" Kamu mau putus?" Riki memotong ucapan Dania.
Fikiran Riki melayang terlalu jauh. Mengira jika Dania akan memutuskan hubungannya.
"Hah?" Dania terkejut atas prasangka Riki itu.
"Enggak! Sebaiknya kita duduk. Aku capek berdiri terus!"
"Astaga Dania! Jantungku mau copot tau gak?" Riki mengusap wajahnya ingin sekali Ia menghujami Dania ciuman. Tapi itu mungkin, justru bisa saja Ia akan langsung diusir Pak Burhan.
"Duduk ya! Aku buatin kopi dulu."
Dania akan pergi tapi Riki langsung menarik tangannya.
"Jangan! Aku kangen banget sama kamu. Tadi aku udah banyak minum kopi di Kantor. Kamu mendingan diem aja disini!"
"Eh! Yaudah." Jawab Dania pasrah dan duduk kembali.
Riki meletakkan kepalanya di bahu Dania. Dania mengusap kepala Riki dengan manja. Obat yang paling mujarab ketika lelah adalah bertemu dengan pujaan hati, seketika semua rasa lelah akan hilang.
Riki masih mengenakan setelan jas formalnya itu. Rambut yang sudah terlihat acak acakan. Dan kerah tangan dilipat ke atas sampai ke siku tangannya, tapi itu semua tak mengurangi ketampanan Riki. Ia masih terlihat gagah dan mempesona.
"Kamu capek ya Ky?"
"Iya Dan, capek banget jadi CEO. Belum lagi ada masalah yang lain."
"Sabar ya! Jadi pengangguran juga capek kok. Capek tidur! Capek melamun! Capek nulis lamaran!"
Riki tersenyum geli. Dania memang pandai membuat kata kata yang bisa membuatnya tersenyum.
"Kamu kenapa gak masuk Kantorku aja sih Dan, kita kan bisa setiap hari ketemu!"
Riki sebenarnya ingin sekali mengajak Dania bekerja di Perusahaan miliknya itu. Hanya saja Dania terus menolak ajakannya.
"Aku mau coba usaha sendiri dulu Sayang. Maaf bukannya aku gak hargain permintaan kamu. Aku mau coba buktikan kinerjaku sendiri!"
Tolak Dania sekali lagi.
"Okelah, tapi kalo kamu berubah fikiran langsung datang aja ya. Gak usah kirim surat lewat HRD. Aku langsung menggelar karpet merah menyapa kedatangan kamu di Kantor."
Ucap Riki tanpa keraguan.
"Huahahha. Emangnya aku Presiden apa? Segala mau di gelarin karpet merah."
"Iyalah. Kamu kan Presiden hatiku. Kamu adalah Pemimpin, gak ada orang lain yang bisa gantiin kamu disini."
Riki menunjuk kearah dadanya memberitahu dengan jelas bahwa Dania akan selalu ada di hatinya.
Dania tersenyum manis. Tentu saja perkataan Riki adalah ungkapan yang tulus. Dari wajahnya sangat terlihat tak ada kebohongan.
Pak Burhan dan Bu Melati sedang mengintip dari jendela. Melihat Riki dan Dania saling mencurahkan perasaan mereka.
"Lihat putrimu Bu! Beruntung sekali dia memiliki kekasih yang peduli."
"Iya Yah, Ibu fikir setelah putus dengan Dion. Dania akan susah move on. Ternyata Dania malah semakin bahagia."
"Ayah tak menyangka jika Riki akan bisa menjadi sukses seperti sekarang!"
"Ayah! bagaimana jika mereka menikah?"
"Ya, kita tinggal merestui. Apa lagi?"
"Hahaha. Benar! Asal Dania bahagia, Ibu akan bahagia."
"Mari kita ke kamar Bu! Ayah mengantuk. Gak baik ngintip orang yang lagi pacaran lama lama."
Pak Burhan dan Bu Melati meninggalkan Dania dan Riki biarkan mereka menikmati masa berdua.
"Dan, kamu gak usah kerja aja gimana?"
"Maksud mu?"
"Kita langsung nikah aja."
"Uhuk. Uhuk. Huk." Dania justru tersedak air ludahnya sendiri. Riki langsung mengangkat kepalanya tatapan matanya seperti kecewa.
"Kamu gak mau ya?"
"Eh gak gitu Ky, Aku mau. Tapi Aku pengen tahu dunia kerja tu kayak gimana? Aku juga pengen ngerasain hasil kerjaku ada nilai uangnya. Dan kuliahku biar gak sia sia kan kasian Ayah udah keluar biaya banyak."
"Iya sih. Aku akan setia menunggumu Dania. Asal jangan lama lama. Aku udah gak tahan."
"Tahan apa? Pipis?"
"Hadeh! kamu pura pura gak tahu."
Riki menggelitik pinggang Dania. Dania menjerit geli dan berusaha menghindar. Suasana malam yang sepi membuat mereka tak sadar jika sudah hari sudah larut.
"Dan, aku pulang dulu ya! Kamu tidur sana! Semoga kamu cepet bisa nemuin Kantor yang cocok denganmu."
"Iya. Kamu hati hati ya!"
Riki mendekatkan wajahnya ******* mesra bibir Dania. "Ilove u Dania." Bisik Riki tepat ditelinga Dania. "Ilove u too. Hati hati dijalan." Dania menunggu Riki pergi, hingga mobilnya tak terlihat lagi.
"Hoamhh. Aku tidur dulu lah." Dania menutup pintu perlahan dan masuk kedalam kamar.
"Cie yang habis di apelin!" Goda Kak Eric keluar dari kamar.
"Makanya jangan jomblo muluk. Sono cari pacar. Biar hidup Kakak lebih berwarna gak hitam putih aja."
"Sialan Lo Dan. Lo kira gampang nyari cewek."
"Gampang Kak! Di got banyak. Wkwkwk."
"Kampret itu mah tikus got."
"Hahaha."
Dania senang sekali meledek Kakaknya itu. Sudah kepala dua Eric belum pernah sekalipun mengajak teman wanitanya kerumah. Padahal tampang Eric tidak jelek. Mata sipit dan hidung mancung itu bahkan membuat Eric seperti oppa oppa Korea. Dania juga heran mengapa sampai sekarang Eric belum mempunyai pasangan dengan modal tampang yang seperti itu.
Dania melihat bucket bunga. Bahkan tadi Dania belum membuka hadiah pemberian Riki.
"Wahh. Kalung permata? Riki ini bagus banget." Dania memakai kalung itu dan berselfi tak lupa mengirim foto itu pada Riki.
"Send."
*
*
Tante Siska masih terjaga menonton acara TV di ruang tamu.
"Kriett "
"Dari mana aja kamu Riki? Jam segini baru pulang?" Sapa Siska sambil memasukkan kacang kedalam mulutnya.
"Bukan urusan Tante!"
"Halah, palingan kamu habis ketemu pacarmu yang matre dan kere itu."
"Jaga ucapan Tante yaa!"
"Buktinya Dia belum kerja kan. Pasti Dia minta ini itu!"
"Dania itu gak matre Tante! Gak kayak Tante udah tua bukannya kerja sibuk gangguin Mama. Bahkan kehidupan Tante semua Mama yang nanggung."
Siska langsung bangkit dari duduknya ingin menampar wajah Riki.
"Apa? Kenyataan kan? Dania gak pernah meminta apapun dari Riki. Meskipun Riki akan berikan segalanya pada Dania. Tante jangan jelek jelekin Dania kalo masih mau tinggal disini."
"Klak."
"Klak."
"Klak."
Hentakan langkah kaki Riki sengaja di hentakkan, terdengar keras. Seperti amarah Riki yang ditahan.
"Jika bukan adik Mama. Akan ku usir Tante Siska dari rumah ini."
"Brakk."
"Cihh. Dasar. Aku akan buat Riki dan pacarnya putus. Enak saja wanita itu? Apa tadi katanya? Akan memberikan semuanya? Cuih.. Riki udah dibuat buta sama cinta."
Tante Siska kembali duduk. Padahal Siska belum pernah bertemu dengan Dania. Tapi rasa benci hatinya sudah ada bahkan sekarang bertambah.
*
Riki merasakan badannya yang lengket. Pergi mandi dan membersihkan diri.
Shower air hangat Ia tekan karena semakin malam akan membuat air menjadi lebih dingin.
"Brrr." Bibir Riki terlihat bergetar menahan rasa dingin.
Riki mengecek ponselnya yang bergetar melihat notifikasi ada pengiriman gambar.
Dengan sigap Riki menggeser layar utama melihat nama Dania mengirim sesuatu.
Terlihat foto Dania dengan senyuman manis di bibirnya. Dania juga menggunakan kalung pemberian Riki.
"Ah cantiknya pacarku. Aku memang gak salah pilih. Terlihat cocok untuk Dania."
Riki mengecup mesra foto Dania dan mendekap di pelukannya.
**
Dania baru memejamkan matanya tiba tiba Renata mengirim pesan pada Dania.
"Apa? Serius?"
Mata Dania yang sudah mengantuk itu terbuka lebar.
To be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments