Jangan lagi!

Happy reading

🥀🥀🥀🥀🥀🥀

"Gue benci elo Yuna sampai kapan pun gue akan benci lo." Ucap Alfran dalam hati. Ya kini Alfran sedang duduk di kelas mengikuti mata kuliah seperti biasa. Namun, pikirannya jauh membayangkan kejadian beberapa tahun silam yang menyebakan ia kehilangan seseorang yang berarti untuknya itu semua karna Yuna. Kebencian Alfran pada Yuna semakin menjadi di saat seseorang yang sudah meninggalkannya menyuruh dirinya untuk menjadikan Yuna sebagai kekasihnya, tak tahu kah dia bahwa Alfran sangat tersiksa akan hal itu?

"Arrrrgghhhhhh.... Gue benci elo Yuna Karna elo gue kehilangan orang yang gue sayang," teriak Alfran dalam hatinya.

Brak..

semua yang di dalam kelas terkejut hingga mengelus dada karena tiba tiba saja dosen memukul meja, dan menatap Alfran sangat tajam karena sedari tadi Alfran hanya melamun dengan wajah menahan emosinya

"ALfran Mahendra apakah anda tidak mendengarkan saya bicara sedari tadi? Keluar dari kelas saya sekarang juga!" ucap dosen tersebut dengan galaknya.

"baik pak," ucap Alfran santai tanpa rasa takut sedikit pun. Alfran langsung berdiri dan melangkah keluar dari ruangan kelasnya tanpa mendengarkan ucapan dosen yang sangat marah padanya. Ia berniat untuk pulang menenangkan hatinya yang bergejolak karena ada rasa marah, dendam, benci dengan Yuna. Namun, ada juga rasa..... Ah lupakan perasaan itu. Perasaan itu sudah lama mati semenjak seseorang tersebut pergi meninggalkan Alfran.

Dengan sangat santai Alfran memasuki mobilnya, melemparkan tas nya ke belakang kursi penumpang. Ia memijit pelipisnya yang sangat terasa pening, mengapa di saat seperti ini hanya ada nama Yuna di kepalanya? Gadis yang sudah menghancurkan hidupnya sampai sekarang.

"Brengsek," umpat Alfran dengan marah memukul stir mobilnya dengan keras lalu ia menghidupkan mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan penuh meninggalkan area kampus.

Sedangkan Yuna yang baru saja keluar dari kamar mandi menatap kepergian Afran dengan miris.

"Tak perlu membuat dirimu terluka, hanya karena terbebani akan hadirnya aku di hidupmu. Jika sudah waktu nya tiba, aku kan meninggalkanmu sesuai dengan apa yang kau mau Alfran. Setidaknya saat ini biar aku merasakan kamu di hidupku, hanya sementara Alfran," ucap Yuna dengan lirih. Kakinya melangkah gontai kembali memasuki kelasnya.

-------

Alfran sudah sampai di rumahnya, ia melihat sang Bunda yang berada di ruang keluarga. alfran menghampiri Bundanya dengan tersenyum kecil.

"Tumben udah pulang?" tanya bunda Afran heran karena tak biasanya anaknya ini pulang cepat.

"Dosen tidak masuk hari ini Bun," jawab Alfran berbohong.

"Kamu gak lagi bohong sama Bunda kan Alfran?"

"Mana mungkin Alfran bohong sama Bunda, kalau gitu Alfran ke kamar dulu Bun," ucap Alfran yang takut akan banyak kebohongan dirinya terhadap sang Bunda.

"Alfran."panggil Bunda Rania dengan lembut.

"Iya Bunda."

"Bawa Yuna ke sini ya, Bunda kangen."

"Yuna lagi sibuk Bun, banyak tugas," ucap Alfran dengan malas.

"Yah padahal Bunda kangen banget sama dia, kangen buatan kue Yuna."

"Besok deh, Alfran tanya ke Yuna. Kalau sekarang Alfran capek bun."

"Yaudah istirahat sana."

Alfran mengangguk, ia melangkahkan kakinya kembali untuk menuju kamarnya sebenarnya ia sungguh sangat malas jika sang Bunda sudah membahas tentang Yuna sebaik ia tidur daripada memikirkan gadis sialan yang selalu mengacaukan hidupnya, walaupun Yuna kekasihnya, tetap saja Yuna adalah kekasih karena terkepaksaan dirinya menyetujui perkataan seseorang yang sangat berarti di hidupnya.

Alfran menjatuhkan dirinya ke kasurnya, ia menatap langit-langit kamar, entah mengapa jika ia sedang berdiam diri di kamar seperti ini hanya ada wajah Yuna yang terbayang di kepalanya, sungguh sangat sialan sekali.

"Kita lihat saja seberapa lo kuat menjadi pacar yang tak di anggap sama gue, gue ingin melihat wajah tersiksa lo lebih dari ini, Yuna," desis Alfran tajam.

******

"Na, lo pulang sama siapa? Gue anter Yuk!"

"Gue pulang sendiri aja deh Cla, rumah lo sama rumah gue kan beda arah. Nanti gue suruh kak Angga atau supir untuk jemput gue."

"Tapi Yuna, pulang sama gue aja deh. Lo sendirian tau di sini."

"Gak usah khawatir gitu sama gue, gue juga udah chat kak Angga suruh jemput kok, sebentar lagi pasti datang."

"Yakin?"

"Yakin Clara sayang, udah balik sana."

"Yee ngusir lagi lo, yaudah deh gue pulang deluan, lo hati-hati ya."

Yuna menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya ke arah Clara, sahabat yang selalu ada untuknya. Yuna menatap langit yang mendung, ia tersenyum miris saat mengingat ia berbohong kepada Clara bahwa dia sudah di jemput sang kakak, nyatanya Yuna tak ada mengirimkan pesan untuk kakak lelaki satu-satunya itu.

Yuna melangkahkan kakinya dengan pelan menuju halte yang berada dekat dengan kampusnya, rintik hujan sudah mulai turun ke bumi. Tapi tak membuat Yuna mencepatkan langkah kakinya, gadis itu malah menikmati air hujan yang semakin deras membasihi tubuhnya.

"*Yuna apa yang membuat loe suka hujan?"

"Karena hujan bisa menghapus air mata."

"Tapi gue gak suka hujan, karena hujan bisa membuat gue flu berhari-hari*."

Yuna tersenyum miris saat mengingat percakapannya dengan seseorang yang sangat berarti di hidupnya, sahabat dirinya selain Clara yang tak bisa ia lihat dan ia peluk seperti dulu.

Yuna menerobos hujan yang sangat deras, ia menikmati tubuhnya yang di guyur air hujan. Yuna tertawa merasakan bagaimana ia menangis tanpa orang-orang sadari.

"Adik."

Yuna tersentak saat mendengar suara sang Kakak memangilnya dengan cemas, tubuhnya mematung saat melihat Kakak nya mengampiri dirinya dengan langkah cepat.

Grepp...

Angga memeluk Yuna dengan sangat erat, ia khawatir dengan keadaan Yuna saat ini.

"Kenapa hujan-hujanan Dik? Kakak khawatir sama kamu, Kakak telepon kamu enggak di angkat, Kakak telepon Clara katanya kamu sudah pulang bersama Kakak, kenapa kamu bohong dik?" ucap Angga bertubi-tubi karena rasa cemasnya terhadap adik satu-satunya yang sangat ia sayangi.

"Ini Yuna mau pulang kok Kak, tapi hujan," ucap Yuna lirih tak berani menatap ke arah Angga.

"Tapi kamu bohong dik."

"Kak, jangan marah. Kepala Yuna pusing,"l irih Yuna memeluk Angga erat.

"Ya Tuhan, sayang." cemas Angga menggendong Yuna memasuki mobilnya.

Di peluk nya Yuna dengan sangat erat saat sudah berada di dalam mobil.

"Obat kamu mana?"

"Di rumah kak."

"Arghhh.... Kenapa kamu tinggal Dik? Kamu sengaja hah?"

Yuna menggeleng "Yuna lupa kak, please jangan marah sama Yuna."

Tanpa kata Angga melajukan mobilnya dengan cepat melihat bibir adik nya yang gemetar membuat Angga cemas bukan main. Apalagi melihat baju Yuna sudah basah kuyup seperti ini.

"Dik?"

"Yuna?" Panggil Angga penuh kecemasan melihat tubuh Yuna sudah terkulai lemas di hadapannya dengan mata yang tertutup.

Jangan lagi!

Angga takut.

Terpopuler

Comments

Revano Rahmad Irawan

Revano Rahmad Irawan

up lg dong tor selesaikan smpk tamat tor

2020-03-30

1

Alfrin bora

Alfrin bora

lanjut dong ka

2020-03-16

1

MikhaiLa

MikhaiLa

lamjut Thor

2020-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!