"Kamu mau ke belanda? " tanya Azura.
"Iya.. Aku mau lanjut S2, " jawabku.
"Kita sama! " ucap Azura antusias hingga beberapa orang menoleh ke arah kita.
Dia tampak malu menyembunyikan wajahnya dibalik jaket. Aku hanya tersenyum melihatnya.
"Kamu mau kuliah juga? " tanyaku sedikit berbisik.
Dia mendongak melihat wajahku dan menganggukkan kepalanya. Dia mulai membenarkan posisi duduknya.
"Aku baru putus. Jadi, ya lanjut kuliah aja daripada pusing galau. Ternyata kisah cintaku sama seperti buku yang aku tulis dan endingnya pun sama, " ucap Azura menghela nafas.
"Apa judul bukumu? " tanyaku kepadanya. Siapa tahu aku pernah membaca karyanya.
"Dua tak pernah menjadi satu, " jawab Azura.
Degg. Ucapannya seketika membuatku terkejut. Buku yang beberapa waktu lalu aku baca. Aku meraih tas dan aku keluarkan buku tersebut.
"Ini bukan? " tanyaku kepadanya.
Seketika matanya berseri-seri melihat buku tersebut ada di tanganku.
"Kau benar-benar membaca karyaku? " tanya Azura.
Akupun menganggukkan kepala. Dia tampak cekatan mengambil buku yang ada ditanganku mengeluarkan bolpoin dan menandatangani bukuku.
"Sekarang kan paket lengkap kayak ayam geprek sekalian es teh, " ucapnya mengembalikan buku kepadaku.
Aku tertawa sedikit. Dia menoleh seakan terkejut mendengar tawaku.
"Tertawalah karena tawamu manis di dengar, " ucapnya sembari tersenyum.
Aku terdiam. Dia seakan tahu perasaanku yang sedang kalut. Dia peka akan perasaan seseorang, namun aku tak boleh terlalu berlebih menganggapnya. Masing-masing dari kita hanya diam.
Aku melihat catatan kecil puisi yang aku tulis. Berjudul 'Senja tak pernah ingkar'. Aku akan membacakannya jika kalian berkenan mendengarkan.
"Duduk di tepi menoleh kesamping melihat langit. Cerah tanpa adanya awan yang menutupi. Bagaikan fajar, senja akan pergi namun ia tak pernah ingkar untuk datang lagi"
Beberapa jam aku menunggu hingga aku tertidur. Aku lelah batin, bukan fisik. Sebelum aku tidur, aku berdoa kepada Tuhan agar hatiku ditenangkan. Tiba-tiba aku terbangun namun pundakku terada berat, aku menoleh melihat Azura yang tertidur di pundakku. Tangannku menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya.
Kupandang dia lekat-lekat. Tatapanku sayu. Dia benar-benar duplikat dari Embun. Apakah Tuhan mengirimkannya untukku sebagai pengganti?
"Zura!.. " panggilku lirih.
Dia terbangun dan termenung sebentar sebelum ia menoleh kepadaku. Suara pramugri menyadarkannya. Pesawat akan landing dibandara. Semuanya bersiap.
"Aku duluan ya! " ucapnya melambaikan tangannya kepadaku.
Akupun membalasnya dengan senyuman. Mobil hitam menghampiriku, dia adalah mobil yang telah aku pesan. Aku masuk ke dalamnya. Ternyata aku sampai disana ketika malam hari. Aku memandang jalanan. Hatiku terasa sepi ketika malam hari dan aku benci itu semua. Seakan pertahanan diriku runtuh ketika malam datang.
"Ayolah!" ucapku menguatkan diri.
Mobil berhenti di depan gedung aprtemen. Aku turun dari mobil. Koper aku bawa masuk ke dalam gedung. Kakakku telah menyiapkan apartemen ini dan dia yang akan membayarkan semuanya hingga aku lulus. Aku memang benar-benar beban keluarga.
Aku masuk ke dalam apartemen mandi dan langsung merebahkan diri tak memerdulikan koperku yang berantakan. Aku ingin memejamkan mataku kembali namun niatku aku urungkan ketika perutku berbunyi. Aku berjalan ke arah dapur memasak air dan seperti biasa, mie adalah yang terbaik. Aku merada bahwa apartemen yang aku tempati layaknya rumah dengan fasilitas lengkap.
Aku duduk di meja, menyalakan handphone mencari tontonan. Jika aku tak melakukannya maka aku tak yakin bisa menghabiskan makananku. Aku melihat jam tertera di handphone ku ternyata dini hari. Aku meraih handphoneku ketika terdapat notif dari nomer yang tak dikenal.
Aku buka. Dia mengirimiku sebuah pesan ucapan selamat ulang tahun dan sebuah stiker bertuliskan 'happy birthday'. Aku terkejut dan melihat kalender. Ternyata hari ini hari dimana aku dilahirkan di dunia yang kata orang-orang indah ini.
"Maaf ini siapa ya? " tanyaku.
"Aku Zura!" jawabnya sembari memberikan reaction emote tertawa.
Aku tersenyum kemudian membalasnya.
"Ohhh." Balasku singkat.
"Kok cuma 'oh' sih. Kan gak seru. Kamu gak tanya darimana aku dapat nomermu? " tanya Zura.
"Enggak. Karena itukan bukan urusanku, " balasku.
Tak ada balasan darinya hanya centang biru kulihat dibawah. Dia mengirimiku pesan lagi.
"Dijaga ya ganteng moodnya!"
"Happy birthday! "
"Semoga Tuhan memberkati perjalananmu kemari! "
Tanpa sadar senyumanku merelah sempurna. Aku mengetik dengan cepat.
"Terima kasih.. " ucapku.
Aku taruh handphoneku kembali dimeja. Termenung sejenak dan berpikir mengapa aku tersenyum tanpa aku sadar. Apakah aku jatuh cinta lagi? Sepertinya tidak. Balasanku bukankah terlalu singkat? Tapi aku belum mengenalnya terlalu jauh, jadi ya gak apa-apa kan?
"Aku ulang tahun? " ucapku tertawa.
Jika orang lain senang, maka aku kebalikannya. Bertambahnya umur menjadikan suatu beban bagiku dan kenyataan pahitnya adalah, orang yamg baru saja aku kenal malah mengucapkanku selamat
Jika orang lain senang, maka aku kebalikannya. Bertambahnya umur menjadikan suatu beban bagiku dan kenyataan pahitnya adalah, orang yang baru saja aku kenal malah mengucapkanku selamat pertama kali. Dimana kakak-kakaku? Ibuku? Dia telah bahagia bersama keluarga barunya.
Notif dari Rizki muncul di layar handphone. Dia mengucapkan selamat kepadaku. Bukannya aku orang gila akan ucapan, namun aku hanya ingin orang lain tak mengingatkan bahwa aku ulang tahun karena hadirnya aku di dunia ini tidak diharapkan oleh mereka.
Aku pergi keluar, mencari toko yang masih buka. Entah karena aku gila atau bagaimana, aku berjalan menyusuri jalanan kota tersebut. Deretan toko semuanya telah tutup hingga tersisa satu toko yang masih menyalakan lampu. Aku membuka pintu disambut ucapan oleh pelayannya. Aku tak begitu mengerti, namun dia seakan tahu pikiranku menunjukkan etalase dimana kue ulang tahun terjejer rapi. Dia ramah memberikan penjelasan meskipun aku tak mengerti bahasa asal mereka. Aku memilih kue yang kecil dan hanya satu buah. Aku meminta lilin berangka 2 dan 0. Aku membayarnya dan keluar dari toko.
Aku duduk di bawah lampu taman yang tak jauh dari toko. Aku mengeluarkan kue dan menancapkan lilin di atasnya. Ku nyalakan menggunakan korek higga lilin tersebut nyala. Tepat hari ini aku berumur 20 tahun. Dimana seseorang mulai menentukan arah tujuan hidupnya. Aku memejamkan mata berdoa dengan tulus di dalam hati.
"Ya Tuhan. Jika percintaanku gagal, tolong lancarkanlah karirku, sembuhkanlah luka yanh ada di hatiku karena aku yakin Engkau mendengar doaku"ucapku di dalam hati kemudian aku buka kembali mataku. Aku tiup lilin tersebut hingga padam. Aku menoleh tak sengaja melihat seseorang yang samar-samae tengah merayakan ulang tahunnya sendiri sama sepertiku.
Aku hampiri dia. Aku lihat dengan jelas orang itu! Dia adalah Azura. Dia meniup lilinnya. Ternyata dia berumur 19 tahun hari ini.
"Happy birthday! " ucapku mengejutkannya. Ekspresinya lucu sangat alami.
Akhirnya aku dan dia tukar menukar kue. Kulihat dia ternyata suka yang manis. Dia meliat ke arahku sembari tersenyum.
"Kita sama-sama kesepian, yah! " ucap Azura.
Dahiku mengrenyit, bukankah dia dijemput keluarganya waktu dibandara?
"Yah, mungkin, " balasku singkat.
Aku dan dia memandang langit biru malam yang entah mengapa cerah hingga bintang-binta bersinar.
"Apakah engkau percaya takdir? " tanya Azura.
"Tentu saja percaya. Memangnya kenapa? " tanyaku kembali kepadanya.
"Aku mencari kakakku. Kata mendiang ibuku, dia laki-laki pintar, manis dan ganteng. Aku berusaha mencarinya dimana-mana hingga aku lelah, " jawab Azura.
"Kandung? " Tanyaku kepadanya.
Dia menggeleng. "Bukan. Kakak tiriku laki-laki, " jawab Azura.
"Apakah kamu suka jika diucapkan selamat ulang tahun? " tanyaku.
Dia menganggukkan kepalanya. "Aku berharap kakak yang sedang aku carilah yang mengucapkanku, " jawab Azura.
Aku menatap lekat wajahnya. Kupandang sepasang mata indahnya.
"Maka aku yang akan mengucapkannya. Happy birthday ya cantik..." ucapku sembari tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments