Hujan deras mengguyur daerah setempat di mana bengkel Samudra berdiri.
Mada belum juga pulang. Si rese itu ternyata mendapat job perbaikan mobil di salah satu bengkel milik rekannya di pusat kota yang keteteran tenaga ahli. Samudra menggeleng menyikapi disertai umpat dan makian yang tentu tak akan didengar sahabatnya itu.
Hingga sore ini, bengkel tak juga dibuka Samudra. Padahal pelanggan terlihat hilir mudik pulang lalu pergi dengan embusan napas menyesalkan melihat rollingdoor yang terbentang menutupi tujuan mereka.
Samudra bosnya, jelas bisa seenak perut.
Dan Glo, awalnya gadis itu memutuskan untuk pergi tak lama setelah mereka sampai di bengkel usai kembali dari acara pertunangan Lussi, namun hingga jam lima sore ini, hujan tak juga reda. Memaksanya untuk tinggal, dan kini hanya termenung menatap pemandangan basah di balik kaca, dari dalam kamar yang semalam ia tiduri.
Sesekali wajahnya teralih menatap ponsel dalam genggaman dengan raut lesu. Masih berharap benda itu berdering menampilkan pesan atau panggilan sang teman yang ditunggunya dari kemarin.
Merasa pegal dengan apa yang dilakukannya, Glo memutuskan keluar kamar. Ponsel dicampakannya di atas ranjang.
Di ruangan yang di mana terdapat televisi menyala, Samudra duduk termenung dengan kepala tersangga sandaran sofa. Wajahnya terdongak membenturkan pandang pada langit-langit dengan tatapan kosong. Kaleng-kaleng minuman dingin nampak terserak di atas meja di hadapan. Beberapa telah tandas diteguknya.
Glo yang mendapati keadaan itu tentu paham. Perasaan Samudra tak sebaik yang dikatakan pria itu. Bagaimana pun dikhianati adalah hal menjijikan yang sudah pasti menyakitkan hati, walaupun Glo tak seberpengalaman itu soal asmara.
Dihampirinya Samudra dengan gerak lamban lalu duduk di sampingnya penuh kehati-hatian.
“Apa kamu lapar? Aku bisa masakin sesuatu,” tawarnya.
Mendengar dan menyadari itu, sontak Samudra mengangkat wajah lalu menoleh ke sampingnya di mana Glo kini menatapnya cukup prihatin.
Lelaki itu tersenyum, lantas menggeleng. “Aku belum lapar. Kamu?” Ia balik bertanya dengan nada parau. Sepasang matanya memerah sayu.
Glo juga menggeleng. “Sama.” Posisi diubahnya. Wajah lesu tanpa polesan make up miliknya kini lurus menghadap televisi yang menyiarkan sebuah berita sepak bola.
Samudra tahu gadis itu mulai bosan. “Apa rencana kamu selanjutnya?" Ia coba mengobrol, berharap bisa mengurangi kejenuhan Glo.
Glo menghela pandang ke arahnya. Sejenak ditatapnya wajah pria itu, lalu menggeleng seraya tersenyum masam. “Aku gak tau.”
Bingung sebenarnya. Saat ini Samudra dalam keadaan terbebani akan kejadian tolol tentang sang pacar yang berkhianat. Sekarang satu hal membuat perasaannya bertambah bingung. Bingung yang timbul dari rasa kasihan. Gadis di depannya terlihat seperti kehilangan arah hidup, walau Samudra belum tahu apa sebenarnya yang terjadi pada gadis itu, selain dari tatapan yang tersirat penuh beban.
Sampai sebuah ide kemudian muncul di kepalanya, untuk setidaknya mencairkan suasana.
“Mending kita karokean!” cetusnya seraya mengangkat tubuh, lalu melangkah ke arah depan menghampiri televisi. Kedua tangannya mulai sibuk memasang kabel microfon dan lain-lain, mengatur bagian yang dibutuhkan.
Glo memerhatikan lelaki itu dengan raut bingung. Hatinya meringis.
Karaokean?
Dengung musik berirama koplo mulai terdengar. Samudra kembali menghampiri Glo dengan dua buah mic di tangan. “Nih.” Disodorkannya satu buah pada gadis itu. “Ayo nyanyi.”
Glo tergagap menerima. Dari ekspresinya, jelas benda di tangannya itu terasa asing bagi ia yang tak pernah melakukan hal seperti yang baru saja diajak Samudra.
Samudra sudah masuk ke bait pertama lagu. Glo menolehnya dengan wajah masih bingung harus bagaimana. Tapi di menit berikutnya, mic yang ia genggam mulai ia dekatkan ke bibir, lalu bersuara--ikut bernyanyi dengan kaku. Lagu yang diputar cukup familiar, karena itu Glo tahu dan bisa mengikuti.
Senyum Samudra merekah indah menyikapinya. Keduanya saling pandang beberapa jenak dalam keadaan Glo yang bernyanyi dengan suara pelan.
Detik berikutnya, Samudra kembali ikut bernyanyi. Mereka berduet dalam keseruan melewati beberapa lagu berlainan rasa. Mulai dari koplo, dangdut yang dinyanyikan dengan nada ngaco, pop upbeat yang enak dibawakan Samudra, hingga lagu sedih bertema 'ibu’ yang membuat Glo bersedih, sampai tak sadar kepalanya tersandar di bahu bidang Samudra dengan wajah berurai air mata.
Samudra mengelus kepala gadis itu penuh perhatian.
“Ganti aja lagunya, ya?” kata lelaki itu menyarankan.
Glo mengangkat kepala. Merasa tolol, ia lantas tersenyum malu seraya mengusap basahan di pipinya yang mulus. “Maaf," ucapnya tak enak hati.
Samudra bantu mengusap pipi itu disertai senyuman maklum. “Gak apa-apa. Santai aja," balasnya. “Aku kebelet pipis. Ke toilet bentar ya,” katanya sembari beranjak.
Glo hanya mengangguk. Setelah Samudra hilang di balik kelokan menuju toilet, mic diletakannya di atas meja.
Entah sadar atau tidak, karena rasa haus mendera tenggorokan, tanpa membaca merk minuman yang berserak sisa Samudra, Glo mengambil satu, membuka tutup sparklingnya, lalu meneguk minuman itu. Wajahnya meringis di tegukan pertama. Ia memutar kaleng di tangan, memerhatikan kandungan di dalamnya. Cukup terkejut karena isinya ternyata adalah bir.
“Pantesan aja agak pait,” komentarnya sembari mengusap bibir. “Tapi ... enak juga sih,” lanjutnya konyol. Merasa tertantang, pada akhirnya ia meneruskan ke tegukan berikutnya.
Tepat di tetes terakhir, Samudra datang dan langsung terkejut melihat Glo yang baru saja mengangkat kaleng bir dari bibirnya. “Glo! Kamu minum itu?!” serunya bertanya seraya melangkah cepat, kembali duduk di tempat asal di samping Glo.
Glo menanggapi dengan senyuman kikuk. Bibir yang basah kembali diusapnya. “Abisnya aku aus,” tanggapnya bernada polos.
“Tapi itu 'kan bir, Glo!” Samudra sedikit cemas.
Deretan gigi putih nan rapi diunjuk Glo pada Samudra. “Gak apa-apa. Ini enak kok," balasnya tanpa dosa.
Samudra merasa salah. Dibenturkannya punggung pada sofa dengan senyum merenyih lalu menggeleng-geleng tak habis pikir. “Bener-bener stress ni cewek,” gumamnya, tapi Glo tetap masih mendengar.
“Aku emang stress, kamu tau?!” kata Glo seraya memukul asal pundak Samudra. Satu kaleng bir utuh kemudian diambilnya lagi dari atas meja. “Saking stress-nya, aku sampe kabur dari rumah!”
Samudra terkejut mendengar itu, sampai terperanjat santainya dari sandaran sofa. “Kabur?”
Glo mengangguk. “Iya.”
Sparkling kaleng berhasil dibuka gadis itu. Ia lalu tersenyum seraya mengacung-ngacungkan minuman itu ke depan wajah Samudra. “Aku mau lagi," katanya masih setengah waras.
Samudra tak mencegah menyaksikannya mulai meneguk bir di kaleng kedua. Sesuatu mungkin baru saja dipetik lelaki itu; Glo, gadis itu dalam keadaan tidak baik-baik saja, ia menyimpulkan.
Dan semakin kuat dugaan itu ketika tiba-tiba Glo tertunduk dalam lalu terisak.
“Glo!” Samudra mengangkat wajahnya dengan hati-hati menggunakan satu telapak tangan. “Ada apa?”
Dalam derai air mata, Glo menatap ke dalam mata lelaki di hadapannya.
“Kenapa aku gak bisa bebas lakuin apa yang aku mau dan aku suka? Kenapa aku diperlakukan seolah-olah aku adalah boneka?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MASIH PNASARAN DGN TMN GLO, CWEK ATAU CWOK....??
2023-11-20
1
Machan
mabok siah😝
2023-03-03
2
Machan
anjay, musik dangdut mesti
2023-03-03
0