"Kamu masuk dulu ke kelas!" Ucap Riki pada Dania.
"Kamu duluan aja! Oh ya. Kamu kalo malu berangkat sama aku. Besok kita gak usah bareng lagi!" Ucap Dania.
"Enggak kok! Justru aku seneng ada temennya. Aku baru pertama kayak gini." Ucap Riki senang tanpa mengada ada.
Bahkan Dania bisa melihat kepolosan Riki yang tulus itu.
"Okedeh, aku masuk dulu ya! Kamu hati hati. Bye Riki!" Dania pergi meninggalkan Riki,menuju kelasnya.
*
Agnes melihat sikap Dania yang sedang senang itu akhirnya penasaran.
"Elo habis menang chiky berhadiah ya?" Celetuk Agnes sambil memangku dagu dengan tangannya.
"Ih kepo deh Lo Nes!" Jawab Dania.
"Elo habis pisah sama Kak Dion kok malah bahagia banget kayaknya." Ucap Agnes lagi. Kali ini membuat Dania tersadar. "Iya yah, aku kok putus sama Kak Dion malah bahagia gini. Ini karena itu atau yang lain?" Ucap Dania memikirkan perasaannya.
"Lo udah ada cowok baru ya?" tanya Agnes lagi.
"Apaan sih Nes. Lagian suka suka Gue dong. Mau punya pacar lagi atau enggak!" Ucap Dania berani.
"Iyadeh. Terserah Lo aja." Ucap Agnes acuh meninggalkan Dania dan kembali ke tempat duduknya.
Dania sedang bersiap menunggu jam masuk. Tapi Pak Burhan mengirimkan pesan pada Dania.
"Drtt."
"Drtt."
"Drtt."
"Eh. Siapa nih." Dania melihat ponselnya yang bergetar.
"(Ayah : Dania tolong nanti belanja Ayam di Mang Udin ya! Kalo mau ajak Riki sekalian buat nemenin kamu. Oke! :) )."
"(Siap Ayah)." Balas Dania mengirim pesan itu pada Pak Burhan.
Dania meletakkan ponselnya lagi kesaku dan bersiap menunggu jam mata pelajaran dimulai.
*
Jam 9.40 waktunya istirahat pertama. Aku mencari Riki untuk memberi tahu perintah Ayah.
Ku lihat Riki sedang duduk dikelas sendirian.
"Hey! Sendirian aja!" Sapaku mengagetkan Riki.
"Eh kamu! Kenapa kok kesini?" Tanya Riki heran melihatku datang untuk mencarinya. Aku duduk dikursi kosong tepat disebelah Riki.
"Tadi Ayah bilang aku suruh beli ayam. Kamu mau nemenin gak?"
"Boleh kok. Pulang sekolah?" Tanya Riki.
"I---yaa!" Kata ku terputus melihat segerombolan Dani bersama teman yang lain masuk kedalam kelas.
"Cie. Lo putus sama Dion kok malah turun pangkat sih Dania." Celetuk Dani sengaja menghina Riki.
"Maksud Lo apa ngomong kayak gitu?"
Tanyaku tak terima.
"Ya cari kek yang seimbang sama Lo. Masak Riki! Udah keluarganya ancur. Bokapnya tukang selingkuh!"
Riki bangkit dan menyeret kerah Dani dengan kasar. "Lo gak usah banyak ngomong deh. Mendiang tu mulut diem. Atau gue jejelin pakai ni bogem." Riki mengepalkan tangannya didepan wajah Dani. Dani tersenyum mengejek. "Ya kan emang bener! Dania lebih baik Lo mundur daripada nyesel." Ucap Dani tak gentar. Aku berdiri bersebelahan dengan Riki. Tanganku juga menggandeng Riki mesra.
"Gue gak perduli sih tentang masalah Riki. Gue juga nyaman tuh sama dia. Dan tentang keluarganya kayaknya Lo gak usah ikut campur. Bokap Lo kena kasus Korupsi kan? Dan sekarang dia lagi diperiksa Pihak Penyidik?" Ucapku berbalik menyerang Dani.
Aku sadar nafas Dani menjadi lebih cepat. Wajahnya memerah akibat menahan rasa malu.
"Kenapa diem? Kaget?" Tanyaku lagi.
"Dani, gue kasih tau ya. Setiap orang pasti punya sisi jelek masing masing. Gak ada yang sempurna di dunia ini. Jadi tolong ya! Jaga sikap dan mulut Lo yang kotor itu! Sorry gue cabut dulu!" Aku menepuk pundak Dani dan meninggalkan senyuman untuk sengaja meledek Dani. Dani menciut dan tak berani lagi menganggu Riki. Puas sekali bisa membalas ucapan orang yang hobinya merendahkan orang lain. Bahkan tak bisa berkaca atas kesalahannya sendiri.
*
Riki benar benar tak mengira jika Dania akan berani melawan Dani. Padahal Riki saja malas sekali harus berhadapan dengan Dani yang mempunyai koneksi di Sekolahan. Ternyata Dania mengetahui rahasia Dani yang tidak diketahui anak anak lain.
"Ahh, lagi lagi jantungku kok kayak gini " ucap Riki memegang i dadanya.
Hari ini Ia benar benar takjub dengan Dania.
"Lo dari mana Dan?" Tanya Renata teman sekelas Dania sedang menatap tajam.
"Ahh aku? Dari kelas Riki kenapa?" Tanya Dania.
"Gak papa tanya aja. Ngapain kesana?"
"Kasih tau gak ya?" Ucap Dania sengaja semakin membuat Renata jengkel.
"Ih dasar kamu mah! Nanti pulang bareng yuk! Aku traktir cilok!" Ajak Renata pada Dania.
"Gak bisa! Aku mau belanja dulu. Maaf ya!" Ucap Dania halus menolak ajakan Renata teman sebangkunya itu.
"Yah! Yaudah deh gak papa." Ucap Renata pasrah.
Pertemanan Renata dan Dania tak terlalu dekat hanya sebatas teman sekelas dan sebangku saja. Dania jarang curhat dan menceritakan hal privasi pada Renata. Tetapi meskipun begitu mereka saling membantu jika ada masalah antara satu sama lain.
**
Waktu istirahat telah berlalu. Riki kembali fokus pada mata pelajaran selanjutnya.
Pak Budi agak merasa aneh dengan tingkah Riki yang fokus belajar. Padahal biasanya Riki hanya tidur didalam kelas.
"(Ah, sepertinya anak itu mulai rajin sekarang!) Ucap Pak Budi dalam hati. Pak Budi senang melihat perubahan Riki yang sekarang. Ia juga terlihat diam dan tidak membuat masalah.
"Gue sekarang mau fokus belajar. Gue gak mau buat Dania malu. Gue inget kata Pak Burhan, harus sukses biar Papa tahu aku bisa hidup tanpa uang Papa lagi." Ucap Riki bertekat dalam hatinya. Tentu saja dengan mengubah segala kegiatan buruknya menjadi lebih baik lagi.
Riki mulai membuka buku yang sudah lama tak Ia pegang. Bahkan sengaja di tinggal didalam kelas.
Ini kali pertamanya Riki kembali menyentuh buku dan membaca. Semua karena Dania. Riki ingin memantaskan diri agar seimbang dengan Dania. Meluluhkan lantahkan pandangan orang lain yang menganggapnya remeh.
**
Jam belajar telah usai. Dania berjalan keluar kelas. Dari jauh Dania melihat Riki sudah menunggu di pintu gerbang.
"Udah lama Ki?" Tanya Dania menghampiri Riki.
"Belum ko, paling sekitar 5menitan. Yuk berangkat!" Ajak Riki melangkah lebih dulu. Dania berjalan dibelakang Riki. Riki menyadari langkah Dania lebih pendek darinya. Dan memundurkan langkahnya untuk mengimbangi Dania.
"Maaf aku kecepatan yaa!" Ucap Riki berjalan mengiringi Dania.
"Hehe kamu sadar ya? Ya maklum aku kan pendek." Ucap Dania.
"Eh, aku gak ngomong lho ya." Ucap Riki mengangkat kedua tangannya.
"Hahahaa. Aku sendiri yang ngomong. Emang aku nuduh kamu." Dania tertawa lepas.
"Makanya kalo tumbuh tu keatas jangan melebar. Kamu kebanyakan pengembang sih!" Ucap Riki.
"Ih. Riki. Emang aku donat apa?" Dania mencubit tangan Riki. Sepanjang perjalanan Riki dan Dania terus bercanda. Semua orang yang melihat pasti akan mengira jika keduanya adalah pasangan kekasih.
Sampailah mereka di Pasar membeli ayam sesuai permintaan Pak Burhan.
"Berapa Mang?" Tanya Dania pada Mang Udin.
"Udah catet aja dulu Neng, nanti totalan akhir bulan." Ucap Mang Udin santai.
"Oke deh. Nanti aku ngomong sama Ayah ya Mang. Terimakasih banyak ya Mang, semoga dagangan Mamang laris manis." Ucap Dania lagi.
"Aamiin.aamiin. Iya Neng. Semoga ayam bakar nya juga habis ya Neng."
"Aamiin. Dania pulang dulu ya Mang." Ucap Dania pamit pada Mang Udin.
Kali ini Riki dibuat kagum lagi dengan sikap santun Dania. Riki melihat wajah Dania yang selalu tersenyum jika bertemu dengan orang lain. Riki kini mengerti, membuat orang senang tak harus dengan uang saja. Melainkan dengan tegur sapa dan saling mendoakan juga bisa membuat seseorang senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments