"Sayang ayo kita pulang!"
"Gak mau mah! Riki mau disini!"
"Tapi nanti kamu ngrepotin Bapak ini!"
"Bukan Bapak ini Ma, namanya Pak Burhan!
Riki tak suka melihat Sang Mama mendatanginya ke Kedai. Riki masih menolak ajakan Atmika untuk pulang.
"Riki! Mama mohon!" Atmika memaksa secara halus. Berharap Riki mau pulang bersamanya.
"Nak, ikuti dulu permintaan Ibumu." Ucap Pak Burhan tak tega melihat Atmika memohon sampai berlutut.
Riki lebih mendengar ucapan Pak Burhan meskipun bibirnya terlihat bergetar.
"Pak, saya pulang dulu! Terimakasih untuk selama ini sudah mau memberi saya tempat tinggal." Riki membungkukkan kepalanya. Dan berjalan meninggalkan Atmika. Atmika memberi hormat pada Pak Burhan dan mengejar Riki.
"Riki! Tunggu Mama!" Atmika tertinggal langkahnya. Riki masuk kedalam mobil Ia tak ada niat untuk berdebat lebih banyak lagi dengan Atmika.
Riki menyenderkan kepalanya di kaca mobil. Tak mau menatap Sang Mama.
"Mama. Mau pergi lagi?" Tanya Riki dengan suara malas.
"Enggak sayang. Mulai hari ini Mama akan temani. Riki!"
"Janji?"
"Iya Sayang."
Riki memang kecewa. Tetapi ada persaan lega dalam hatinya. Riki memang tak menyukai sikap Papanya Anggoro. Tetapi ketika ada Atmika, Anggoro tak akan membuat masalah dan menjalani kehidupan seperti orang biasa. Sebaliknya jika Atmika pergi. Anggoro terlihat uring uringan tak jelas dan melampiaskan semuanya pada Riki.
*
Atmika berhasil membawa Riki pulang. Dirumah ada anggota keluarganya Tante Siska yang datang dari Provinsi jauh.
"Halo keponakan Tante.. masih inget Tante gak?"
Riki mengernyitkan dahinya, menatap Siska dengan acuh. Riki tak berniat untuk berkenalan dengan Tantenya itu dan melangkah pergi tanpa menjawab.
"Ih, gak sopan banget!" Gerutu Siska merasa tak dianggap.
"Akhirnya kamu pulang Riki!"
Ujar Anggoro pada putranya yang baru datang.
"Kalo Papa gak bikin ulah, Riki gak mungkin pergi!"
"Hey? Dari mana kamu belajar kata itu hah? Kamu baru pergi beberapa hari aja tambah berani ya sekarang!"
Anggoro tak terima Riki berucap kasar padanya. Padahal Anggoro lah penyebab Riki menjadi seperti itu.
"Anggoro. Tolonglah! Jangan ganggu Riki!"
Atmika berteriak dari dalam dapur. Susah payah Atmika membawa Riki pulang dan Anggoro bisa saja menghancurkannya lagi.
"Cih.. dasar Ibu dan Anak sama saja." Anggoro berlalu menaiki tangga dan masuk kedalam kamar.
"Riki jangan dengarkan Papamu! Sekarang masuklah ke kamar Sayang!" Atmika mengusap kepala putranya. Memberi pengertian agar Riki tak pergi lagi.
"Brakk." Riki menutup pintu kamar kencang.
"Hah!" Riki merebahkan badannya dikamar.
"Drtt."
"(Dania : kata Ayah kamu pulang?)
" ( Iya terpaksa :( )"
"( Dania : semangat dong. Besok kita ketemu lagi pangeran arang. Hihihi :*)"
"( Iya Ratu arang :p )"
"( Dania : ih dasar kamu ya! Good night Riki.)"
"( Good night Dania :* )"
Hati Riki yang sedang memanas bisa dingin dengan pesan yang dikirim Dania. Riki mulai rindu dengan Dania.
"Dania pacarku sekarang! Yeay Dania I love you."
Riki memeluk erat bantalnya membayangkan jika itu adalah Dania.
**
Pagi harinya semua berkumpul untuk sarapan. Atmika menyiapkan roti bakar kesukaan Riki. Anggoro juga sudah duduk di depan meja makan.
Riki melihat Tante Siska ikut hadir disana. Baru teringat olehnya. Tante Siska adalah adik dari Ibunya Atmika. Tante Siska dulu tak menyukai Riki bahkan sering mencubit dan memarahi Riki.
Siska memang membenci kelahiran Riki karena sejak Riki lahir Atmika berhenti bekerja dan tak bisa menuruti semua keinginan Siska. Sikap materialistis Siska memang sudah mendarah daging. Bahkan niatnya untuk tinggal dirumah adalah menumpang hidup enak dengan Atmika. Seharusnya Siska masih bisa mencari pekerjaan. Sayangnya sikap malas Siska itu membuatnya ingin semaunya sendiri. Hidup enak tanpa harus berusaha.
"Riki siapa wanita yang sering bersamamu?"
Atmika mengajak anaknya berbicara memecah keheningan di antara mereka di meja makan. Riki menoleh pada Sang Mama, memasukkan roti pada mulutnya.
"Dania Ma," ucap Riki singkat. Riki sadar, ternyata Mamanya sudah mengawasinya sejak lama.
"Dia pacarmu kah?"
"Iya!"
Atmika membuka matanya lebar, dan Semakin ingin tahu tentang kehidupan sehari hari Riki.
"Awas nanti Dia cuma mau morotin kamu lho Ky." Ujar Tante Siska ikut menyela.
"Tante kalo gak tahu apa apa, mendingan diem aja deh! Mah, Riki udah sarapannya. Riki pamit dulu!" Riki mencium tangan Atmika dan Anggoro.
Sebelum pergi menatap tajam Siska dan berlalu tanpa menyalami tangannya.
"(Ck, punya keponakan satu aja belagu banget!)" Guman Siska dalam hatinya merasa jengkel karena Riki sama sekali tak menghormatinya.
"Aku mau berangkat dulu Atmika."
"Ya!"
Anggoro mencium kening Atmika dan membawa tas kerjanya. Semenjak kejadian itu Anggoro sedikit berubah. Ia tak pernah keluar malam lagi dan banyak dirumah sekarang.
Tentu saja Atmika tak mudah terbuai akan bertahan berapa lama perubahan Anggoro.
"Sis, kamu jangan ikut campur urusan Riki. Diamlah saja dan makan minum sesuai kebutuhanmu. Aku sudah kesulitan untuk membawa Riki pulang!"
"Kriett."
Atmika bangkit dari meja makan meninggalkan ucapan untuk adiknya itu. Siska semakin tak terima mengepalkan tangannya.
"Ahh. Dasar! Kalian sombong sekali. Mentang mentang aku hanya menumpang disini!"
Siska memang tak pernah bisa menerima kritikan dari siapapun. Ia selalu ingin menang sendiri, rasa bencinya kepada Riki semakin bertambah.
"Awas aja! Tunggu tanggal mainnya!"
"Hey! Kenapa diam saja? Bantu Kakak membereskan meja makan."
"Ya! Kak!"
Dengan berat hati Siska bangkit membawa piring kotor ketempat cuci piring.
"Loh, kok cuma dilihatin! Cuci lah!" Sentak Atmika pada Siska.
"Kak, aku bukan pembantu!"
"Lalu, menurutmu Kau pemilik rumah disini? Bayangkan berapa uang sewa rumah yang harus kau keluarkan, sedangkan kau bisa hidup gratis disini! jadi, bantulah aku sedikit saja!" Sentak Atmika lagi dengan suara agak meninggi.
"Iya iya Kak."
Siska memutar malas kedua bola matanya. Tangannya juga segera mencuci piring sebelum Atmika benar benar memarahinya.
**
Riki kesekolah dengan menggunakan motor sport ninja kesukaannya.
Tak dipungkiri beberapa hari ini Riki rindu dengan motornya ini.
"Hai Boy! Lama gak ketemu ya!" Sapa Riki mengajak motornya berbicara.
"Brumm. Brumm. Brumm."
Riki memutar gas memanaskan mesin motor yang beberapa hari tak digunakan.
Riki juga membawa helm dan memakainya. Tubuh Riki yang tegap dan tinggi itu semakin terlihat gagah saat menggunakan motor dan helmnya itu. Menambah daya tarik Riki semakin mempesona.
**
Dania masih sibuk menggunakan sepatu sekolah. Kak Eric ingin mengajaknya berangkat bersama.
"Dan, mau bareng Kakak gak?"
"Enggak Kak!"
"Loh, kenapa? Kemarin pingin bareng?"
"Aku mau nunggu Riki, tadi dia WhatsApp mau jemput."
Eric langsung berhenti dan mendekati Dania dengan tatapan menggoda.
"Haha! Kamu pacaran ya sama Riki? Ngaku!"
Dania tak menjawab hanya tersenyum malu tentu saja Eric tahu tanpa Dania menjawab pertanyaan itu.
"Ciee, pacar baru. Ibu? Dania paca---"
Segeralah Dania membekap mulutnya Kakaknya yang ember itu.
"Ststst! Jangan bilang Ibu Kak."
Dania mengubah wajahnya dengan ekspresi aneh menatap Eric agar tak membocorkan hubungannya.
Eric menepis tangan Dania dan berhenti melanjutkan perkataannya.
"Emh. Oke oke! Nanti kalo berangkat hati hati. Kakak berangkat dulu!"
Eric pergi sendiri tanpa Dania. Dania masih sabar menunggu Riki meskipun hari mulai siang.
"Brumm. Brumm. Brumm."
"Nah itu dia!"
Riki membuka helm menyapa sang Kekasih yang sudah sabar menunggu kedatangannya. Riki tersenyum simpul menatap Dania penuh rasa cinta.
"Maaf ya, lama nungguin?"
"Ya, lumayan lah."
"Yuk, berangkat!"
Mereka berangkat bersama menggunakan motor.
Semua mata tertuju pada Dania dan Riki. Bagaimana tidak? Kenapa mereka harus berangkat bersama? Bahkan rumah mereka berdua tidak searah.
Tentu saja Dani menatap sinis. Melihat Riki sedang bahagia dengan orang lain.
"Ahh. Gak bisa ku biarin!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments