Bunda dan Delia sedang memasak di dapur, sore nanti Bunda akan kedatangan teman-teman arisannya. Dan saat ini mereka berdua sibuk membuat makanan dan beberapa jenis kue.
" Delia, kalau kamu ada tugas sekolah mending ke kamar saja, Bunda ada Bibi kok yang bantu " kata Bunda
" Nggak ada kok Bunda, lagian sebentar lagi Delia akan ujian sekolah, jadi aku nggak ada tugas sekolah, sisa mengevaluasi pelajaran kemarin kemarin" jelas Delia
Bunda menghentikan gerakan tangannya yang sibuk memotong sayuran tadi.
" Kamu sudah mau ujian sekolah ? " tanya nya
Delia mengangguk " Iya Bunda "
" Kapan ? "
" awal bulan depan Bund"
" Artinya kamu udah hampir setahun dong tinggal di sini,, Nggak terasa yah " kata Bunda, memang benar kedatangan Delia di rumah mereka rasanya baru kemarin, dan tidak terasa mereka sudah bersama hampir setahun
" Kamu sudah dapat universitas? " tanya Bunda
" Sudah Bunda,, Delia mau kampus yang dekat sekolah Delia itu " jawab Delia
" Bagus itu, lagi pula kampus itu juga kampus terbaik di kota ini "
Tak ada lagi obrolan di antara keduanya. Mereka lalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Tak lama setelah itu Misha datang dengan sedikit berlari
" Mama.... "
suara anak gadis itu membuat Bunda dan Delia melihat ke arahnya.
" Mama,, Misha haus, pengen minum air dingin " gadis itu duduk di meja makan, sambil menunggu Delia mengambil air dingin untuknya.
Namun salah satu orang merasa aneh, panggilan Misha yang menyebut kata ' Mama ' membuat Bunda bertanya-tanya.
Kepada siapa anak itu memanggil Mama ?
Yang pastinya panggilan itu bukan di tunjukan untuk dirinya, sebab Misha memanggil nya dengan sebutan Eyang.
" Mama ? Perasaan tadi Misha menyebut kata Mama " ucap Bunda
Delia dan Misha saling pandang, dan baru tersadar dengan hal itu.
" Misha, kamu panggil siapa sayang dengan sebutan Mama ? " tanya Eyang lagi
" Eh,, itu.... " Misha bingung sendiri.
Gadis kecil itu memang sering sekali memanggil Delia dengan sebutan ' Mama' dan entah kenapa ia merasa nyaman. Sejak hari itu, hari dimana Delia mengaku sebagai Mamanya, Misha dan Delia kadis sering pergi berdua, tak jarang bahkan Delia sering menemani Misha bermain bersama teman-teman sekolahnya. Dan saat itu Misha jadi sering memanggil Delia dengan sebutan Mama
" Ha,,, ini pasti Misha habis nonton film kan ? " Delia langsung turun tangan. Ia juga gugup tapi seperti yang di ketahui, hal itu hanya akan menjadi rahasia antara Ia dan Misha
" Eh, iya Kak,, Misha tadi habis nonton film, judulnya Mama, sedih deh Kak, jadi nya kepikiran deh , hehehe " Misha membenarkan ucapan Delia.
Tapi Bunda bisa melihat ada hal yang aneh di antara keduanya. Namun karena sebentar lagi teman arisan Bunda akan datang, jadinya Bunda tidak mempertanyakan lagi.
Delia melirik Misha, agar cepat menjauh dari dapur. Takutnya anak itu akan bertanya dan akan semakin keceplosan memanggil nya Mama .
Misha menurut saja, gadis itu memilih untuk ke ruang nonton tv, sebab di sana ada Ayah Dika.
Beberapa jam kemudian, semua makanan sudah tertata rapi di meja. Ruang tamu sudah di sulap menjadi tempat asik untuk arisan. Cemilan dan minuman sudah tersedia.
Delia meminta Bunda agar bersiap-siap saja. Sebab beberapa menit lagi, mungkin teman-teman arisan Bunda akan datang.
Setelah semuanya sudah rapi. Delia berinisiatif untuk membawakan cemilan kue kue dan juga minuman untuk Misha dan Dika di ruang keluargal.-
Sebab ia tahu. Om Dika dan Misha sangat s--uka dengan makanan ringan jika mereka sedang asik menonton tv.
Delia meletakkan nampan yang berisi minuman dan beberapa cemilan di atas meja.
" Makasih Mama "
Delia membulatkan matanya. Lagi-lagi anak kecil itu keceplosan.
Misha sadar akan perubahan wajah Delia, dan anak itu dengan spontan menutup mulutnya
" Opsss "
Ya Ampun Misha .....
Dika yang juga sangat heran dengan Misha, tiba-tiba berbalik. Pasalnya, ini sudah yang ke tiga kalinya Dika mendengar Misha memanggil Delia dengan sebutan ' Mama '.
Kemarin Dika tak begitu mengharukan nya. Tapi hari ini Dika merasa ada sesuatu di antara Misha dan Delia.
Dika melirik Misha dan Delia secara bergantian. Nampak jelas jika anak gadis beda usia itu sedang berbicara melalui tatapan mata.
" Emmm,, maksud Misha, Makasih Kakak " Misha meralat ucapan nya .
" Yaudah, jangan lupa di makan yah,, Kakak mau mandi dulu "
Delia dengan cepat berlalu dari sana. Ia tak mampu di tatap oleh Om Dika.
Dika sendiri masih dengan kebingungan nya. Ia tak mungkin mengabaikan hal yang tidak biasa ini.
Ia melirik Misha yang sedang menikmati kue coklat dan milk shake nya. Gadis polos itu sungguh menggemaskan di mata Dika. Ia jadi merasa iba.
Apakah Misha terlalu menginginkan sosok Ibu, sehingga ia sering menyebut Delia Mama ?.
Sementara Delia, sibuk dengan degup jantung nya. Di balik pintu ia sibuk meraba jantung nya yang berdetak begitu cepat. Mendapatkan tatapan Om Dika seperti tadi, entah mengapa membuatnya salah tingkah. Maka dari itu ia memilih untuk cepat beranjak dari ruang TV sebelum Dika menghunus nya lagi dengan tatapan yang lebih membuat nya berdebar.
Delia lalu menatap ponselnya. Ia membuka galeri, melihat foto seseorang di sana.
Delia tersenyum.
" Tidak, perasaan berdebar ini hanya untuk kamu, bukan untuk orang lain "
Setiap Delia berdebar karena sesuatu. Ia selalu membuka galeri dan melihat foto seseorang di sana. Ia selalu meyakinkan hatinya. Bahwa perasaan nya hanya akan bergetar untuk satu nama dari dulu hingga sekarang.
Seakan foto itu adalah batasan, agar hatinya tidak menembus dinding yang sudah ia buat sendiri.
" Meski aku belum mengutarakannya. Tapi aku yakin kita memiliki ikatan yang sama. Hanya saja kita punya cita-cita untuk raih, sebelum kita menjadi satu " Delia bermonolog.
Malam hari.
Misah datang ke kamar Delia, gadis kecil itu membawa boneka beruang miliknya.
" Kakak, Misha mau tidur di sini sama Kakak " kata Misha manja
" Boleh, tapi ada syaratnya " kata Delia
" Kok, pake syarat Kak, biasanya kan tidak " Misha protes
" Hem,, Misha boleh tidur di sini sama Kakak, asal Misha mau janji " kata Delia
" Janji apa ? "
" Misha ,harus janji, Misha nggak boleh keceplosan lagi panggil Kaka dengan sebutan Mama di depan Ayah dan Eyang "
" Oh,, kalau itu Misha nggak janji Kak, habisnya Misha mulai terbiasa hehehe "
Delia memijit keningnya yang tiba-tiba merasa pening.
" Nanti rahasia kita bisa ketahuan sama Ayah dan Eyang " kata Delia
" Emmm,, Iya Deh Kak, Misha coba untuk tetap fokus heheh "
" Huh, gaya mu Dek, kayak orang mau bekerja saja "
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Di sana nampak sosok pria tinggi tampan dan gagah.
" Di sini kamu rupanya, Ayah cariin di kamar nggak ada " kata Dika pada Misha
" Ayah, malam ini Misha mau tidur sama Ma- Eh Maksud Misha Kakak "
Delia tambah pening. Hampir saja lagi Misha memanggil nya dengan sebutan Mama.
Tapi rupanya Dika menyadari itu. Ia juga menyadari perubahan wajah Delia yang tiba-tiba panik dan menunduk.
Mungkin suatu hari nanti Dika harus mempertanyakannya. Untuk saat ini ia harus menahannya dulu
" Yasudah, kalian tidur yah ... jangan begadang "
" Iya Ayah .. "
pintu kamar tertutup rapat, di situ Delia merasa lebih legah.
_
Jangan lupa like and komen yah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments