Dika sudah kembali ke kota asalnya. Ia memberi waktu kepada Delia untuk berpikir tentang keputusan nya nanti. Meski ia tak memaksakan, tapi yang jelas, Dika sudah mengatakan bahwa wasiat sang Ayah Delia harus di laksanakan. Jadi, untuk itu Dika harap Delia akan menelfonnya atau memberi kabar jika sekiranya gadis itu sudah memiliki keputusan yang tepat. Karena sebelum bertolak ke kota asalnya, Dika sempat bertukar nomor telepon dengan anak gadis itu.
" Ayah.... " Misha berlari dengan gembira saat melihat Dika turun dari mobil.
Dan dengan sigap Dika menangkap tubuh mungil itu, lalu di kecup nya dengan sayang wajah Misha.
" Ayah,, kok lama sih, Misha kangen " kata anak gadis kecil itu merengek. Dika menjadi gemas di buatnya
" Sayang,, Ayah ada kerjaan di luar kota, Dan Ayah juga sangat kangen sama Misha " ucap Dika
Mereka berjalan beriringan saling bergandengan tangan. Tampak sebuah gambaran keluarga kecil yang bahagian, namun sayangnya tak ada sosok Ibu di antara mereka.
Bunda sedang menyiapkan makan siang. wanita yang sudah memasuki usia senja itu tersenyum hangat melihat kedatangan putra satu-satunya.
" Kamu sendirian? Delia nggak ikut ? " tanya Bunda
" Delia itu siapa Ayah ? " Ini Misha yang bertanya
" Delia itu keponakan Ayah sayang " jawab Dika lembut .
" Delia belum ikut Bund, nanti Dika jemput kalau dia nya sudah siap untuk tinggal bersama kita "Dika menjelaskan
Bunda lalu menyuruh Misha dan Dika untuk menikmati makan siang.
" Padahal Bunda udah senang loh tadi, berharap Delia ikut kamu, eh tau tau nya nggak ikut "
Bunda memang senang saat tahu Delia akan ikut tinggal bersamanya, paling tidak ia punya teman di rumah, meski ada ART yg bekerja di rumah mereka, tapi ART itu akan sibuk dengan tugasnya masing-masing.
" Yah, Dika nggak bisa langsung bawa Delia kesini dong Bund, toh, dia juga masih masa berduka,, lagi pula kita baru ketemu dan berkenalan, pasti dia juga butuh waktu untuk berpikir " jelas Dika di sela-sela makannya
" Ayah, Apa keponakan Ayah itu seperti Misha ? " gadis kecil itu tak bisa jika tak ikut dalam obrolan
" Iya Sayang, dia juga anak gadis seperti mu, tapi dia lebih tua dari kamu, jadi kamu harus panggil dia Kakak " jawab Dika sambil mengusap lembut rambut anak gadis nya . Dan Misha mengangguk patuh.
" Tapi, di sana Delia sama siapa Dik ? bukannya Tio itu sudah tidak punya siapa-siapa, bahkan yang tersisa hanya kita keluarganya, itu pun kita ini kerabat yg sudah di bilang jauh " Bunda sedikit merasa khawatir
" Dia sama keluarga yang menganggapnya keluarga Bund, keluarga itu juga baik, bahkan ia siap menerima Delia tinggal bersama mereka andai kata Dika tidak ada " ujar Dika
Seingat Bunda, Tio adalah anak dari sepupu Almarhum Suaminya, yaitu Ayah Dika. Ayah Tio dan Ayah Dika merupakan sepupu dua kali. Dan Tio adalah anak tunggal sama seperti Ayahnya. Jadi ketika Ayah Tio meninggal Tio hanya seorang diri, Jika saja tidak ada Dika dan Bunda, maka Tio benar-benar sebatang kara. Dan untuk keluarga dari Ibu Tio sendiri, tak ada yang tau dimana, sebab Ibu Tio merupakan keturunan Negeri Malaysia yang datang seorang diri ke Negera Indonesia Lalu bertemu dengan Tio dan memutuskan untuk menikah.
Dan yang Bunda resah kan adalah, Delia yang masih sangat muda harus merasakan kehilangan terberat dalam hidupnya. Maka dari itu saat Dika bercerita tentang Tio yang menitipkan anak gadisnya pada Dika sebelum pergi, Bunda lah yang paling setuju akan hal itu.
" Tapi bagaimana pun, kita ini masih keluarga nya, dan Delia akan nyaman bersama kita. Kamu harus berusaha membujuk Delia agar dia mau ikut sama kamu Dik " kata Bunda bersemangat
" Iya ,, semoga Delia cepat menghubungi Dika yah Bund, supaya Dika langsung menjemput nya "
**
Malam hari di tempat yang lain.
Delia sibuk memandangi foto dirinya dan kedua orang tuanya di galeri ponsel nya. Tatapan nya begitu teduh dan masih ada sedikit luka di sana.
Ia sendiri tak bisa membohongi hatinya jika ia masih bisa menerima kenyataan. Namun sekuat tenaga Delia untuk meyakinkan hatinya bahwa ia pasti bisa melewati ini semua dan bisa hidup lebih baik meski tanpa kedua orang tua.
" Huftttt, jujur saja aku merasa ini masih seperti mimpi, kejadian menyakitkan ini begitu tiba-tiba, dan aku belum siap menerima nya " Delia bergumam sedih. Namun tak ada air mata di sana.
" Hah...... Delia kamu harus kuat,, kamu pasti bisa " Delia memberi semangat pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba ponsel di tangannya berdering. wajahnya terlihat berubah sedikit tegang saat melihat nama si pemanggil.
Om Dik.
Dan ini adalah kali pertama pria itu menelpon nya setelah mereka saling bertukar nomor telepon hari itu.
.
Delia tak menjawab panggilan itu. Ia bingung harus mengatakan apa nanti nya . Baginya Dika itu buka seperti Om biasa pada umumnya. Dan Andaikan Dika mungkin seperti Ayahnya atau Om Rian, mungkin Delia bisa bersikap seperti saat ia bersikap ketika bersama Om Rian. Namun penampilan Dika dan juga parasnya selalu membuat Delia ragu untuk mengakui nya sebagai Om.
Baginya Dika ini lebih enak di panggil Abang.
Ponsel di genggaman nya tak lagi berdering. Namun beberapa detik kemudian ada notif chat yang masuk. Dan Delia buru-buru membacanya.
Assalamualaikum Delia, Om Dika cuma mau tau kabar kamu,, kamu baik kan ?
Nah, disini Delia merutuki kebodohan nya Saking grogi nya saat di telfon oleh Dika, ia sampai buru-buru membuka chat yg. Kalau sudah begini tak ada alasan lagi untuk tidak membalas chat dari Om Dika, toh, pasti di sana sudah centang dua berwarna biru. Dan sangat tidak sopan jika tidak membalas chat dari orang yang lebih tua. Apa lagi Dika ini hanya ingin tahu kabarnya. Rasanya Delia sangat tidak tau diri jika mengabaikan chat dari Om tampannya itu.
Alhamdulillah Delia Baik Om...
Om sudah sampai ?
Sekali lagi Delia harus merutuki kebodohannya. Dia rencana ingin menghindari pesan dari Om Dik setelah ia membalas Chat dari pria itu. Tapi kenapa sekarang ia malah bertanya, itu artinya ia sendiri yang membuka obrolan agar makin panjang.
" Aissshhh,,, kok bisa nya aku nanya sih ?pesan nya udah nggak bisa di tarik lagi, udah terlanjur di baca sama Om Dik.... Delia bodohnya,, kok sekarang tindakan dan otak aku nggak singkron sih " Delia mengetuk kepalanya.
Om tiba tadi siang Delia, Dan Bunda tadi nyariin kamu loh, di kira kamu sudah ikut sama Om ..
" Bunda ? apa yg Om Dik maksud istrinya ? " Delia berbicara sendiri setelah membaca pesan dari Dika
Bunda ?
Balas Delia malah semakin penasaran. Artinya ia memberi ruang untuk Om Dika agar lebih akrab dengan dirinya. Dan sialnya Delia malah terbawa suasana.
Bunda nya Om Dika, Delia.... maksud Om , dia Eyang kamu juga ...
" Oh, Mama nya Om Dika ? kirain istrinya huftttt " Entah mengapa ia sendiri merasa legah saat tahu bahwa Bunda yang di maksud Om Dika adalah orang tua dari pria. Dan memang nya ada apa jika sebenarnya Om Dika punya istri ?
Oh,, kirain Bunda itu istri nya Om Dika 😁
Lah, Delia mulai memberikan emot icon pada pesannya, artinya sedikit demi sedikit ia mulai mau mengakrabkan diri dengan Om Dika.
Bukan Delia,,, Nanti kalau kamu kesini kamu akan tahu kok...
" Kenapa aku seperti tertarik dengan kehidupan Om Dik ini ? " tanya Delia pada diri sendiri
.
_
jangan lupa like nya dan tingggalkan jejak saat baca yah 😏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Azahra Rusdin Ode
Asli keren
2023-05-14
0