Steven sekarang sudah ada di kantor Stefan dia melihat kinerja tempat Stefan tidak jauh dari miliknya.
Semua orang memberikan hormat atas kedatangan Steven yang di anggap Stefan, Steven tidak bicara dia hanya mentap satu persatu karyawan Stefan.
Semua orang bergidik ngeri melihat tatapan tajam nan dingin Steven itu, setelah Steven masuk ke ruangannya semua karyawan menghela nafasnya "Aneh aku merasa tuan Stefan bertambah dingin, tuan Stefan sejak awal sudah terlihat dingin tapi seperti nya kali ini bertambah dingin dan kejam" Ucap. salah satu karyawan wanita Stefan, semua orang mengangguk mendengar pernyataan itu tanda menyetujui ucapannya
"Benar" Jawab karyawan yang lain.
"Sudah kembali bekerja atau kalian akan kehilangan pekerjaan kalian jika menggosipkan bos kalian lagi" Ucap karyawan laki-laki yang terlihat bijak itu.
Steven terlihat mengecek semua data yang ada di atas meja dan komputer Stefan, Steven tersenyum gaya kerja mereka memang sangat mirip rapi dan teratur membuat Steven tidak perlu terlalu bekerja keras untuk mengecek semuanya.
Steven melihat kotak bekal yang tanpa sadar dia bawa masuk ke dalam Kantor bersama dengannya.
Ravi melihat kotak makan itu, dia sendiri sebenarnya merasa lapar karena tadi pagi tidak sempat untuk memakan apapun selain minum air putih.
Steven menatap Ravi "Kau mau? " Tanya Steven membuat Ravi mengangguk cepat, dia tau apa yang di masak kartika sebenarnya jika tadi bosnya tidak terburu-buru mungkin dia bisa mencicipi apa yang di masak kartika.
Ravi mengangguk karena Ravi tau Steven tidak makan masakan sembarang orang hanya orang tertentu yang bisa membuatnya mencicipi makanan. "Ambilah!" Ucap Steven membuat Ravi tersenyum.
Ravi dengan tidak sabarnya membuka kotak makan di depan Steven, membuat Steven melirik ke arah kotak itu, bau yang tercium sangat memikat terlihat sangat enak tanpa sadar Steven menatap kotak makan itu.
Ravi menyadari tatapan Steven ke arahnya "Ah maaf tuan saya tidak sabar untuk memakannya jadi membukanya, saya permisi ke pantry " Ucap Ravi sembari merapikan kotak itu kembali, saat Ravi akan membawa kotak itu tiba-tiba tangan Steven di letakan di atas kotak makan itu membuat Ravi menatap Ravi "Ada apa tuan? " Tanya Ravi yang bingung kenapa Steven meletakkan tangannya di atas kotak makan itu.
"Tidak ada" Ucapan Steven seperti nya tidak selaras dengan tangannya yang enggan meninggalkan kotak makan itu.
"Ah, baiklah kalau begitu" Ravi bermaksud ingin menarik kotak makan tersebut tapi Steven seakan menarik dan menahan kotak makan itu juga di tambah tatapan yang sangat tajam seakan menyuruh Ravi melepaskan kotak makan itu.
Ravi mulai berfikir hah dia tau tuannya menyesali perkataan nya dan ingin meminta kembali kotak makanan itu tapi dia tidak mau menjatuhkan harga diri nya "Ekhm, se.. sepertinya saya tidak mau makan spaghetti sepagi ini, lebih baik ini untuk tuan saja" Ucap Ravi dengan berat hati yang sebenarnya dia sudah ingin memakan spaghetti.
"Oh, pergilah buatkan aku kopi" Ucap Steven yang masih menaruh tangannya di atas kotak makan itu.
"Baik Tuan" Ravi segera keluar dari ruangan Steven "Tugas ku sangat berat aku juga harus mengerti bahasa tatapan mata, kenapa tuan Steven tidak jujur saja huh mengerikan sekali" Gerutu pelan Ravi sebelum melangkah untuk membuatkan kopi.
Steven menatap kotak makan itu menarik mendekat ke arahnya dan membuka kotak makan itu, spaghetti dengan katsu yang sudah di potong rapi di atasnya benar-benar menggugah seleranya "Wanita itu tidak taukan makanan seberat ini bukan untuk sarapan! dasar" Ucapan Steven tak sesuai dengan gerakan tangan yang mulai mengambil sumpit sekali pakai yang sudah ada di kotak makan itu dan bersiap untuk menyantap sarapan yang ada di depannya.
Steven baru kali ini merasa sangat tertarik kepada makanan selain masakan mamanya, Steven mulai mencoba Katsu yang sudah di potong rapi itu, satu potong berhasil masuk ke mulut Steven, rasa yang sangat enak dan sulit di jelaskan membuatnya tak bisa berhenti mengunyah nya, Steven tanpa sadar menghabiskan katsu di atas spaghetti itu.
Steven menatap kotak makan yang tersisa hanya spaghetti, Steven mencoba spaghetti yang sudah tidak panas namun tidak dingin itu, Lagi-lagi satu suap sudah masuk membuat dia tidak bisa berhenti memakannya, Steven benar-benar menghabiskan bekal yang di buat kartika itu bahkan dia merasa masih kurang.
Ravi kembali dengan kopi di tangannya dia melihat Steven yang baru menutup kotak makan itu.
Ravi hanya bisa pura-pura tidak melihat dan menaruh kopi yang di pesan bosnya di atas meja "Ini tuan kopinya" Ravi menaruh kopinya.
"Hmm buang ini" Ucap Steven menunjuk kotak makan yang ada di depannya.
"Di buang tuan? tapi " Ravi merasa ragu apakah tuannya itu sudah memakan spaghetti itu atau belum, kalau belum Ravi merasa sangat menyayangkan untuk di buang dari baunya saja Ravi bisa tau spaghetti itu pastinya sangat enak.
"Buang! jangan membantah" Ucap Steven yang membuat Ravi hanya bisa melakukan apa yang di suruh, namun satu Ravi mengangkat kotak makan siang itu Ravi sangat yakin kotak itu sudah kosong, membuatnya lega dan sedikit kecewa karena dia tidak bisa mencicipi spaghetti yang terlihat lezat itu.
"Hari ini apa kau tau jadwal wanita itu? " Tanya Steven yang membuat Ravi menggelengkan Kepala nya.
"Saya tidak tau tuan"
"Hm.. " Steven kemudian menatap layar komputer nya.
Di sisi lain, Kartika sudah selesai sarapan dan membereskan villa yang begitu besar itu, "Huh sangat melelahkan" Kartika mendudukkan tubuhnya di kursi sembari menikmati jua tomat tanpa gula yang dia buat.
Kartika sudah mengistirahatkan tubuhnya dia kemudian kembali ke kamarnya baru masuk kamar dia sudah mendengar handphone yang dia letakan di meja kamar berbunyi, dia melibatkan nama belly di layar ponselnya.
Kartika menghela nafasnya bersiap mendengar cacian dari belly "Hallo " Ucap Kartika
"Kau istri preman apa kau lupa hari ini makan bersama keluarga, paman dan bibi sudah menunggu mu dan suami preman mu itu, cepat kembali untuk aku injak-injak" Ucap belly dengan sombong nya menutup telepon.
Kartika terdiam, dia tidak tau Stefan yang sekarang maukah bertemu dengan keluarga nya lagi, Stefan yang sekarang bagi Kartika sangat sulit untuk di dekati, namun dengan penuh keberanian Kartika menghubungi nomor Stefan namun nomor nya tidak bisa di hubungi membuat Kartika merasa khawatir dan cemas.
"Nomornya tidak dapat di hubungi bagaimana ini? " Tanya Kartika, namun sesuai adat dalam keluarga nya pengantin baru harus memberikan hormat kepada orang tua di hari pertama.
"Atau aku harus menghubungi kak Andy? tapi sudahlah" Ucap Kartika yang akhirnya menghubungi Andy, nomor Andy terhubung namun tidak di angkat. "Sudahlah kirim pesan saja" Ucap Kartika.
Kartika langsung bersiap dan berangkat ke rumah orang tuanya, Kartika hanya bisa mencari taksi untuk pergi ke rumah orang tuanya.
Kartika berjalan cukup jauh untuk sampai ke jalan utama, sampai di jalan utama Kartika langsung mendapatkan taksi.
Cukup lama Kartika berada di taksi akhirnya dia sampai ke rumah orang tuanya Kartika menghela nafas panjang setelah turun dari taksi dia tengah bersiap untuk mendapatkan hinaan dari keluarga nya "Stefan aku ingat ucapan mu kita akan menghadapi semua bersama tapi di mana kau sekarang? " Ucap Kartika
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
buktikan Kartika ke Steven kalau km tuh berlian yg sangat berharga
2024-11-09
0
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞ѕ¢🦐 ⧗⃟ᷢʷ
🤣🤣🤣babang Steve malu malu mau bang 😳
2023-05-15
1
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
wajah boleh sama, tubuh boleh sama tinggi.. tapi karakter gak ada yang sama..
2023-05-15
1