Suara hati

Happy reading

******

Alfran melihat Yuna keluar dari rumahnya dari jendela kamarnya, lelaki itu menatap lekat Yuna yang sedang menunggu Taxi online yang gadis itu pesan, Alfran tersentak di saat melihat Yuna hampir terjatuh jika tidak di tolong oleh super online yang baru saja datang, ia ingin berlari menghampiri Yuna. Namun, kakinya terasa kaku untuk melangkah, ego besarnya tidak ingin mendekat ke arah Yuna tetapi tak di pungkiri rasa khawatir menyeruak ke dalam hati Alfran. Karena sedari tadi Alfran mengamati Yuna yang meringis seperti manahan sakit ketika mereka sedang makan. Ada apa dengan Yuna sebenarnya? Setelah Taxi yang di tumpangi Yuna sudah menghilang dari pandangannya Alfran melangkah keluar dari kamarnya, entah apa yang ingin ia lakukan tapi yang pasti sekarang hatinya sedang tidak tenang.

Alfran melangkah perlahan di saat asisten rumahnya sedang berdiri mematung di dekat tong sampah di halaman rumahnya.

"Bibi, kenapa diam saja di sini?" tanya Alfran membuat asisten rumah tangga itu terkejut melihat ke arah Alfran.

"Eh Den Alfran. Ini Den, Bibi heran banyak sekali darah di tisu. Ini darah siapa ya, Den?"

"D-darah?"

"Iya, Den. Kalau gitu Bibi buang dulu saja ya, Den. Permisi Den Alfran."

"Iya, Bi." ucap Alfran datar ia mengingat kelagat Yuna yang aneh saat turun dari mobilnya, dan ia juga lihat Yuna membuang sesuatu di tong sampah, apa itu darah Yuna? Tetapi di rasa Alfran tidak mungkin, Alfran menepis pikirannya tentang Yuna ia mulai berjalan ke arah mobilnya, mungkin dengan menemui seseorang yang selama ini ia rindukan perasaannya kembali membaik.

********

Yuna sampai di rumahnya sudah sangat sore, membuat kedua orang tua dan Kakaknya menunggu dengan cemas. Yuna tersenyum ke arah kedua orang tua dan Kakaknya menghilangkan rasa khawatir di antara mereka.

"Sore, Ayah, Bunda, Kak Angga. Kenapa kok pada kumpul di depan pintu?" tanya Yuna dengan menampilkan senyum cerianya membuat Angga menampilkan wajah leganya.

"Kenapa lama sekali pulangnya, tadi berjanji tidak akan lama jalan-jalan dengan Clara, lalu kenapa sangat sore seperti ini baru sampai rumah?" tanya Ayah Dio dengan sangat khawatir memeluk anak perempuan satu-satunya itu.

"Hehehe Maaf Ayah, Yuna lupa waktu. Sudah lama Yuna tidak jalan-jalan bareng Clara."

"Kami semua khawatir padamu, Dek." ucap Angga menggendong Adiknya di depan, ia sudah sangat merindukan Yuna sedari tadi dan ia tahu Yuna sedang tidak baik-baik saja, sehingga Angga dengan cepat menggendong Adiknya itu.

"Kamu sudah makan? Sudah minum obat, kan Sayang?" tanya Bunda Yuliza pada Yuna yang berada di gendongan Angga.

"Sudah, Bun." ucap Yuna tersenyum di dalam hati ia meringis telah membohongi sang Bunda.

"Kalau gitu kamu istirahat, kamu tidak boleh kelelahan, Sayang."

"Siap, Bunda." ucap Yuna.

"Kak gendong sampai ke kamar,"ucap Yuna dengan manja yang langsung di angguki oleh Angga.

"Yuna ke kamar Ayah, Bunda."

"Iya, Sayang." jawab Bunda dan Ayah Yuna berbarengan.

Angga mengamati wajah Yuna yang berada di dalam gendongannya. "Dek, kamu tidur?" tanya Angga yang melihat mata Yuna terpejam. Angga membuka pintu kamar adiknya dengan perlahan karena takut Yuna terjatuh di dalam gendongannya.

"Aku gak tidur, Kak. Aku merasa nyaman berada di gendongan Kakak. Bisa tidak ya aku merasakan gendongan Kakak seperti ini lagi?"

"Kamu akan terus bisa merasakan gendongan Kakak, pelukan Kakak, Sayang. Jangan bicara seperti itu lagi, Kakak tidak suka." ucap Angga lirih merebahkan Yuna di kasur gadis itu.

"Istirahat ya. Kakak temani kamu di sini," ucap Angga mencium kening adiknya dengan sangat lama.

"Kakak tidak ke rumah sakit?"

"Kakak di sini saja menemani kamu."

"Jangan, Kak. banyak pasien yang membutuhkan Kakak di rumah sakit, Yuna tidak apa-apa. Yuna baik-baik saja kak," ucap Yuna mencoba meyakinkan Angga.

"Tapi..."

"Percaya sama Yuna, Kak. Yuna tidak apa-apa."

Angga menghela nafas beratnya, sebenarnya ia tak ingin meninggalkan Yuna saat ini. Karena ia merasa khawatir dengan keadaan adiknya saat ini, di balik senyuman adiknya entah mengapa Angga merasakan sakit yang luar biasanya di ulu hatinya.

"Yaudah Kakak ke rumah sakit dulu, jam 9 malam Kakak janji sudah berada di rumah. Kamu istirahat ya, Dek."

"Iya, Kak."

Angga mencium kening adiknya sebelum benar-benar keluar dari kamar Yuna, ia mengelus kepala Yuna. Senyuman Angga terlihat terpaksa membalas senyuman manis adiknya. Angga melangkah keluar dari kamar Yuna, dengan langkah yang sangat berat.

"Maaf, Kak. Kali ini aku tidak ingin Kakak melihat kesakitan ku."

Yuna menggigit bibir bawahnya menahan nyeri pada punggungnya, juga menahan teriakkan yang akan keluar dari bibirnya.

"Akkhhh, i-ni sakit Ya Allah." Yuna berucap lirih hingga terbata-bata, ia menjambak rambutnya sendiri darah segar keluar dari hidungnya, matanya berkabut ia sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, hingga Yuna tak sadarkan diri di kamarnya tanpa seorang pun yang tau.

"Alfran, aku tau sulit sekali aku memasuki hatimu. Tapi sungguh aku sangat mencintaimu, aku berharap Tuhan memberikan aku kesempatan untuk bisa menatapmu, walau dari jarak yang cukup sekalipun, aku ingin menjelaskan semuanya, tetapi tatapan benci darimu, membuatku sadar bahwa tidak ada kesempatan untuk aku menjelaskannya. Alfran, jika Tuhan mengizinkanku hidup. Aku ingin melihat senyum di bibirmu untukku sekali saja, walau itu hanya senyuman tipis di bibirmu."

********

Alfran menabur bunga mawar di makam seseorang yang ia rindukan, ia mengelus batu nisan itu dengan lembut, tanpa ia sadari air matanya terjatuh begitu saja.

"Hai, ini udah satu tahun kamu pergi meninggalkan aku, aku merindukanmu. Apa kamu bahagia di sana? Apa kamu bahagia aku sudah menuruti kemauanmu?" Alfran menghela nafas beratnya.

"Salsa, aku tidak tau apa maksudmu menyuruhku untuk menjadikan Yuna kekasihku, padahal kamu tau sendiri, jika gadis itu yang sudah membuat kita berpisah, aku sangat membencinya Salsa, ku harap kau tidak kecewa, sungguh aku selalu sakit melihat wajahnya, kejadian itu sungguh membuatku benar-benar membencinya. Kenapa kau bisa memiliki sahabat seperti dirinya?"

"Sayang, semoga kau bahagia di sana. Maaf aku sudah sangat jarang mengunjungimu akhir-akhir ini, jika begitu aku pulang dulu."

Alfran melangkah pergi dari pemakaman tersebut, ia berbalik tersenyum miris pada makam seseorang yang sangat ia cintai itu.

"Kamu memang sudah pergi, tetapi semua kenangan bersamamu akan selalu ku kenang di hatiku. Jangan paksa aku untuk mencintainya, karena sejujurnya itu sangat menyakitkan untukku, cukup dengan menyuruhku untuk menjadi kekasihnya, jangan pernah menyuruhku untuk mencintainya, karena hatiku sepenuhnya hanya untukmu, sampai kapanpun itu."

Terpopuler

Comments

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

😭😭😭😭😭😭😭😭

2020-04-11

0

Fitri Lin

Fitri Lin

jangan dibikin yuna meninggal ya thor.. buat aja yuna pergi ninggalin alfran...biar alfran hidup dlm.rasa sakit dan penyesalan krna dh nyia2in yuna...

2020-04-11

5

Fitri Nurzanah

Fitri Nurzanah

Thor jangan sampai c Yuna y mati 😭😭

2020-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!