Happy reading
*******q
Yuna menikmati angin sore di halaman belakang rumahnya, halaman yang memang seperti taman di buat oleh sang ayah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Cuaca kali ini memamg sedikit mendung di hiasi dengan angin yang sedikit kencang menerpa wajahnya, Yuna tersenyum manis. Ia sudah jarang merasakan kesejukan seperti ini lagi, rasa-rasanya ia ingin bermain dengan hujan seperti waktu dirinya kecil dulu. Sekarang sudah berbeda, jika ia terkena hujan saja semua keluarganya akan khawatir padanya, Yuna sadar penyakitnya tidak bisa di remehkan. Tapi ia hanya ingin menikmati hidupnya seperti biasa.
"Sudah mau hujan, Sayang. Ayo masuk," ucap Bunda Yuliza yang menghampiri anaknya itu.
"Sebentar lagi, Bun. Yuna masih mau di sini, Bunda duduk di sini ya, temani Yuna." Yuna memberikan ruang untuk sang Bunda duduk di sampingnya. Bunda Yuliza menuruti apa keinginan putrinya itu.
"Ini sangat dingin, Sayang. pakai switer kamu," ucap Bunda Yuliza mengelus kepala anaknya. Yuna mengangguk, ia memakai switer yang sudah sang Bunda bawakan untuknya. Setelah itu Yuna merebahkan kepalanya di paha sang Bunda, tak peduli dengan cuaca yang dingin seperti ini, karena ia sudah merasa hangat dengan hadirnya sang Bunda di sampingnya. Bunda Yuliza mengelus kepala anaknya dengan sangat lembut.
"Bunda perhatiin sepulang dari kuliah tadi, kamu murung Sayang. Ada apa? Coba cerita sama Bunda," ucap Bunda Yuliza dengan lembut pada Yuna.
"Bun?"
"Iya, coba katakan apa yang membuat kamu murung seperti ini."
"Salah gak sih kalau Yuna mencintai seseorang?"
"Anak Bunda sedang jatuh cinta ya? Rasa cinta tidak pernah salah Sayang, kamu berhak mencintai siapa aja, tapi kamu harus bisa membedakan mana cinta yang membuatmu bahagia dan mana cinta yang membuatmu terluka. Memang di dalam cinta ada bahagia dan luka, tapi pilihlah cinta yang banyak memberikanmu kebahagiaan. Karena sejujurnya cinta yang murni adalah cinta yang mendatangkan kebahagiaan. Sekarang Bunda tanya, kamu sedang jatuh cinta sama siapa?"
Yuna tersenyum ke arah sang Bunda. "Yuna jatuh cinta pada Alfran, Bun. Dia lelaki yang sangat baik, tapi Yuna sadar Alfran tidak mencintai Yuna."
"Jangan menyerah Sayang, jika kamu memang mencintainya, buktikan padanya. Hingga dia lihat kesungguhan cinta kamu pada nya. Cinta butuh perjuangan Sayang, sama seperti Ayah saat ingin mendapatkan Bunda dulu."
Yuna tersenyum mengingat cerita perjuangan Ayah Dio untuk mendapatkan hati Bunda Yuliza. Dulu ayah Dio mengagumi bunda Yuliza karena Bundanya sangat ramah dan pintar, tapi sayang hubungan mereka terhalang oleh tembok yang sangat besar karena ayah Dio dan bunda Yuliza memiliki perbedaan keyakinan sehingga orang tua bunda Yuliza, nenek dan kakek Yuna menentang keras hubungan mereka. Sampai Ayah Dio meyakinkan dirinya untuk masuk Islam mengikuti Agama yang di anut oleh bunda Yuliza. Ayah Dio adalah lelaki keturunan jepang yang menetap di Indonesia saat kuliah dan bertemu dengan bunda Yuliza yang sudah banyak memberikan pelajaran di dalam hidupnya, sampai sekarang pun Ayah Dio sangat mencintai Bunda Yuliza dan tak pernah menduakannya. Ia ingin perjuangannya pun berbuah manis seperti Ayah nya, apakah Yuna mampu? Membayangkan itu semua membuat Yuna merasa berat dan hingga tertidur di paha sang Bunda.
******
Angga dan Ayah Dio baru saja pulang, tak mendapatkan satu orang pun seseorang yang mereka cari saat masuki rumah, membuat mereka saling pandang dan ada rasa khawatir di lubuk hati mereka karena cuaca saat ini mendung sekali.
"Kemana Bunda dengan Yuna, Yah?" tanya Angga dengan raut wajah khawatirnya.
"Ayah juga tidak tau, coba kita lihat di halaman belakang." jawab Ayah Dio yang di angguki oleh Angga. Mereka beriringan menuju halaman belakang rumah mereka, keduanya menghembuskan nafas leganya saat melihat kedua wanita kesayangan mereka sedang duduk di taman kecil yang memang tersedia di sana.
"Bunda, Yuna?" panggil kedua lelaki yang sangat mirip itu berbarengan.
"Kalian sudah pulang?" tanya Bunda Yuliza menatap suami dan anaknya.
"Sudah, Bun. Yuna kenapa, Bun?" tanya Angga menghampiri sang Bunda dan mencium tangan Bundanya, begitu pun dengan Ayah Dio memberikan tangannya untuk di cium oleh sang istri dan dirinya mengecup kening istrinya. Walaupun Ayah Dio seorang mualaf, ia selalu menerapkan agama yang paling utama pada keluarganya, selama ia menjadi mualaf Ayah Dio merasakan ketentraman yang luar biasa pada hatinya.
"Sepertinya adikmu tertidur, Angga."
Ayah Dio mencium kening anaknya, ia tersentak saat merasakan bibirnya seakan terbakar oleh rasa panas tubuh Yuna. "Bawa adikmu ke dalam cepat," perintah Ayah Dio pada Angga.
"Kenapa, Yah?" panik Bunda Yuliza.
"Badan Yuna panas, Bun. Bunda tidak merasakan suhu tubuh Yuna yang meningkat?"
"Tidak, Yah. Tadi tidak sepanas ini," ucap Bunda Yuliza yang baru saja menyentuh kening anaknya kembali.
Angga langsung menggendong tubuh adiknya yang sudah menggigil masuk ke dalam rumah mereka, di ikuti oleh kedua orang tuanya yang menatap cemas ke arah Yuna. Bunda Yuliza membantu membukakan pintu kamar Yuna, Angga langsung masuk dan merebahkan tubuh adiknya itu dengan sangat hati-hati ia langsung memeriksa Yuna dengan sangat serius.
"Gimana keadaan, Yuna?" tanya Ayah Dio pada Angga.
Angga menghela nafas beratnya, ia menatap orang tuanya berkaca-kaca. "Yuna..." belum sempat Angga menjelaskan pada kedua orang tuanya tentang keadaan Yuna, mereka di kejutkan dengan suara Yuna yang sedang muntah.
Uwekkk...
"Sayang." Bunda Yuliza dan Ayah Dio terkejut melihat Yuna yang muntah. Angga membantu mengurut tengkuk adiknya agar rasa mual yang Yuna rasakan hilang.
Tanpa rasa jijik Bunda Yuliza membersihkan muntahan Yuna, ia sudah menangis menatap anaknya yang sudah tak berdaya.
"Yah, gelajanya semakin berat, Yuna sudah muntah-muntah, Yah."
"Kita ke rumah sakit sekarang."
Yuna menggeleng lemah. "Yuna gak apa-apa, Yah. Yuna di rawat di rumah saja."
"Tapi, Sayang. Kamu itu harus di rawat lebih intensif di rumah sakit. Kakak lebih leluasa rawat kamu di sana."
"Yuna mohon, Yuna di rawat di rumah saja. Bunda tolong bilang sama Ayah dan Kakak, Yuna tidak mau di rawat di rumah sakit."
Angga menghela nafas beratnya, ia mengapus lelehan bening adiknya yang sudah menjatuhi pipi tirus adiknya. "Minum obat dulu, baru Kakak setuju kamu di rawat di rumah."
"Tapi janji, jangan bawa Yuna ke rumah sakit."
"Iya, janji."
"Minum obatnya dulu ya."
"Obatnya kok beda dari yang kemarin?" tanya Yuna pada Angga.
Angga tersenyum, " Biar kamu cepat sembuh."
Yuna menerima obat di tangan Angga dan meminumnya dengan cepat. "Malam ini apakah Yuna boleh tidur dengan Ayah, Bunda dan Kak Angga?"
Ketiganya saling pandang, raut khawatir mereka paksa dengan senyuman.
"Boleh, Sayang." jawab mereka berbarengan. Keinginan Yuna coba mereka penuhi, walau suhu tubuhnya masih panas dan Yuna masih menggigil tetapi senyum manisnya terbit hingga gadis itu tertidur di kelilingi oleh kedua orang tua dan kakaknya.
"Aku memang merasa cukup dengan kehangatan keluarga yang aku dapatkan, tetapi ada sebagian hati tak rela jika aku pergi masih mendapat tatapan kebencian dari Alfran, setidaknya jika aku pergi dia sudah memaafkanku. Agar aku tenang ketika harus pergi meninggalkan orang-orang yang aku sayang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Dinie Afrianie Maulana
aduh kok bikin mewek sedih yaampun ...kasian yuna
2020-11-17
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2020-04-12
0
Deshasnita Suprapto
gw dulu cinta ma orang tapi sllu di abaikan..ahir nya gw kenal sama suami gw yg skrng mlh dia punya cinta dan kasih sayang yg luar biasa sllu bikin happy apapun di lakukan buat istrinya..jadi buat apa capek gejar cinta klu cuma buat skt
2020-04-12
3