Pertanyaan

Sudah berbulan-bulan Delia hidup bersama keluarga kecil Om Dika. selama itu pula Delia juga sudah hapal betul apa saja kegiatan anggota keluarga dan apa yang mereka sukai. Jika Misha suka makanan manis, maka Dika tidak begitu suka, Dika lebih suka makanan yang asin. Dan Delia tipikal orang yang tidak ribet, masalah makanan ia suka semua, tidak ada yang menjadi pantangan untuk di makan. Delia ini persis Bunda Dika, jadi apa saja makanan yang di olah asisten rumah tangga semuanya pasti cocok di tenggorokan nya. Hanya saja Jika terkadang Delia sedang mood membuat kue, maka ia harus dia macam rasa, yaitu manis dan asin. Baginya Misha dan Om Dika itu penting untuk di senang kan.

Hari ini rumah lebih ramai, sebab ada Bunda yang menginap. Delia senang, sebab ia bisa berbagi banyak cerita dengan Bunda. Hal yang tidak membuat Delia seperti orang lain adalah, karena Bunda Dika selalu menganggap nya seperti seorang anak. Bunda bahkan tidak menganggapnya seorang anak perempuan bukan cucu seperti Misha.

Terkadang Bunda sering memberi banyak pertanyaan kepada Delia seputar asmara anak gadis itu. Namun Delia selalu mengatakan bahwa ia saat ini tak punya seseorang yang di spesial kan.

"Masa sih, anak Bunda secantik ini tidak ada yang naksir ?"

mereka sedang memberi makan ikan-ikan di kolam. Bunda dan Delia memang selalu menghabiskan waktu berdua di sore hari seperti itu.

Sebab Misha jika sore hari terkadang memilih untuk bermain bola, atau bulu tangkis bersama Ayahnya.

" Nggak ada Bund,, lagian kalau ada pun, Delia nggak respon, sebab Delia mau fokus ujian, biar bisa dapat beasiswa masuk universitas Bund "

Yah, itulah cita-cita Delia, ingin masuk universitas dengan jalur beasiswa. Meski ia mampu sebab ada Om Dika yang menanggung dan pasti ada warisan dari orang tuanya, Delia merasa bahwa ia harus memanfaatkan kemampuan nya untuk meraih beasiswa.

" Tapi, jangan terlalu fokus juga dong sayang,, belajar itu bagus, tapi harus seimbang dengan kehidupan asmara,, kamu ini sudah dewasa loh, masa belum punya pacar juga "

" Nanti ajalah aku pikir kan Bund... untuk sekarang nggak dulu deh " kata Delia

" Hem,,, padahal Bunda udah pengen banget loh kalau suatu hari nanti ada pernikahan di rumah ini... Bunda tuh pengen banget punya mantu "

Hal ini sudah sering kali di utarakan Bunda jika sedang sesi curhat bersama Delia.

Delia tersenyum, ia paham bagaimana perasaan Bunda. Namu. ada satu hal yang ingin ia tanyakan sejak awal. Namun sampai sekarang ia belum berani mengutarakan nya .

Delia melihat Misha dan Om Dika sedang asik bermain bulu tangkis. Seperti gambaran keluarga yang sangat bahagia, tapi sayang tidak ada seorang Ibu di antara mereka.

" Bunda.... Apa Om Dika nggak punya pacar? maksud Delia, apakah Om Dika tidak pernah memperkenalkan wanita kepada Bunda ? "

Wajah Bunda tiba-tiba murung. Delia merasa tidak enak .

" Maaf Bunda, Delia nggak ada maksud buat - "

" Nggak apa-apa Sayang, pertanyaan kamu nggak salah kok " kata Bunda langsung memotong ucapa Delia

Delia terdiam,ia tak tahu lagi harus berkata apa. Suasana mendadak hening .

" Sejujurnya nya, jika di tanya apakah Bunda sangat ingin melihat Dika menikah, jawabanyya iya,,, Bunda ingin sekali melihat Dika menikah,, Hal yang paling Bunda impikan ketika Dika datang memperkenalkan wanita ke Ibu dan mengatakan kalau itu adalah calon istri nya "

Bunda akhirnya mencurahkan segala isi hatinya. Bahkan matanya sudah basah.

" Tapi, sayang ... Dika belum bisa mewujudkan itu. dan Bunda tidak bisa memakainya " lanjut Bunda. Ia menyeka sedikit cairan bening di sudut matanya.

" Tapi kenapa Bund ? "

" Kelak kamu akan tahu Delia, jika sudah waktunya, nanti Dika sendiri lah yang akan menjawab segala pertanyaan mu "

Meski sebenarnya sangat ingin tahu jawaban nya, Namun Delia tidak bisa memaksa untuk tetap mencari tahu. Mungkin saat ini tentang Dika adalah sebuah rahasia, namun jika suatu saat nanti Dika percaya padanya, maka Dika sendiri lah yang akan menceritakan tentang dirinya.

Malam hari.

Saat Delia selesai membacakan sebuah cerita untuk Misha, dan gadis kecil itu tertidur.

Delia memandang wajah gadis mungil itu. Sekolah jika di lihat secara seksama, wajah Dika dan Misha ada kemiripan. orang yang akan pertama kali bertemu dengan Dika dan Misha akan percaya jika mereka adalah anak dan Ayah dalam artian yang sebenarnya. mata dan bentuk hidung Delia begitu mirip dengan Dika. Namun bagaimana mungkin ? Jika faktanya gadis cantik ini adalah anak yang di adopsi oleh pria perjaka.

Perlahan otak Delia mulai menerka-nerka.

Mungkin saja kan, Misha ini anak Dika yang di rahasiakan dari dunia ? Eh, tapi apa alasannya? bukanya Bunda sangat ingin jika Om Dika menikah ?

Atau jangan-jangan Misha adalah sebuah kesalahan yang tak di sengaja, sehingga Ibunya memutuskan untuk menitipkan nya di panti asuhan sebab Dika tak mau bertanggung jawab? Ah, mana mungkin orang sebaik dan setampan Om Dika bisa memiliki kepribadian seburuk itu kan ?

Sibuk dengan terkaannya sendiri, kepala Delia mendadak pusing.

" Untuk apa juga sih, aku mikir sampai sejauh itu, lagi pula apa urusanku kan ? " Delia bergumam.

Tak lama Delia mendengar suara knop pintu diputar. Ia langsung pura-pura memejamkan mata.

Rupanya yang datang saat itu adalah Dika. Pria tampan itu ingin memastikan bahwa putri kecilnya tertidur dengan pulas. Memang Dika selalu rutin tiap malam mengunjungi Misha. Kecuali jika Misha berada di kamar Delia.

Tapi ia tak menyangka bahwa di kamar Misha ada Delia yang rupanya juga tertidur sambil memeluk Misha. Dika perlahan mendekat. Ia memperbaiki selimut yang menutupi dua anak gadis beda usia itu.

Untuk sesaat, Dika teringat perkataan Ibu Ria beberapa hari lalu, yang mengatakan bahwa kedekatan antara Misha dan Delia terlihat beda dan istimewa. Perlahan hati Dika membenarkan ucapan Bu Ria.

Saat melihat dua anak gadis itu tertidur di ranjang yang sama. Bahkan Delia begitu dekat hingga memeluk Misha dengan erat, ia mulai setuju jika Delia memang punya sisi keibuan.

Dika terenyuh melihat pemandangan haru di hadapannya. Dika mulai percaya bahwa takdir membawa Delia kepadanya sebab takdir punya rencana baik. Salah satu nya untuk putri kecilnya. Meski Dika tak bisa memberi seorang Ibu untuk Misha, paling tidak lewat Delia, Misha bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu. Yah, meski dalam pikiran anak sekecil Misha adalah Delia itu Kakaknya. Namun sejak kehadiran Delia, Misha bahkan tak pernah lagi mempertanyakan perihal seorang Ibu.

" Terimakasih Delia, sebab sudah hadir di antara kami "

Sebelum keluar, Dika menyempatkan untuk memberi sebuah kecupan singkat di kepala Misha. Dan untuk Delia, ia hanya menepuk dengan lembut kepala gadis yang sudah beranjak dewasa itu.

Saat Dika keluar dari kamar. Delia langsung terbangun. Ia meraba jantung nya yang tiba-tiba berdetak lebih kencang dari biasanya. Sentuhan Dika di kepalanya yang sebenarnya bukan apa-apa, malah membuatnya merasakan sensasi aneh. Bahkan ia dengan jelas mendengar ucapan terimakasih Om Dika untuknya.

" Ya Tuhan... jantung ku "

_

Like and komen dong .. biar author semangat nulis bab nya ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!