Keputusanku

Aku hampiri dan dia begitu terkejut. Dia berniat pergi, namun aku tahan.

"Bisa kita bicara? " tanyaku kepadanya.

Diajak diriku ke apartemennya. Perutnya membesar. Aku tahu kandungannya telah memasuki masa-masa persiapan kelahiran.

"Gimana dia? " Tanyaku kepadanya.

Azura tampak tertawa sedikit. "Bukankah kamu tahu sendiri? " ucapnya berbalik padaku.

Ya dia tak salah. Alfan telah menyebarkan berita ke seluruh kampus dan semua orang membenci Azura saat ini.

"Berapa usia kandunganmu? " tanyaku kembali.

"Tinggal menunggu waktu kelahiran, " jawab Azura.

Aku hanya menghela nafas panjang. Azura tampak telah tenang. Dia seperti biasa.

"Alfan? " tanyaku padanya.

"Dia yang membayar sewa setiap bulan. Beberapa uang sisa aku sisihkan persiapan lahiran, " jawab Azura.

Aku mengeluarkan beberapa lembar uang dan kuberikan kepadanya.

"Terima kasih niat baikmu aku terima, namun aku tidak perlu dikasihani, " ucap Azura mengembalikan uangnya.

"Ini bukan untukmu, namun bayimu, " balasku kepadanya. Dia terdiam kemudian menerima uangku.

"Aku berterima kasih kepadamu. Tak perlu khawatir, aku tak akan membunuh bayi ini karena keegoisanku sendiri, " ucap Azura.

Aku berpamitan dan pulang ke apartemen. Seperti biasa, aku terlintas ide menulis puisi kembali.

"Jika orang lain ingin hidup, disisi lain seseorang ingin mati. Lahir dan mati adalah proses kehidupan. Itulah mengapa dunia diciptakan karena sesungguhnya akhiratlah yang kekal abadi"

Entah puisi atau kalimat biasa, namun dalam catatan pada halaman tersebut aku tulis sebuah judul "Dua pandangan berbeda". Aku terpikirkan ketika melihat proses kehidupan Azura dimana aku pertama kali melihatnya bertengkar dengan pacarnya.

Beberapa hari ini aku berjalan kaki. Hari ini aku memilih jalan memutar dan berbeda dari sebelumnya. Malam ini aku melihat seorang perempuan hamil membawa belanjaannya, aku ingin membantunya. Dia tak melihat bahwa ada mobil melaju kencang. Aku berteriak dan berlari. Aku peluk tubuhnya kugantikan tubuhku sebagai pelindung bayinya. Seketika pandanganku gelap. Wanita tersebut shok hingga darah mengalir melalui sela-sela kedua kakinya.

"Angga!! " teriak wanita tersebut yang tak lain adalah Azura.

Mobil yang menabrak dirinya berhenti. Seseorang keluar dari dalam mobil. Azura mendongak melihat Alfan berdiri sembari tersenyum.

"Lebih baik kamu mati! " ucap Alfan memukul Azura hingga membuatnya tak sadarkan diri.

Alfan masuk ke dalam mobil meninggalkan mereka berdua. Darah menggenang. Seseorang berjalan melihat korban tabrak lari segera menelfon ambulan. Suara sirine terdengar.

Rumah sakit terdekat tempat tujuan ambulan. Gawat darurat dengan dokter kandungan segera datang ketika melihat ketuban Azura telah pecah. Mereka akan melakukan operasi. Azura tersadar dengan keadaan lemah. Dia berbicara untuk menyelematkan bayinya.

Ruang operasi darurat disiapkan. Beberapa saat kemudian lahirlah bayi perempuan. Azura memeluknya dengan keadaan lemah. Dokter memberitahunya bahwa anaknya cacat. Dia tersenyum karena mengetahui bahwa anak dalam gendongannya adalah anaknya bersama ayahnya sendiri. Azura berbicara dalam bahasa inggris kepada dokter dan seperti ini jika dalam bahasa Indonesia.

"Jika sahabatku membutuhkan bantuan maka tubuhku bisa digunakan. Tolong katakan kepadanya untuk merawat anakku. Maaf jika aku merepotkannya, " ucap Azura menutup matanya.

Suara bayi menangis terdengar keras. Dia belum sempat memberikan nama kepada anaknya sendiri. Bayi perempuan buta adalah anak yang ia lahirkan. Di ruang gawat darurat lainnya, tubuhku terbaring. Dokter melalukan operasi tulang. Beberapa tulangku patah hingga keadaanku mengenaskan dengan kepala membesar.

Beberapa saat kemudian aku tersadar dimana aku berada di ruang inap dengan tubuh yang tak bisa digerakkan sama sekali karena rasa sakit ketika digerakkan. Faza dan Victor datang terkejut ketika melihatku.

"Bagaimana keadana ibu dan bayinya? " tanyaku lirih.

Faza menarik nafas dalam sebelum berbicara.

"Orang yang Lo selamatkan adalah Azura. Dia meninggal setelah melahirkan dan menitipkan pesan kepadamu untuk merawat anaknya, " ucap Faza.

Aku benar-benar terkejut. Dia adalah Azura! Kepalaku pusing.

"Dimana anaknya? " tanyaku.

Suster datang setelah dipanggil oleh Victor. Dia membawa bayi yang dilahirkan oleh Azura. Aku melihatnya bahwa dia buta yang kecurigaanku bahwa itu adalah anak dari ayahnya sendiri.

"Dia aku beri nama Elena Bethany, " ucapku pelan. Bayi mungil imut tengah tertidur lelap. Suster membawanya kembali pergi.

"Lo bakal cuti seenggaknya 3 bulan, " ucap Victor.

Aku tahu aku tak mampu memaksakan diri. Kejadian ini membuatku pusing tertimpa berbagai masalah. Disatu sisi aku takut aku tak bisa lulus tepat waktu dan disisi lainnya aku menjadi seorang ayah angkat.

"Apakah takdirku seperti ini? " Gumamku pelan.

Faza dan Victor mereka berbincang sebelum berpamitan pergi mereka mengatakan bahwa masalah biaya tak perlu khawatir sama sekali. Aku tak berani menghubungi keluargaku saat ini. Aku berniat tidur karena perasaanku benar-benar tak nyaman.

Seseorang membuka pintu kamar. Aku mengenal siapa orang itu. Dia adalah Angel.

"Gimana? " tanyanya kepadaku.

Aku menjawab dengan senyuman. Angel mendekatku.

"Aku bisa membantumu dengan menitipkannya ke panti asuhan. Dia tak akan menganggumu dalam berkarier, " ucap Angel.

Aku menggelengkan kepalanya. Dia merupakan tanggung jawabku. Wasiat terakhir dari Azura harus aku jalankan.

"Dia siapamu? " tanya Angel.

"Sahabatku? " jawabku tegas.

"Mengapa ia menyusahkanmu? Bukankah dirimu dia anggap sebagai tempat solusi termasuk anaknya? " balas Angel.

"Bayinya terlahir istimewa, tentu saja harua aku rawat dengan baik. Dia anak angkatku mulai sekarang, " ucapku dengan tenang.

"Kamu akan menyesal suatu saat nanti. Bukan aku mengancammu, namun image baik-baikmu akan hancur dalam sekejap. Ingatlah, dia bukan anakmu" balas Angel.

Kita sama-sama diam. Memang benar apa yang dikatakan olehnya benar adanya. Aku bukanlah siapa-siapanya. Namun aku berjanji pada waktu itu kepadanya untuk berjuang bersama-sama menyembuhkan luka hati. Dia telah terbebas bahagia disana sedangkan aku akan merawat buah hatinya.

"Jika itu keputusanmu maka aku akan menghargainya, namun maaf hubungan kita sampai disini saja, " ucap Angel pergi keluar dari ruangan.

Aku hanya diam. Kecewa? Itu pasti. Namun tekadku sudah bulat untuk merawat bayi istimewa itu. Aku menangis? Jawabannya adalah ia. Aku terbaring dan tak bisa menghapus air mataku.

"Aku tak akan membiarkannya kehilangan untuk kedua kalinya. Biarkan aku merasa sendirian dan kesepian tapi jangan sampai Elena merasakannya juga, " ucapku bertekad dalam hati.

Apa yang aku rasakan selama hidupku tak boleh sampai dirasakan oleh Elena. Kesepian dan perasaan dibuang biarlah aku yang menanggungnya.

Satu tahun telah berlalu. Kini aku telah wisuda dengan predikat terbaik. Kedua kakaku datang. Aku ajak dia ke apartemen milikku. Ketika pintu dibuka, kedua kakakku heran mengapa ada balita.

"Siapa dia? " tanya kakak keduaku Sela.

"Dia anakku," jawabku.

Tamparan dilayangkan oleh kakak pertamaku Arumi.

"Kamu bilang apa! " Bentaknya kepadaku.

"Siapa ibunya! "

"Dia telah tewas, " jawabku singkat.

"Dasar anak nakal! Beraninya kau menghamili seseorang! " ucap kakak pertamaku dengan marah.

"Dia anak angkatku, " ucapku berusaha memberikan alasannya.

"Persetan dengan anak angkat atau tidak. Lihat! Dia buta!"

"Kak! " teriakku dengan marah.

"Dia istimewa! Kakak tak berhak memakinya. Aku yang akan merawatnya! " ucapku dengan marah.

Kakak keduaku menenangkan kak Arumi yang sedang dalam keadaan amarah memuncak.

"Titipkan dia ke panti atau kamu tak berhak menginjakkan kaki dirumah! " ucap kakak pertamaku pergi keluar dari kamarku.

Kakak keduaku menghela nafas panjang.

"Kak Arumi memang benar. Dia hanya akan menjadi beban untukmu. Kakak akan memberi bantuan terakhir kalinya, " ucap kakak keduaku pergi menyusul kak Arumi.

Aku diam. Faza menggendong Elena. Bayi itu meraba-raba mencari wajahku. Dia mengelus pipiku mengusap air mata yang menetes membasahi pipiku. Dia berbicara dalam bahasa bayi yang tak kumerti.

Aku tersenyum. Perasan ini tak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Angel meninggalkanku karena aku bersikeras mempertahankan Elena.

"Lo mau pulang ke Indonesia? " tanya Victor.

Aku menganggukkan kepala. "Setelah Elena berusia 5 tahun aku akan balik, " jawabku.

Victor mengerti. Beberapa waktu berjalan damai. Hidupku berubah semenjak kehadiran Elena sebagai penenangku. Jika ada yang tanya Angel? Dia telah bahagia karena telah dilamar kekasihnya.

5 tahun berlalu. Saat ini aku dan Elena berdiri di depan makam Azura.

"Ayah! Ini makam ibu? " tanya Elena.

"Iya, " jawabku lembut.

Elena meraba batu nisan dan mengecupnya. Dia berbicara dan aku mendengarnya.

"Ibu! Meskipun ayah mengurusku sendiri, namun aku tak kurang kasih sayang. Tenang disana ya..." ucap Elena.

Aku berjongkok mengelus-elus nisan Azura.

"Meskipun kita tak memiliki hubungan jelas, tapi kita pernah berjanji bersama-sama. Lihatlah Elena telah besar. Aku akan membawanya pulang ke tanah air. Aku akan berjuang keras dari awal. Aku akan mencari kakak laki-lakimu hingga dia bertemu Elena, " gumamku pelan.

Elena memegang tanganku. Dia mendongak mengisyaratkan untuk pergi. Aku mengerti dan menggendongnya. Hari ini kisah dimana aku berada di Belanda telah usai. Pelajaran yang dapat aku petik adalah orang yang terkadang tak terlalu kita kenal yang selalu ceria maka dialah yang menyimpan luka. Seorang pasangan tak akan pernah menyakiti belahan jiwanya. Ketika kita membuka hati dan merasakan kecocokan ternyata Dia hanya suka terhadap fisik ataupun lainnya. Menolong dan berkorban kepada seseorang selalu memiliki resiko. Anak istimewa berhak bahagia karena mereka sama dengan lainnya. Bahkan keluarga terdekat terkadang menyakiti tanpa mereka tahu. Perjalananku datang ke Belanda selain melanjutkan kuliah pascasarjana ternyata aku menemukan pelajaran hidup. Andaikan saja pada waktu itu aku mengungkapkan perasaanku padanya maka kita bisa sama-sama merawat anak spesial ini. Aku akan berjanji kepada diriku sendiri untuk selalu bersyukur dan menghargai yang namanya kehidupan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!