Azura Zeline

Aku seketika teringat sesuatu yakni novel yang dibaca oleh Embun. Aku membeli buku ditoko yang sama. Sebelumnya aku lupa jika aku membeli buku itu. Laci ku tarik dan aku keluarkan buku yang menjadi kenangan pada saat itu. Hari itu aku habiskan dengan membaca buku novel.

Beberapa jam kemudian aku menyelesaikan membaca buku novel dua tak pernah menjadi satu dan aku menyukai beberapa ucapan Gabriel kepada Julia pada saat ia mengungkapkan perasaanya.

"Menaruh perasaan pada seseorang memiliki tanggung jawab dan salahnya adalah aku yang salah menaruh perasaan kepada seseorang"

"Ending yang cukup sedih. Gabriel meninggal dengan cara yang tragis. Hingga akhir hayatnya, penantiannya kepada Julia dibalas angin kosong olehnya, " ucapku merasakan sesak.

Aku tiba-tiba tersadar sesuatu. Komentar Agung yang merujuk pada buku yang aku baca ini apakah menyiratkan kepadaku bahwa ending hubungannku dengan Embun adalah sama. Aku merebahkan diri memandang fotoku bersamanya tadi. Kulihat Embun tersenyum sempurna yang bahkan aku lupa kapan melihatnya tersenyum kepadaku seperti itu.

"Sudahlah. Hidupku memang menyedihkan. Kesepian ditengah keramaian dan sendiri merana ditempat sepi, " ucapku meratapi nasib.

Suara bell aku dengar. Aku beranjak berdiri menuruni anak tangga melihat siapa yang datang bertamu, pintu aku buka dan ternyata om dan tanteku.

Om Hendri dan tante Nina. Aku persilahkan masuk ke dalam.

"Selamat ya.... " ucap om dan tanteku.

Aku tersenyum membalasnya. Aku persilahkan duduk sebelum aku pergi ke dapur membuatkan minuman. Aku kembali membawa dua gelas sirup.

"Ada apa om dan tante kemari? " tanyaku kepada mereka.

"Hmmm sebenarnya tante.. " ucap tante Nina menggantung.

"Kami mau pinjam uang. Ini sertifikat tanah milik om, " ucap om Hendri mengungkapkan tujuannya kemari.

Aku hanya menghela nafas panjang. Memang benar bahwa saudara yang tak pernah berhubungan akan datang kembali ketika membutuhkan bantuan.

"Om butuh berapa? " tanyaku kepadanya.

"500 juta. Kamu bisa pegang sertifikat tanah milik om ini sebagai jaminan, " jawab om Hendri.

"Aku asalkan om sama tante tanda tangan. Kita bisa ke notaris sekarang. Aku mau kalau om sama tante setuju PPJB, " balasku dengan tegas.

"Kita kan sama-sama saudara. Tante minta bantuanmu. Kalau bukan sama kamu, siapa lagi? " ucap tante Nina.

"Keluargaku hanya ada mamah, papah dan kakak. Diluar itu semua bukan keluarga! Kan enak tinggal PPJB. Kalau om berani aku anter ke notaris, tapi kalau enggak silahkan pergi, " balasku sedikit meninggikan suara.

"Brakkk!! "

Om Hendri menggebrak meja. Amarahnya seketika memuncak. Dia menunjukku sembari menyumpahiku.

"Kamu anak tak tahu diri! Om minta bantuan malah kamu tolak! Kamu hidup sendiri sombong sekali. Seakan kamu hidup selama-lamanya. Ingat! Kamu mati besok sekalipun tak ada yang tahu! Dasar anak penyakitan! " Marah Om Hendri mengambil kembali sertifikat tanahnya mengajak tante Nina pergi. Dia benar-benar diselimuti amarah.

Aku menahan tubuhku agar tak gemetar. Seumur hidupku aku tak pernah dibentak oleh orang lain dan ini pertama kalinya bagiku. Penyakitku kambuh. Dadaku terasa sesak dan jantungku berdegup kencang. Aku berlari ke kamar mencari obat. Buru-buru aku minum dan aku ambil tabung oksigen darurat agar pernafasanku kembali normal.

Nafasku kembali normal. Aku duduk meringkuk. Aku jatuh kembali ke dalam kegelapan. Aku menangis mengingat perkataan om Hendri. Apa salahnya aku jika punya penyakit. Itu bukan permintaanku. Aku ingin ditemani, bukan dikasihani. Tolong, kembalilah!

Aku takut sendiri! Aku takut kalah dengan diriku sendiri. Aku jatuh dalam kegelapan tak berujung. Aku menunggumu, menunggu ketika engkau menarikku dari kegelapan pada waktu itu. Jika memang benar-benar ada benang merah, maka aku berharap benang merahku terikat denganmu. Embun Paramastri.

Jam pukul 05.00. Aku bersiap-siap ke bandara. Keberangkatanku pagi dan cukup merepotoan bila macet tiba. Aku dibantu sama temanku Rizki.

"Gak ada yang ketinggalan kan? " tanya Rizki kepadaku.

"Enggak, " jawabku.

"Oke, " balas Rizki melajukan mobilnya.

Sebenarnya Rizki adalah satu-satunya teman cowokku yang paling dekat. Ibarat kata semua masalahku dia juga tahu.

"Embun nge tag? " tanyanya kepadaku.

"Hmmm"

"Mendingan ambil S2 yang jauh sekalian S3 biar bisa lupain Embun. Balas dendam yang terbaik adalah menjadi lebih baik, " ucap Rizki menasehatiku.

"Itu tujuanku. Emangnya Agung itu beneran pacarnya Embun? " tanyaku yang penasaran.

"Mereka pacaran kalau gak salah lumayan lama. Pacarnya anak fakultas seni. Agung Pratyaksa. Dia pinter sama kek Lo" ucap Rizki.

"Ya udah. Cuma penasaran aja kok. Ngomong-ngomong Gua tuh sebenarnya kurang apa sih. Perasaan anak baik-baik tapi kek gak ada tuh yang suka sama Gua, " ucapku curhat sedikit.

"Bukan gak ada yang suka, tapi Lo sendiri yang belum selesai masa lalu bro.. Inget! Masa lalu yang belum selesai gak akan pernah bisa memulai hubungan baru karena bukan Lo yang Gue kasihani, tapi gebetan Lo, " balas Rizki.

Tak terasa aku telah memasuki kawasan bandara. Ketika berada di tempatnya, aku keluar dari mobil membawa satu koper besar. Rizki keluar dari dalam mobil.

"Yang perlu Lo inget dari Gue adalah jangan pernah kembali sebelum berdamai dengan diri sendiri. Melupakan tak semudah yang diucapkan tapi jangan sampai karena cinta, hidup Lo berantakan. Kerjarlah karir sembari meng-upgrade diri sendiri, " ucap Rizki menepuk-nepuk pundakku sebelum kembali

Aku melihat mobil Rizki pergi menjauh. Aku berbalik dan menghirup nafas panjang dan aku buang.

"Aku harus bisa! " ucapku menguatkan diri.

Check-in telah aku lakukan hingga saatnya pesawatku take off. Aku berdoa di dalam hatiku semoga Tuhan melindungi dan memberkati perjalananku kali ini. Aku melihat langit yang indah entah berada di negara mana. Buku kecil aku keluarkan dan tanpa sadar aku menulis sesuatu ketika melihatnya. Seseorang disampingku berbicara ketika aku menyelesaikan tulisanku.

"Mas-nya seorang penulis? " tanya wanita tersebut.

Aku menoleh tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Penulis puisi mungkin?" ucap wanita tersebut kembali bertanya.

Kulihat catatan kecil sekilas dan tersadar apa yang baru saja aku tulis adalah puisi. Entah sejak kapan aku menyukai puisi.

"Boleh izin lihat karyanya? " tanya wanita tersebut.

Aku terdiam membuat wanita yang ada disampingku terhenyak.

"Perkenalkan, saya Azura, " ucap wanita tersebut memperkenalkan diri. Senyumnya manis tanpa dibuat-buat. Aku membalas jabatan tangannya dan memperkenalkan diriku sendiri. "Angga" Jawabku.

Aku berikan hasil tulisanku kepadanya karena aku pikir tidak ada salahnya aku memperlihatkan sekali-kali karyaku kepada orang lain selain Dia.

Azura tampak serius membaca puisi ciptaanku hingga ia tersenyum tanpa sadar. Aku melihat senyuman alaminya benar-benar terpesona mengingatkanku kepada Embun. Dia mengembalikannya kepadaku.

"Kamu hebat! Benar-benar menyentuh perasaan. Jarang-jarang aku bertemu cowok yang suka sastra, contohnya nulis puisi, " ucap Azura.

Aku tersenyum canggung. Azura tampak tersenyum senang seakan suasana hatinya membaik.

"Senja tak akan pernah ingkar janji meskipun ia datang dan pergi, " ucapnya mengulangi satu baris dari puisiku.

"Kamu suka senja? " tanyaku kepadanya.

"Aku suka karena namaku Azura yang berarti langit biru sedangkan senja adalah jingga yang akan melengkapi langit biru dikala waktu tertentu, " jawab Azura.

Tak kusangka aku mendapatlan teman baru di awal perjalananku. Akan aku deskripsikan bagaimana Azura pada saat pertama kali kita bertemu dan berkenalan secara tak terduga.

Dia Azura Zeline. Perempuan manis yang berwatak humoris dan suka berbicara pada semua orang. Apapun dia lihat akan diceritakan sebegitu detail hingga terkadang dia terbalik mengucapkan kata. Ucapannya sangat cepat hingga aku terkadang pusing mencerna apa intinya. Terkadang aku melihat dia berbicara kepadaku dan aku menatapnya ketika ia berbicara, bibi mungilnya terlihat lucu. Ingin rasanya aku cubit. Dia penyuka senja mungkin karena namanya Azura yang berarti langit biru. Dia ternyata suka sastra. Menulis dan membaca adalah hobinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!