Dengan sabar Riki menunggu Dania membersihkan diri. Duduk di depan teras ditemani secangkir teh hangat buatan Bu Melati.
" Hai. Gue kira Lo udah pulang?"
" Enggak lah! Nanti ada yang marah lagi. " Goda Riki menatap Dania mengangkat kedua alisnya itu.
" Dih. Gak usah Ge er deh. "
" Buktinya itu tadi Kamu mau minggat. Mentang mentang udah dapet kerjaan segala mau minggat dari rumah. "
Dania tak terima menepuk pundak Riki dengan bogemnya.
" Achh. Sakit Dania! Aku laporin tindak penganiayaan loh."
" Heleh gak takut. Paling nanti jawaban. Penjaranya di hatiku ya!" Ucap Dania dengan suara menye menye.
" Hahaha. Lo kok tahu sih? Ah gak seru! "
" Apa sih! Gak jelas deh! Kamu pulang gih udah malem. Kamu pasti capek kan? "
" Emang! Itu tahu! Aku pulang dulu ya. Badanku udah bauk asem."
Spontan Dania langsung menutup hidungnya dengan tangan.
" Iya nih. Bauk ******! "
" Sembarangan kalo ngomong. Aku pulang dulu ya! Kamu istirahat. Semoga besok lancar ya! "
Dania melihat Riki keluar pagar. Kekasih hati yang bisa meneduhkan hati dan fikirannya. Hal yang Dania dapatkan selain dari keluarganya.
"Brumm."
Sorot lampu motor Kak Eric menyilaukan mata Dania. Dania menutup mata dengan tangannya itu. Tapi, ada yang berbeda raut wajah Eric seperti sembab habis menangis.
" Kak? Gak papa?"
" Hemh. Iya! "
" Kakak dipecat? "
Eric menggeleng tak setuju dengan pertanyaan Adiknya itu.
" Terus? "
" Huaaa!! Kakak ditolak Dania."
Dania semula berdiri didepan pintu ikut duduk disebelah Kak Eric.
" Serius sama siapa? Kok bisa emang Kakak udah nembak Dia? "
Eric justru menatap Dania dengan tatapan heran.
" Ha? "
" Kok ha sih? "
" Emang kalo ditolak harus ditembak dulu? "
Dania justru semakin bingung dengan Kakaknya itu.
"Lah Kakak ditolak gimana sih? Kok Dania malah bingung sendiri. "
Eric meletakkan tas kerjanya di samping membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman.
" Sebenarnya Kakak lagi deket sama teman Kantor namanya Nila. Kan udah lama tuh Kakak ada rasa sama Dia. Tadi kita ngobrol dan tau gak Dia bilang gini, "
Eric mengatur nafasnya, Dania masih antusiasme mendengarkan cerita Kakaknya yang belum berakhir.
" Ric , Gue sebel deh . Gue suka sama temen tapi Dia tu orangnya gak peka. Padahal setiap hari kita ketemu masak Gue harus nembak duluan. Kan gue cewek gitu Dan, "
" Buahahahahahahahaha." Dania tertawa sampai terjungkal.
" Dan, Lo kok malah ketawa sih? "
" Kakak. Kakak, ya ampun. Polos banget sih dirimu Kak. Makanya pacaran Kak. Jangan ngumpet di ketek aja. "
" Ett dah. Kenapa sih orang lagi sedih juga! "
" Kakak, itu namanya bukan ditolak. Dia itu. Eh siapa tadi Kak Nila itu justru nyindir Kakak biar nembak Dia dodol! "
" Nembak tu gimana sih Dan? "
" Em gini gini lebih ku jelasin secara sederhana aja ya. Nanti Kakak malah mumet. "
Eric mendengar ucapan Dania dengan serius, Dania hampir tertawa melihat kepolosan Kak Eric yang absurd itu.
" Kakak ungkapin perasaan Kakak ke dia. Contohnya. Nila aku suka sama Kamu, mau gak jadi pacarku?. Gitu "
" Ohh. Terus? "
" Ya nanti Kakak tinggal tunggu jawaban Dia lah. Nanti baru Kakak tahu Dia nolak apa enggak. "
" Hehe jadi Dia gak nolak Kakak ya? "
Dania tentu saja langsung menjawab dengan cepat.
" Belom lah. "
Wajah Eric semula sedih menjadi cerah. Eric bangkit dan kembali bersemangat.
" Oke besok Kakak mau ungkapin perasaan Kakak."
Eric menepuk kedua pundak Dania meminta restu sang Adik.
" Siap. Jangan lupa seblak. "
" Tenang! "
Eric membentuk huruf O pada jempol dan telunjuknya. Mereka masuk kedalam rumah. Eric menggoyangkan badannya ke kiri dan ke kanan. Dania mengikuti dari belakang.
" Kakak umurnya aja yang tua. Tapi kok malah kayak ABG. "
Dania menutup pintu dan beristirahat untuk hari esok.
**
Dania membawa bekal. Dania sadar bulan ini belum mendapatkan gaji. Ia akan mengirit pengeluaran agar cukup untuk ongkos pulang pergi.
Dania tak mau menjadi beban kedua orang tuanya. Cukup makan sehari hari saja pengeluaran Dania yang masih ikut kedua orang tuanya.
" Tunggu Aku Ibu, semoga bulan depan Dania bisa gajian! "
Tekad Dania sambil berkaca melihat dirinya menggunakan setelan formalnya.
Bu Melati terpana saat melihat Dania menggunakan baju itu.
" Astaga cantiknya putri Ibu. Ayah lihat Dania Yah! "
Pak Burhan lari mendengar Ibu Melati memanggilnya.
" Uluh uluh anak Ayah! Ayo kita sarapan dulu! "
Pak Burhan menarik kursi dimeja makan dan menyuruh Dania lekas duduk.
" Ini makan dulu ya Nak. Biar kuat! "
Pak Burhan juga meletakkan nasi di piring Dania.
" Terimakasih Ayah. "
" Eh mau kemana kamu Dania? " Eric mengucak kedua matanya melihat tampilan Dania berbeda.
" Aku hari ini mau kerja Kak. Doain lancar ya!"
" Eh kok semalem gak cerita? " Eric membuka kursi sendiri dan ikut duduk.
" Hehe maaf lupa. Habisnya Kakak sendiri lagi ga--. "
Eric membekap mulut Dania hingga tak sampai ucapan terakhir.
" Apa ini Eric? Kakak kenapa?" Tanya Bu Melati penasaran.
" Enggak kok Bu, Dania udah siang berangkat gih! Nanti telat loh. "
" Apaan! Baru juga jam enam!"
" Ok ok. Ststst." Dania mengangguk paham mengunci mulutnya rapat-rapat. Pak Burhan dan Bu Melati saling menatap. Apa yang sedang disembunyikan oleh kedua anaknya.
*
Dania berangkat menggunakan ojek online. Semalam Riki ingin menjemputnya. Tapi Dania menolak karena ingin berangkat lebih awal.
Dania ingin mengenal lingkungan kerjanya.
" Selamat Pagi Bu, karyawan baru ya?"
Sapa Pak Nino security Kantor.
" Iya Pak. Baru hari ini masuk kerja." Ucap Dania membungkukkan badannya. Dania tetap menghormati Pak Nino karena usia lebih tua darinya terlebih Pak Nino juga lebih dulu berkerja disini.
" Semoga betah ya Bu, silahkan masuk!"
Dengan perhatian Pak Nino membukakan pintu untuk Dania. Dania membalasnya dengan senyuman manis.
Bu Tina sudah datang tak menyangka Dania akan datang sepagi ini.
"Dania sudah datang?"
" Iya Bu, selamat pagi!"
" Selamat Pagi. Mari Saya antar ke ruang kerja Kamu."
Bu Tina membawa Dania ke ruang kerjanya.
" Sekarang ini ruang kerja sementara. Jika Kamu lolos training, akan Kita pindahkan di ruang kerja untuk karyawan tetap."
Dania mengangguk paham.
Bu Tina menjelaskan beberapa tugas Dania secara panjang lebar. Tentang tugas, bonus dan tujangan yang lain.
Dania juga mencatat poin penting di buku catatannya.
" Selamat berkerja Nona Dania dan selamat berjuang. Semoga betah di Perusahaan ini ya! "
Bu Tina pergi meninggalkan Dania.
Dania duduk dimeja kerjanya mengamati segala isi ruangan. Dari furniture dan alat tulis tak luput dari pandangan Dania.
" Wahh Aku beneran udah kerja. Ahh gak mimpi kan?"
Dania menepuk kedua pipinya.
" Oke Dania semangat! "
Ucap Dania dengan semangat membara.
" Tok. Tok. Tok. "
" Eh siapa? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments