Happy reading
*****
Di sebuah kamar bernuansa hitam terdapat seorang lelaki yang sedang melamun. Ya, itu adalah Alfran. Sampai ia di kagetkan dengan suara sang Bunda yang mengetuk pintu kamarnya.
"Al, Bunda boleh masuk? " tanya Bunda Rania kepada anak satu-satunya itu.
"iya, Bunda. Masuk saja gak di kunci kok Bun," jawab Alfran dengan lembut. Alfran akan berubah menjadi sosok yang hangat jika bersama Bundanya. Tetapi berbeda jika sedang bersama Yuna, entah mengapa ia ingin memarahi Yuna saja, dan menjadi pria yang sangat dingin jika bersama Yuna.
Ceklek..
Setelah Bunda membuka pintu kamar Alfran Bunda Rania menghampiri anaknya dengan perlahan. "Nak, kanapa kok kayak lemes banget?" tanya Bunda sambil mengelus surai hitam milik Alfran.
"Bun, Alfran kangen dengan dia," ucap Alfran lirih.
Bunda Rania menarik nafas pelan menanggapi ucapan anaknya. "Al dengerin Bunda, sesuatu yang sudah terjadi di masa lalu itu jangan di sesali, dia sudah tenang di alam sana. Bunda mohon ikhlaskan dia, Al." nasihat Bunda kepada Alfran dengan suara lembut khas seorang Ibu yang sangat menyayangi anaknya.
"Kenapa harus dia yang pergi Bun? kenapa gak gadis sialan itu aja yang pergi dari dunia ini Bun? dia udah buat gadis yang Alfran cintai pergi Bun," ucap Alfran penuh emosi mengingat masa lalu yang sangat menyayat hatinya, yang sudah merenggut orang terkasih dari sisinya itu semua karena Yuna, Yuna yang telah menghancurkan harapan terbesarnya untuk terus bersama gadisnya.
" Nak, jangan membuat kesalahpahaman ini membuat kamu menyesal di kemudian hari, Yuna itu gadis yang baik Alfran, Bunda yakin Yuna bukan penyebab gadis itu meninggal Al. Bukan maksud bunda membela Yuna, tapi ini demi kebaikan kamu Al. Salsa juga gak mau lihat kamu sedih seperti ini Al. Jangan tutup mata hati kamu, Nak. Lihatlah Yuna yang mencintai kamu dengan sepenuh hati," ucap Bunda Rania dengan lembut agar Alfran mengerti maksud apa yang ia sampaikan pada anaknya yang tengah resah.
"Bunda kok belaiin Yuna sih," ucap Alfran dengan nada yang sangat kesal pada sang Bunda.
"Bunda tidak membelanya Al, Bunda tidak membela siapa-siapa di sini, Bunda ingin kamu buka hati kamu, Nak. Bunda seorang wanita, bunda juga merasakan sakit Al jika kamu memperlakukan wanita seperti itu."
"Maaf Bun, tapi Al belum bisa menerima ini semua," ucap Alfran lirih dalam hati merasa bersalah dengan Bundanya.
Hutf..
Helahan nafas Bunda Rania terdengar oleh Alfran, Alfran tanpa bicara mengeratkan pelukannnya kepada sang Bunda, menumpahkan kesakitan yang selama ini ia rasakan. "Terkadang apa yang kita lihat, belum tentu itu kebenarannya, Nak. Kamu cari tau dulu deh kebenarannya, agar kamu tak menyesal nantinya," ucap Bunda rania mengelus tangan putranya itu.
"Oo iya kemana menantu Bunda itu kok tidak datang ke sini, biasanya hari libur ia selalu datang? " lanjut Bunda Rania bertanya pada Alfran. Biasanya Yuna akan ke rumahnya jika hari libur sudah tiba membantu Bunda Rania memasak layaknya ibu dan anak yang sangat terlihat kompak. Walau Alfran sudah sering melarang Yuna untuk datang ke rumahnya tetapi gadis itu tetap keukeh untuk terus berkunjung ke rumahnya dengan dalih ingin bertemu dengan sang Bunda.
Dalam hati Alfran juga merasa heran kenapa Yuna tak datang ke rumahnya, biasanya gadis itu sudah mengganggu nya. Dan Alfran merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Tapi ia tidak tahu apa, apakah ini semua ada kaitannya dengan Yuna? Namun, rasanya tidak mungkin, karena ia tidak pernah suka dengan kehadiran Yuna di rumahnya, dan ketika Yuna tak datang ke rumahnya bukannya hal yang bagus karena Yuna tak menganggunya lagi?
" Alfran malas ketemu sama dia Bunda, mendingan Yuna tidak usah datang ke rumah ini lagi, kalau perlu Yuna menyusul Salsa saja," ucap al sakartis.
" Hus Al jaga ucapanmu, biar bagaimana pun dia kekasih mu Al, jangan bicara yang tidak-tidak, jika itu benar terjadi bunda pastikan kamu akan menyesal Alfran."
"Alfran tidak akan menyesal Bunda, Yuna pantas untuk itu, sudah lah Bunda tidak usah membahas Yuna lagi, Al lelah Bun, Al ingin tidur. bisa bunda keluar? Al butuh istirahat, " ucap Alfran sambil menahan emosi yang ingin meledak.
"Kalo gitu bunda keluar dulu sayang, pikirkan perkataan Bunda, jangan terlalu membenci Yuna, jika Yuna tak ada lagi di sisimu mungkin kamu akan mengerti sebuah kata kehilangan Sayang, dan Bunda tidak mau itu terulang lagi pada dirimu, jaga benar-benar seseorang yang sangat mencintaimu tanpa meminta balasan cintamu, Al" pamit bunda sambil memcium kening Al. Bunda Rania mencoba mengerti apa yang tengah di rasakan Alfran, walau dirinya ikut sakit mengingat anaknya memperlakukan Yuna seperti bukan seorang kekasih. Bunda Rania sudah pernah meminta Yuna untuk meninggalkan Alfran. Namun, dirinya mendapat gelengan keras dan air mata kesedihan dari Yuna membuat bunda Rania tidak tega dan membiarkan Yuna terus mencintai anaknya walau tanpa balasan sedikit pun. Bunda Rania yakin Alfran akan luluh seiring berjalannya waktu, anaknya itu hanya perlu berdamai dengan masa lalu.
Setelah Bunda keluar dari kamarnya, Alfran langsung memejamkan mata nya, karna ia merasa sangat lelah hari ini. Otaknya hanya di hiasi oleh nama yuna. Kenapa ia sangat mengkhawatirkan gadis itu.
********
Senja sudah di gantikan dengan fajar, kini Alfran sudah bersiap-siap pergi ke kampusnya. Karena ia masuk pagi hari ini, sebenernya dia malas kuliah, alasannya karena malas bertemu dengan Yuna, gadis sialan yang sudah merubah hidupnya jadi suram.
Kini Alfran sudah sampai di kampusnya ia memarkirkan mobilnya di area parkir. Setelah parkir Alfran keluar dari mobil dengan gaya cool dan muka datar nya.
Ia berjalan menuju kelasnya dengan santai, Alfran tak takut terlambat sama sekali.
"woy, Alfran. Tunggu gue ya'elah," teriak cowok yang berada di belakang Alfran sambil berlari menghampiri cowok dingin tersebut.
"ckck, lo aja jalan lama banget, siput aja kalah sama lo," jawab Alfran cuek.
"Apa hubungannya ****?'' sewot sahabat Alfran.
Alfran mengedikkan bahu nya tak acuh, memilih berjalan kembali meninggalkan sahabatnya yang berdecak sebal ke arahnya.
"Dosa apa gue punya sahabat jarang ngomong kayak patung," desis Gibran yang masih mengatur nafasnya karena berlari mengejar langkah Alfran. Setelah di rasa mulai membaik Gibran pun menyusul Alfran yang sudah berlalu pergi ke kalasnya.
Setelah tiba di kelas Alfran duduk di kursi paling belakang, kenapa paling belakang ya karena bisa tidur tanpa memusingkan ocehan dosen yang selalu membuatnya mengantuk, toh tidak mendengarnya pun Alfran sudah mengerti tentang materi yang akan di sampaikan dosennya.
Entah mengapa perasaan Alfran sejak kemaren tidak enak, ada perasaan khawatir, takut. Ia selalu memikirkan Yuna, gadis itu sejak kemaren tidak menampak kan wajah nya dan tak ada menghubungi Alfran. Sebenarnya apa yang di rasakannya apakah iya mulai mencintai Yuna? Alfran menepis pemikirannya, ia mencoba mengalihkan pikirannya dari Yuna dengan memainkan ponselnya.
Baru saja kelas sudah berakhir, dua jam lamanya Alfran berada di kelas yang sangat membosankan membuat perutnya terasa sangat lapar, Alfran menuju ke kantin, untuk mengisi perutnya ya sudah keroncongan. Tetapi mata Alfran terus menelusuri seluruh penjuru kampus, ia mencari seseorang yang tak menampakkan batang hidungnya sedari tadi. Namun, tak dapat ia temukan sama sekali.
"Sebenarnya kemana gadis itu? Awas saja kalo muncul akan gue beri pelajaran," ucap Alfran dalam hati.
Ketika Alfran masih sibuk dengan pikiran nya sendiri ia di kejutkan dengan suara yang memanggilnya, hingga membuat Alfran mendongak menatap seseorang yang telah memanggilnya
"Alfran?"
Alfran menoleh ke arah sumber suara, ternyata Clara sahabat Yuna lah yang memanggilnya.
"Alfran?" Clara memanggil Alfran sekali lagi karena tak mendapatkan jawaban dari Alfran.
"kenapa?" tanya Alfran dingin.
Clara kesal dalam hati dengan pacar sahabat nya yang terlalu dingin, bisa-bisa Clara jadi es batu jika lama lama dekat dengan Alfran. Mengapa Yuna bisa bertahan menjadi kekasih Alfran? Cinta sudah membutakan sahabatnya.
"Lo tahu gak Yuna kemana? Soalnya gue telepon nomor nya gak aktif," tanya Clara dengan nada frustasinya karena dia sangat khawatir dengan keadaan sahabat nya itu.
"Gue gak tau, dan gue gak perduli. Mungkin dia sudah mati," jawab Alfran enteng dengan nada dinginnya. Membuat Clara melotot tak percaya dengan ucapan Alfran terhadap sahabatnya.
"Jaga ucapan lo, Alfran. Gue tahu lo membenci Yuna tetapi lo gak bisa berbicara seperti itu, kenapa sih loe gak pernah menghargai perasaan sahabat gue Al? Kalau gue bisa, gue tidak akan membiarkan Yuna jatuh cinta sama lo, lo gak tahu apa-apa tentang Yuna, karena lo tidak mau mencari tahu tentang kebenarannya. Jika aja lo tau Alfran, gue yakin lo akan menyesal," ucap Clara marah menunjuk muka Alfran dengan mata berkaca-kaca, tak sepantasnya Alfran berbicara seperti itu, Clara sangat sakit mendengar ucapan Alfran, lalu bagaimana dengan hati sahabatnya yang selalu di lukai oleh ucapan atau tindakan Alfran?
Alfran menatap kepergian Clara dengan datar, tetapi tak memungkiri jika di dalam hatinya Alfran merasa khawatir dengan Yuna yang tak ada kabar sama sekali, ingin menghubungi Yuna terlebih dahulu. Namun gengsinya terlalu besar, ia tidak ingin Yuna beranggapan jika dirinya perduli pada Yuna. Sebenarnya kemana gadis itu? Mengapa tidak masuk kampus dari kemarin?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Fryy Sweet
Kekasih ? tp benci ? apa enaknya ?? 😛😛
ada2 aja sih ceritanya 😁😁
2021-01-15
0
Aeni Yunasta
samangat thor
2020-07-18
0
mamah rindu
palingan ntar bucin
2020-04-13
0