Saat itu gerbang memang belum terkunci. Sebuah kesempatan yang akhirnya diambil Samudra untuk menerobos masuk.
Teriakan satpam dan Glo tak dihiraunya. Keduanya ikut mengejar Samudra yang telah berlari dan mencapai pintu utama aula acara yang terdapat di dalam resort.
Bukan ingin mengacau, Sam hanya ingin memastikan, bahwa wanita di foto itu benar-benar Lussi--wanita yang telah dipacari, dimanjakan, serta dicintainya selama setahun belakangan ini.
Kekacauan perasaannya timbul setelah ... mana mungkin ada orang dengan wajah yang begitu mirip dan nama yang juga sama?
Lussia Andarista, nama itu yang dibaca Samudra di depan sana. Dan itu benar-benar nama lengkap seorang Lussi--kekasihnya.
Keadaan nampak cukup ramai di dalam, namun acara belum dimulai sepertinya. Tamu-tamu menyusul berdatangan dari arah luar dan menyebar mengambil kenyamanan masing-masing.
Samudra menyisir ruang yang telah tertata cantik itu dengan sikap kalang kabut. Berkeliling memutar tubuh mencari sosok yang ia yakini adalah Lussi.
Satpam gerbang dan Glo masih mengikuti, namun kehilangan jejak Samudra ketika beberapa orang bagian catering, mendorong meja beroda berisi beragam jenis makanan hingga menghalangi jalan mereka.
Sedang Samudra, kini dalam keadaan diam dan tertegun, setelah satu ruangan besar lain yang sepertinya merupakan pusat inti acara ia masuki.
Belasan pose mesra terpajang rapi di setiap sudut dihiasi bunga-bunga cantik di sekeliling. Dipandanginya satu per satu dengan perasaan kacau.
Tidak salah! Itu memang Lussi.
Dan wanita itu kini bertunangan dengan lelaki lain.
Sepasang tangan Samudra ketat mengepal di sisi tubuh. Bening matanya memerah geram. Gigi bergemelutuk saling bergesek. Ia murka.
Kaki digerakannya perlahan, melangkah menuju satu foto yang berukuran paling besar yang ada di sana.
Setelah tepat berada di hadapan, kembali ditatapnya foto itu dengan perasaan ingin menghancurkan.
Dan ia benar-benar melakukannya.
BRAKKK!
Ditendangnya foto itu sekuat tenaga sampai terjungkal, kemudian lanjut diinjak-injaknya penuh amarah dan kebencian.
Semua orang berhambur mendekat karena terkejut.
“Ada apa?!” Mereka bertanya keras.
Namun Samudra tak menghirau. Geraknya berlanjut menghancurkan foto-foto lain membabi buta.
“WANITA KEPARAAT!” ia memaki di antara kegiatan rusak merusaknya. “BERANINYA KHIANATIN GUA!”
Beberapa pria maju untuk mengekang tubuh Samudra. “Woy! Udah, Woy!” cegah mereka.
Namun tenaga dengan amarah, jelas lima kali lipat lebih kuat dari biasa. Samudra dengan mudah menghempas siapa saja yang menghadang kegiatannya.
Glo dan Satpam gerbang baru saja sampai, langsung terkejut.
“Sam!” teriak Glo, lalu menghambur mendekati lelaki yang tengah kalaf itu dan menahan tubuhnya sekuat tenaga.
“Minggir kamu!” hardik Samudra mendorong tubuh kurus Glo di luar kendali hingga gadis itu tersurut ke belakang. “Aku mau ancurin semuanya!”
“Nona gak apa-apa?" Seorang pria menahan tubuh Glo. Gadis itu menggeleng--menyatakan ia baik-baik saja seraya menjauhkan diri.
“SAMUDRAAA!”
Sebuah teriakan mendengking di belakang, barulah berhasil menghentikan Samudra.
“Kamu apa-apaan, huh?!” Lussi, dengan gaun putihnya muncul tergopoh, setelah seseorang memberitahu perihal kekacauan yang dibuat Samudra di pusat acara. Ia ditemani pria yang ada di dalam foto--calon tunangannya.
Dengan mata tajam merahnya, Samudra menegakkan tubuh dan menatap Lussi. “Kenapa kamu lakuin ini sama aku, Lussi?!” geramnya bertanya.
Lussi tergagap. Ditatapnya Samudra sekian detik, menoleh pada pria di sampingnya, lalu kembali pada Samudra. “Aku ....”
“APA?!” teriakan menuntut Samudra tak sabar.
Tersentak Lussi menanggapi. Terjebak dalam bidang permainannya sendiri. Lelaki di sampingnya bahkan terus menatapnya dengan sorot sama-sama menuntut penjelasan. Wanita perawat itu terintimidasi dari segala sisi.
Glo memperhatikan mereka yang jadi pusat perhatian, namun wajahnya sesekali mengedar sekitar, seperti takut akan sesuatu.
“Bisa kamu jelasin ini, Lussi?” Pria calon tunangan Lussi menuntut penjelasan.
Samudra melihat keduanya dengan mata tajam memerah. Jelas ia menyadari dari ekspresi, jika lelaki itu juga sama tertipu seperti dirinya.
Lussi semakin dilanda kebingungan. “A-aku ....”
“Cepet jelasin!” sembur Samudra makin tak sabar.
“Iya!” Lussi meneriakinya kemudian. Wajah ber-make up tebalnya menantang angkuh pada Samudra. “Dia memang calon tunangan aku!” ia mengakui tak kaku lagi.
Samudra memang terkejut, tapi ia coba tahan amarahnya karena masih ingin penjelasan yang lebih detail. “Kenapa?”
Lussi maju mendekat beberapa langkah padanya. “Karena aku gak bisa menggantungkan harapan cuma sama seorang lelaki bengkel kayak kamu! Aku gak mau hidup susah dengan memaksakan diri bertahan sama kamu yang gak punya masa depan! Aku butuh lelaki kaya!”
Semua tercengang.
Sebuah alasan klasik memang. Tapi bagi Samudra, itu cukup menyentak dan menampar dirinya sebagai seorang lelaki yang tak pernah main-main memperlakukan wanita itu. Sebuah rumah minimalis bahkan telah dibelinya bakal masa depan ia dan Lussi jika nanti mereka menikah.
Kini semua hancur.
Selain mata tajamnya, tak ada kata yang keluar dari mulut Samudra. Ditatapnya Lussi penuh kebencian, lalu melenggang pergi meninggalkan tempat itu tanpa menoleh lagi. Tak peduli kekacauan yang ia buat di sana, hatinya jelas lebih kacau dari itu.
Terlalu malas jika harus berdiam tolol, memohon dan menuntut balik semua pengorbanan yang telah ia buat. Jika menuruti rasa, tentu ia ingin membunuh wanita itu, atau setidaknya menelanjangi dan menginjak-nginjaknya hingga tak berbentuk. Tapi untuk apa buang-buang waktu. Samudra tak mau lagi menjadi cengeng seperti dulu saat awal dia dipenjara. Dia bukan lagi Samudra yang rapuh.
Paham Samudra tengah kacau, hingga abai akan keberadaannya, Glo berlari cepat mengejar lelaki itu sebelum hilang.
Tepat ketika Samudra menaiki kendaraannya di luar gerbang ....
“Hey, tunggu!” Glo mencegah.
Pria itu melepas pegangan tangan di kedua stang motornya, lalu mengusap wajah. Lupa bahwa ia datang bersama gadis itu. “Sorry,” ucapnya menyesali. “Ayo naik!”
Glo menurut tanpa bantahan. Motor kembali melaju kencang. Samudra memacu didorong amarah, memaksa Glo akhirnya melingkarkan erat kedua tangannya di pinggang lelaki itu karena takut.
Kembali ke bengkel, Samudra memutuskan.
Glo turun dengan wajah merunduk tak enak setelah sampai. Ia merasa kejadian hari ini adalah karena dirinya.
“Kita lanjutin nanti cari alamat temen kamunya, ya?” kata Samudra berusaha mengatur nada bicaranya.
“Iya.” Glo mengangguk tak enak hati. “Gak apa-apa.”
Rollingdoor dibuka dan dinaikan Samudra untuk memasuki bengkelnya.
“Aku minta maaf!” kata Glo tiba-tiba.
Samudra menolehnya lalu berbalik menghadap gadis itu. “Kenapa minta maaf?”
Sesaat Glo terdiam, mencari kata yang tepat untuk ia lontar.
Samudra masih menunggu. “Glo.”
“Aku ... aku minta maaf, gara-gara nolong aku nyari alamat, kamu jadi ....”
Samudra tersenyum. Mendekat pada Glo lalu mengasak rambutnya. “Kenapa minta maaf? Justru aku ucapin makasih. Karena keliling anterin kamu, aku jadi tahu semuanya, kalo cewek yang selama ini aku bela-belain segalanya susah payah ... cuma seekor hewan pengerat.”
Glo mendongak, menatap Samudra terheran. “Kamu gak patah hati?” tanyanya heran.
Kali ini Samudra terkekeh kegelian. “Masih banyak baut sama lem di kotak perkakas aku buat sambungin balik 'tu ati yang udah patah.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sry Handayani
👍
2024-11-23
1
Lena Sari
aku mau dong hatinya d bautin mas samm
2023-11-21
1
Machan
masih bisa becanda berarti baek" aja ya, bang
2023-02-25
2