Happy reading
*******
Angga memasuki kamar adiknya terkesan terburu-buru, ia mengedarkan pandangannya ketika tidak menemukan sang adik di kasurnya, Angga bernafas lega saat melihat adiknya sedang melaksanakan sholat isya. Angga melangkah mendekati Yuna saat gadis itu baru saja selesai sholat. Perasaan yang sedari tadi tak enak sudah terbayar dengan melihat keadaan Yuna yang baik-baik saja.
"Kakak sudah pulang? Sudah sholat isya?"
"Sudah, Dek. Kakak juga sudah sholat di mushola rumah sakit. Kamu sangat cantik sekali malam ini, Dek." ucap Angga dengan tulus mengelus kepala adiknya yang tertutup mukenah.
"Kakak ada-ada saja, Kakak sudah makan? Jika belum ayo Yuna temani makan, Ayah dan Bunda berada di ruang Tv. Kita ke sana ya, Yuna mau kumpul bareng-bareng malam ini, apalagi malam minggu seperti ini."
"Boleh. Kamu siapkan makan buat kakak ya. Bawa ke ruang Tv saja."
"Iya, Kak. Sebentar Yuna lipat mukena sama sajadah dulu."
Angga mengamati adiknya, ia tersenyum miris sangat melihat tubuh Yuna semakin hari semakin kurus. "Obat kamu mana?"
"Untuk apa obat Yuna, Kak? Ada di meja belajar Yuna."
Angga berjalan mengambil obat Yuna, tangannya mengepal menatap obat Yuna sangat tajam. " Kamu tidak meminum obat ini lagi, Dek?" tanya Angga dengan sangat dingin membuat Yuna terdiam.
"Y-yuna minum kok, Kak." ucap Yuna gugup memilin bajunya karena merasa takut dengan tatapan tajam Angga ke arahnya.
"Kamu bohong, Dek. Kakak yang memberikan obat ini, jadi Kakak tau kapan obat ini akan habis, seharusnya dua hari lagi obat ini akan habis, Dek. Tapi kenapa ini masih sangat banyak, kamu tau kan obat ini..."
"Obat itu penunjung hidup Yuna, begitu kan, Kak? Sebenarnya Yuna muak Kak, dengan atau tanpanya obat penyakit Yuna tetap menyerang Yuna, dan Yuna juga akan meninggalkan kalian juga," ucap Yuna dengan sangat lirih membuat Angga menatap Yuna sendu.
"Jangan seperti itu, percaya pada Allah jika kamu akan sembuh. Sekarang minum obat kamu, Kakak punya cara biar kamu tidak muak meminum obatnya, ikut Kakak!"
Arga menggandeng tangan Yuna keluar dari kamar, mereka menuruni tangga membuat Ayah dan Bunda mereka melihat ke arah mereka.
"Mau kemana, Sayang?"
"Angga meminta pada Yuna untuk menyiapkan makan untuk Angga, Bun."
"Ooo begitu, kalau sudah selasai ke sini ya. Kita nonton bareng."
"Angga makan di ruang Tv saja, Bun. Tunggu ya, Angga sama Yuna ke dapur dulu."
"Baiklah."
Yuna mengikuti langkah kaki Angga dan menurut ketika Angga mendudukkannya di kursi. "Sekarang minum," ucap Angga dengan tersenyum memberikan jus kesukaan adiknya dan obat Yuna sekaligus.
"Minum jus dengan obatnya sekaligus."
Yuna mengangguk, ia menerima obatnya dengan ragu, tetapi melihat wajah sang Kakak yang tersenyum padanya membuat Yuna meminum obatnya, ia rak ingin membuat Angga bersedih.
******
Alfran baru saja memakirkan mobilnya di parkiran toko penjual bunga, ia ingin sekali memberikan bunga itu ke makam Salsa. Ia memilih-milih bunga kesukaan Salsa. Namun, ada tangan seseorang yang mengambil bunga tersebut. Mereka saling pandang, Alfran menatap tajam seseorang yang ingin mengambil bunga pilihannya.
"Ini bunga nya, aku gak jadi ambil ini kalau kamu mau ambil ini juga," ucap seseorang tersebut yang menyerahkan bunga lili pada Alfran.
"Tidak perlu, Bunga itu sudah menjijikkan jika sudah berada di tanganmu," balas Alfran tajam.
Alfran menatap tajam ke arah Yuna yang sudah menunduk sedih, Clara yang berada di sampingnya hanya bisa mengelus punggung sang sahabat mencoba menenangkan.
"Bisa gak sih, tuh mulut gak usah tajam banget kalau ngomong. Di asah di mana tuh mulut?" ucap Clara kesal melihat sahabatnya selalu di perlakukan tidak adil oleh Alfran.
"Sudah jangan ribut di sini Clara, tidak enak di lihat yang lain."
"Yuna, jangan selalu diam saja juka Alfran menyakitimu, kamu juga punya hati Yuna."
"Aku tidak apa-apa Cla, sudah ya."
Yuna menatap ke arah Alfran yang bersikap dingin padanya. "Maafkan aku, aku tidak tau jika kamu ingin memanggil bunga ini juga. Maaf juga karena tubuhku sangat menjijikkan."
Alfran hanya menatap Yuna datar, tanpa menghiraukan Yuna kembali Alfran melangkah pergi ke mobilnya kembali. Namun, tangannya di pegang oleh Yuna.
"Yuna tidak usah menahannya, ayo kita beli bunga lagi, di dalam masih banyak bunga yang sangat cantik," ucap Clara yang kesal melihat Yuna menahan Alfran yang hendak pergi.
"Kamu masuk dulu saja, nanti aku menyusul. Aku ingin berbicara pada Alfran."
"Ya sudah."
Clara menatap Alfran tajam. "Awas lo kalau menyakiti sahabat gue lagi," lanjut Clara tajam pada Alfran yang sama sekali tak menghiraukan perkataannya.
Alfran langsung menepis tangan Yuna yang memegang pergelangan tangannya. "Ada apa?" tanya Alfran dingin.
"Aku tadi mau ke rumah kamu, tetapi berhubung kita bertemu di sini. Aku ingin memberikan kue buatan aku, ini resep baru yang baru aku coba tadi, di makan ya. Aku tau kamu akhir-akhir ini juga jarang makan, ini juga ada nasi goreng kesukaan kamu. Jangan telat makan ya, aku gak mau kamu sakit."
"Sudah?" tanya Alfran dingin.
"I-ya sudah."
Alfran menerima kue dan nasi goreng dari Yuna, ia melirik tong sampah yang berada di dekatnya. "Gue gak perlu makanan ini," ucap Alfran dingin membuang makanan Yuna begitu saja membuat Yuna yang melihatnya menutup mulutnya tak percaya.
"A-alfran? Kamu buang masakan aku lagi?" Yuna berkata dengan terbata. Ia sudah sering di perlakukan seperti ini, tapi mengapa rasanya masih sangat sakit sekali? Ia rela bangun subuh-subuh tanpa menghiraukan sakit kepalanya, demi membuat kue dan makanan kesukaan Alfran. Tapi apa yang ia dapat hanya rasa kecewa yang semakin hari berakar di hatinya. Apakah dirinya sanggup bertahan di samping Alfran.
"Kamu tau, aku bangun subuh-subuh demi membuatkan makanan kesukaan kamu, tapi kamu buang dengan seenaknya, segitu bencikah kamu terhadapku?"
"Gue gak menyuruh lo masak buat gue!" ucap Alfran dengan sangat tajam.
"Berhenti mencintai gue!"
"Aku gak bisa Alfran, tak bisakah kamu melihat ketulusan cinta ku ini? Jika aku bisa menghilangkan rasa ini, aku akan hilangkan Alfran. Tapi aku gak bisa, tolong bilang sama aku gimana caranya menghilangkan rasa cinta ini?" tanya Yuna dengan berlinang air mata. Alfran masih menatap Yuna dengan tajam tanpa tersentuh dengan wajah sedih dan kecewa Yuna akibat perbuatannya.
"Jawab Alfran! Gimana caranya agar rasa ini hilang?"
"Lo mau tau jawabannya? Lo mau tau hah?"
Yuna menatap Alfran sendu air matanya tak bisa berhenti, Alfran mendekat ke arah Yuna berbisik di telinga gadis itu. "Mati!" desis Alfran langsung menjauh dari tubuh Yuna. Tubuh Yuna kaku mendengar jawaban Alfran
Mati!
Yuna tersenyum miris, ya sepertinya itu akan terjadi.
"Jika dengan kepergianku kamu bahagia, maka aku ikhlas jika senyuman terbit di bibirmu. Terimakasih telah menyadarkanku arti cinta yang sesungguhnya, aku menyadari cinta memerlukan pengorbatan yang sangat besar, dan sekarang pengorbanan itu yang sedang aku lakukan. Tapi aku tidak menyerah sebelum aku pergi, aku ingin kau mencintaiku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Dewi Dama
mana ada wanita seperti yuna..ini...
2023-04-08
0
Aya'e Khalif
ya ampun kk ceritanya sedih amat q nya sampe mewek bacanya 😭
2022-12-14
0
Fryy Sweet
Gak suka gadis lrma, sdh di tolak masih aja ikut..sepetti tdk punya prinsip dan harga diri 😛😛
2021-01-15
0