Happy reading
******
Angga berlari dengan cepat memasuki rumahnya dengan menggendong Yuna yang sudah tak sadarkan diri. Kedua orang tuanya yang sedang bercengkrama di ruang keluarga menjadi panik melihat anak perempuannya yang di gendong Angga.
"Bun, gantikan baju Yuna. Aku akan siapkan semua alat untuk memeriksa Yuna," panik Angga.
"Adik kamu kenapa lagi, Ga?" panik Bunda Yuliza saat melihat wajah Yuna sangat pucat
"Pingsan Bun, Yuna lupa bawa obatnya."
"Ayah tolong bantu Angga untuk mempersiapkan semuanya, badan Yuna panas banget Yah."
"Bawa adik kamu ke kamar sekarang, Ayah siapkan semuanya."
Keluarga Yuna adalah dokter yang sangat profesional, maka dari ini semua keluarga sangat panik jika Yuna sakit karena Yuna adalah anak perempuan satu-satunya, dari dulu memang Yuna gampang sekali sakit sehingga semua keluarga sangat overprotektif padanya. Bunda Yuliza menggantikan baju Yuna yang sudah basah kuyup, Ayah Dio dan Angga mengamati anak dan adiknya yang belum juga sadarkan diri.
"Ini sudah sangat serius, kita harus merawat Yuna dengan insentif, Ayah tidak ingin kehilangan salah satu belahan jiwa Ayah."
"Ayah bener, Angga juga tidak mau kehilangan Yuna."
"Panasnya belum turun juga Yah," panik Bunda Yuliza.
"Iya Bun, kompres lagi saja. Kita tunggu sampai Yuna sadar, jika dalam waktu dua jam Yuna tidak sadarkan diri, terpaksa Ayah membawa Yuna ke rumah sakit, walau anak kita tak suka dengan bau rumah sakit, tapi Ayah akan tetap melakukan ini demi kebaikan Yuna," ucap Ayah Dio sendu mengelus kening Yuna dengan sayang.
"Jangan seperti ini Princess Ayah, bangun Sayang," bisik Ayah Dio di telinga Yuna.
"Sebaiknya Bunda dan Ayah istirahat saja, Angga yang akan menjaga Yuna," ucap Angga melihat ke arah kedua orang tuanya. Ayah Dio mengangguk ia tak ingin istrinya semakin bersedih maka dari itu ia menyetujui ucapan anak sulungnya.
"Ayo istirahat Bun, percayakan Yuna pada Angga," ucap Ayah Dio yang memeluk istrinya untuk mencoba menguatkan istrinya. Walau sebenarnya rasa takutnya juga teramat besar untuk anak bungsu nya yang terbaring lemah.
Ayah Dio mempersiapkan satu ruangan yang ia ubah menjadi seperti ruangan di rumah sakit dengan peralatan yang lengkap. Namun terlihat sangat nyaman, ini semua ia lakukan demi Yuna yang tak menyukai bau dan suasana di rumah sakit.
"Jagain Yuna, Angga. Jika sudah sadar cepat beritahu Bunda dan Ayah," ucap Bunda Yuliza dengan lirih.
"Iya bun," jawab Angga meyakinkan kedua orang tuanya.
Setelah keluarnya Bunda dan Ayahnya dari ruangan Yuna, Angga menatap Yuna dengan sendu mengecup kepala adiknya dengan sayang. "Kamu adik kakak yang kuat, Princess." bisik Angga di telinga adiknya. Dengan perlahan Angga ikut berbaring di samping adiknya, ia memeluk tubuh Yuna dengan erat. Namun, tidak menyakiti adiknya itu.
Angga menghela nafas kasar, mengapa rasa takut kehilangan Yuna menghampiri dirinya kembali. Membuat Angga tak bisa tidur dan terus memandang wajah pucat Yuna yang masih terlihat sangat cantik itu. Takut jika ia tertidur, ia akan kehilangan adik satu-satunya itu, gadis yang selalu ceria dan tak pernah bersedih di hadapannya. Namun tadi, Angga melihat kesedihan yang di rasakan adiknya sangat mendalam. Angga tak tahu apa yang membuat Yuna seperti ini, tapi yang pasti apapun yang membuat adiknya bersedih tak akan Angga biarkan begitu saja. Ia harus mencari tahu semua apa yang menyebabkan adiknya seperti ini hingga down dan tak sadarkan diri, padahal selama ini ia dan keluarga sudah berusaha untuk tidak membuat Yuna tertekan sedikit pun. Karena itu bisa membuat kesehatan Yuna menurun, Angga tidak ingin kehilangan adiknya.
Angga tersentak saat ia merasakan Yuna membalas pelukannya dengan sangat erat. Bahkan terkesan seperti menahan rasa sakit sehingga Angga susah untuk bergerak melihat ke arah adiknya. "Kamu sudah sadar, Sayang," ucap Angga lirih.
"Yuna sudah tidak kuat, Kak." ujar Yuna dengan suara lemahnya membuat Angga semakin cemas mendengar perkataan adiknya.
"Dik, Kakak tahu apa yang kamu rasakan. Tapi jangan berbicara seperti itu karena kamu akan terus berada di samping Kakak, Ayah dan Bunda," balas Angga dengan nada tak kalah sendunya.
"Yuna takut Kak, semakin hari Yuna semakin merasa tidak kuat, Yuna sudah muak meminum obat yang Ayah dan Kakak berikan. Yuna..."
"Ssttt... Jangan berbicara seperti itu, kamu tidak mau kan membuat Bunda, Kakak dan Ayah bersedih?"
Yuna menggeleng lemah menatap Kakaknya dengan wajah yang masih sangat pucat, tangan yang masih sangat terasa panas itu mengelus pipi Angga dengan lembut. "Aku sayang Kakak, Bunda dan Ayah."
Angga menikmati usapan tangan adiknya yang masih sangat terasa panas mengenai kulit pipinya hingga Angga memejamkan mata. Namun, di hatinya sangat merasa nyeri saat mengingat jika penyakit adiknya adalah penyakit yang sangat serius. Ingin sekali Angga protes pada Tuhan, mengapa adik yang ceria dan yang sangat ia sayangi harus menderita penyakit yang sangat mematikan? Tak bisakah penyakit itu di pindahkan ke tubuhnya saja, Angga tak siap untuk kehilangan Yuna.
"Istirahat Sayang, Kakak gak mau melihat kamu seperti ini lagi. Seminggu ini kamu harus di rawat di rumah, jangan kuliah dulu. Nanti Ayah atau Kakak yang datang ke kampus kamu."
"Yuna sudah sehat, besok Yuna ada kuis. Yuna ke kampus saja."
"Dik, jangan membantah ucapan Kakak. Ini semua demi kesehatan kamu," ucap Angga frustasi dengan sifat keras kepala adiknya.
"Kak, aku mohon. Aku sudah sehat, biarkan Yuna kuliah, please."
"Tidak! Kali ini saja, turuti kemauan Kakak," ucap Angga sendu membuat Yuna menghela nafas pasrah dan menganggukkan kepalanya. Sebenarnya tubuhnya terasa sangat nyeri. Tetapi ia tahan sedari tadi agar Angga tak semakin khawatir padanya.
"Terimakasih kesayangan Kakak,"
Yuna tersenyum kecil, ia kembali memeluk Kakaknya dengan sangat erat. "Sebelum aku pergi, aku ingin melihat Kakak menikah," ucap Yuna lirih membuat Angga menegang menelan ludahnya kasar. Bibirnya keluh untuk membalas ucapan adiknya yang semakin menyayat hatinya. Tanpa Yuna sadari Angga menangis tanpa suara dengan memeluk tubuh Yuna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Dewi Wati
insentif #intensif
2023-05-27
0
🌹🪴eiv🪴🌹
kenapa....kenapa...air mataku jatuh
hua.....
2021-12-10
1
Ndah Noermala
aduh baru baca 2 bab aja udah mewek
2021-08-26
0