama ini, kenapa ia begitu protektif pada Ivy? Menyentuh pun sangat jarang sekali, berbuat yang diluar batas kewajaran juga tidak pernah.

Dan segala larangan menyebalkan yang Adam tegurkan ke Ivy, semua demi kebaikan gadis itu.

“Wah...” desis Ivy saat menyadarinya.

**

“Mama ke Jakarta Minggu depan, Papa masih di Indonesia?” tanya Adam.

“Oh...” dengan muram Papanya itu menunduk, “Iya, Papa sudah tahu,”

“Tahu dari Ivy ya?”

“Tahu dari Mama kamu, dia menghubungi,”

“Hm, kemajuan,”

“Kami tidak berniat rujuk Adam, kami menjalani hidup yang berbeda sekarang,”

“Sampai kapan?”

“Entahlah. Tapi Papa harap kalian berdua, kamu dan Ivy, dapat menjalani hidup yang bahagia, tidak seperti kami,”

Adam menghela nafas berat, “Papa tidak berniat menikah lagi?”

Papa tersenyum getir, keningnya berkerut dan menatap Cassandra yang sedang menuang minuman di gelas, di area bar, “Dia tidak ingin menikahi Papa,”

Adam melirik ke aras Cassandra, “Harus dia calon istri Papa?”

“Papa suka dia,”

“Suka saja tidak cukup Pa,”

Papa terkekeh, “Ya Papa tahu, Papa punya banyak sekali pengalaman mengenai cinta-cintaan. Jangan pikirkan Papa, nanti kamu terbebani,”

“Hm,” gumam Adam sambil menatap karpet yang sudah ia vacum subuh tadi. Adam memiliki kebiasaan buruk, atau mungkin kebiasaan baik, yang jelas kalau ia merasa galau, tidak tenang, gusar, atau bahkan marah, bersih-bersih adalah jalan terbaik untuk melupakan semua tekanan hidup.

Dan sialnya, Adam sering merasa marah.

Kalau rumah sudah bersih tapi rasa marahnya belum hilang, ia akan berbuat di luar nalar. Seperti kasus Maudy kemarin, tidak cukup diatasi hanya dengan bersih-bersih seluruh rumah.

“Kamu punya pacar, Adam?” tanya Papanya.

“Nggak,” jawab Adam

“Ada wanita yang kamu sukai?”

“Ada,”

“Papa berharap akan segera bertemu dengannya,”

“hem,” Adam tersenyum getir, “Papa sudah bertemu dengannya kok,”

Raut wajah papa yang tadinya lembut, kini berubah tegang. “Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya, Adam,”

Dari kalimat itu, terlihat sekali kalau Papa sangat tahu siapa gadis pujaan Adam.

“Apa kurangnya aku Pah?” tanya Adam dengan senyum menantang.

“Sangat terobsesi, dia masih sangat Muda, Adam,”

“18 tahun bukan anak kecil lagi,”

“Kalau dia yang minta sendiri, Papa restui. Tapi Papa tidak setuju kalau kamu yang minta. Sesuai dengan kesepakatan kita di awal,”

“Hem,” Adam menengadahkan kepalanya ke sandaran sofa. “Papa aneh, sudah tahu aku terobsesi, tapi Papa malah menyerahkan dia sepenuhnya padaku. Tidak kuatir terhadap hidupnya?”

“Papa percaya padamu,”

“Astaga... hal itu malah membuat aku semakin tertekan,” keluh Adam.

“Cinta memang butuh perjuangan ya,” getir papanya sambil memperhatikan Cassandra di ujung sana.

Terpopuler

Comments

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

Jadi papanya Ivy udah tau kalo Adam suka sama ivy

2024-07-08

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

RUPANYA SI PAPA TAU KLO ADAM MNCINTAI DN TROBSESI SAMA IVY....

2023-10-15

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

CASSANDRA GOBLOK, MLH BONGKAR BOROKNYA DGN BRZINAH DGN ANDY....

2023-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!