Rapuh

Tak ada yang bisa tidak terluka jika harus merasakan kehilangan. Kehilangan orang tercinta untuk selamanya adalah patah hati terbesar di dunia. Mungkin inilah yang di rasakan Delia.

Hatinya belum siap menerima kepergian seorang Ayah sejam yang lalu, dan sekarang ia harus menelan pil pahit lagi, sebab Sang Ibu yang kritis ternyata harus menyusul sang Suami tercinta ke Alam sana.

Runtuh seketika dunia Delia. Bahkan semangat hidupnya telah terkikis habis oleh kenyataan. Sendiri, yah saat ini ia seorang diri. Entah apa yang harus ia lakukan tanpa kehadiran Ayah dan Ibunya.

" Ayah,, Ibu ... " Lirih nya penuh luka...mendadak dunia seketika menjadi gelap gulita, hingga akhirnya Delia tak sadar kan diri lagi.

Tangis haru memenuhi seisi rumah duka. Tio dan Lina di kenal sebagai orang orang yang baik. Suami istri itu bahkan sering membantu tetangga yang sedang kesusahan.

Hidup di tempat dimana tak ada saudara dan keluarga, membuat Tio dan Lina menganggap semua yang ada di sekitar rumahnya adalah keluarga dan saudara.

Maka dari itu, kepergian Tio dan Lina adalah duka terdalam bagi semua warga yang hadir.

Disisi lain, Dika sibuk mengurus proses pemakaman Tio dan Lina, sejak pagi tadi ia tak sempat makan atau sekedar istirahat. Saking tak sempatnya memikirkan yang lain, Dika bahkan lupa jika Tio dan Lina punya seorang putri sampai sekarang pun Dika tak pernah bertanya tentang bagaimana kabar gadis malang itu. Baginya saat ini mengurus semua keperluan Tio dan Lina adalah hal terpenting dari segalanya, sebelum kedua pasangan suami-istri itu di antar ke pembaringan terakhir mereka.

Sementara Delia, ia baru sadar saat Jenazah Ayah dan Ibunya telah di antar menuju pemakaman. Wajah gadis itu terlihat sangat lelah dan kuyu.

Tante Nani yang sedari tadi menjaga anak malang itu.

" Delia sayang .... " Tante Nani langsung memeluk tubuh dengan hati yang rapuh itu. Wanita paruh baya itu tak kuasa menahan tangis saat melihat keadaan Delia yang begitu menyedihkan.

" Kamu yang sabar yah.... Ikhlaskan Ayah dan Ibu mu Nak, Insyaallah kamu gadis yang kuat " ucap Tante Nani mengusap rambut panjang Delia dengan sayang.

Delia sesegukan, ia tak mampu berkata apapun. Rasanya sesak di dada di tambah perih yang menghantam relung jiwa.

" Tan,, te.... A .... Ayah .... Dan Ibu - " Delia tak sanggup melanjutkan ucapannya. Tangis nya kian menjadi saat mengingat Ayah dan Ibu nya.

" Iya sayang, Ayah dan Ibu mu sudah tenang... semua orang sedang mengantar Ayah dan Ibumu ke tempat terakhir nya "

Mata Indah itu membulat sempurna. Bahkan Delia belum melihat Ayah dan Ibunya untuk terakhir kalinya.

" Ta.. tapi Tante, Delia bahkan belum melihat Ayah dan Ibu untuk yang terakhir kalinya, Dan juga Delia belum sempat mengucapkan salam dan maaf kepada Ayah dan Ibu.. lalu bagaiman bisa orang-orang mengantarkan mereka ke pemakaman Tante " Delia histeris. Baginya ini begitu sulit.

Tante Nani pun paham apa yang di rasakan oleh gadis malang itu.

" Delia, tidak baik menunda pemakaman, makin cepat Ayah dan Ibu mu di kebumikan, maka makin baik untuk mereka. Yang mereka butuhkan saat ini hanyalah keihklasan dari kamu Nak, serta do'a tulus dari putri Soleha seperti kamu. Tante yakin mereka pasti akan bahagia di sana " Dengan penuh kelembutan Tante Nani menjelaskan, Berharap Delia bisa menerima kenyataan hidup.

" Tante .... " Delia memeluk erat Tante Nani, dan menumpahkan segala tangis perihnya di pelukan wanita yang sudah ia anggap sebagai keluarga itu.

" Tante tahu ini sulit bagi kamu Nak, Tapi Tante berharap kamu kuat dan bisa melanjutkan hidup kamu dengan lebih baik. Allah pasti punya rencana baik di balik semua duka ini "

Sejam lebih Delia menangis di pangkuan Tante Nani, Dan wanita paruh baya itu dengan setia menemani gadis malang itu.

Dan setelah Delia merasa lebih tenang. Ia bangun dari duka laranya.

" Tante, Delia ingin ke pemakaman " lirihnya, saat ini sudah tak ada lagi air mata yang membasahi pipinya. Semua sudah kering. Perlahan Delia mulai mengikhlaskan segalanya

" Kamu yakin sayang ? " Tante Nani memastikan

Delia mengangguk lemah, mencoba menampilkan senyum meski begitu samar di wajahnya.

" Aku sudah baik-baik saja Tante " lanjutnya mencoba meyakinkan.

Tante Nani mengiyakan dan Ia bersedia menemani Delia ke pemakaman.

Prosesi pemakaman telah selesai. para pengantar jenazah satu persatu sudah pulang. Tinggal Dika dan Rian suami dari Nani yang ada di antara dua kuburan baru yang sengaja di biarkan bersebalahan.

" Sesuai wasiat dari Abang saya sebelum ia pergi, saya di minta untuk merawat Delia, dan kemungkinan besar anak itu akan ikut tinggal bersama saya di kota A " jelas Dika

Rian sendiri sebenarnya berat melepas Delia, mengingat gadis itu sudah tak memiliki keluarga. Bahkan ini kali pertama nya ia bertemu dengan Dika. Jadi, Rian sedikit ragu untuk mempercayakan Delia pada Dika.

" Apa tidak bisa, tunggu Delia menyelesaikan sekolah dulu, sayang sekali jika Delia harus pindah sekolah sementara tinggal beberapa bulan lagi ia akan memasuki ujian. Dan menurut saya, baiknya Delia titip kan dulu pada keluarga saya "

Rian mencoba bernegosiasi. Berharap Dika mau merubah keputusannya untuk membawa Delia pergi. Yah, walau bagaimanapun Rian dan Nani juga begitu sayang pada Delia, meski mereka tak ada hubungan darah sekalipun .

" Dan, mungkin masalah ini kita bicarakan lagi di rumah saya, lebih baik saya dan istri saya berunding dulu, karena bagaimanapun Delia sudah kami anggap seperti anak sendiri " sambung Rian lagi.

Dika hanya bisa mengikuti saja. Sebab bagaimanapun Keluarga Rian adalah orang-orang pertama yang paling dekat dengan Delia. Tentunya keluarga itu pasti sangat mengetahui apa yang membuat Delia nyaman dan tidak. Dan Dika sendiri bisa melihat ada ketulusan di balik sikap Rian terhadap Delia.

Dika memutuskan untuk mencari penginapan. Meski Rian memaksanya untuk menginap di kediaman nya. Namun Dika menolak dengan alasan ingin sndiri dulu. Dan mereka memutuskan untuk kembali membahas masalah Delia esok hari.

Setelah kepergian Dika, Delia datang, dan sekali lagi antara Delia dan Dika tidak saling bertemu. Padahal Dika begitu ingin bertemu dan berbicara banyak pada Delia setelah acara pemakaman selesai.

Tapi Rian memberi usulan pada Dika agar membiarkan Delia sendiri dulu. Sebab walau bagaimanapun gadis itu masih dalam keadaan rapuh, dan pasti akan sulit baginya untuk beradaptasi dengan orang yang baru ia kenal. Dan Dika memahami itu .

Delia bersimpuh di atas gundukan tanah yang di atasnya terdapat batu nisan yang bertuliskan nama orang tuanya. Delia ingin sekali menangis histeris, namun sebelum kesini, ia sudah berjanji pada dirinya bahwa ia akan berusaha tegar meski dalam keadaan rapuh.

Maka untuk saat ini, dan mungkin seterusnya, Delia tak akan menangisi kepergian Ayah Ibunya.. Baginya yang terpenting adalah do'a yang tak akan pernah putus untuk ayah dan ibu nya. Ikhlas, Delia berusaha memberi sugesti pada dirinya agar selalu terlihat tegar.

" Ayah, Ibu.... Delia Ikhlas... Delia berjanji akan menjadi anak yang baik. Dan sesuai permintaan Ayah... Delia akan ikut bersama Om Dik. Orang yang sangat ayah percaya "

Rian dan Nani saling pandang. Rupanya Delia sudah mengetahui perihal Dika yang akan menjadi orang tuanya nanti.

" Delia janji akan. menganggap Om Dik sebagai orang tua dan akan selalu patuh padanya.... Tapi Ayah jangan marah,, Sebab Delia butuh waktu. Mungkin bukan sekarang Delia ikut dengan Om Dik Tapi nanti,, Dan untuk saat ini biar kan Delia hidup sendiri di rumah kita "

" Delia .... " Tante Nani memegang pundak Delia

" Kamu jangan selalu merasa sendiri, kami ada untuk kamu sayang ... Dan kamu bisa tinggal di rumah Tante dan Om Rian selama apapun kamu mau sayang " ujar Tante Nani

" Iya Delia, biar bagaimana pun kamu, sudah kami anggap anak kami Delia, jadi jang pernah menganggap kami adalah orang asing di hidupmu " Om Rian ikut menanggapi ucapan istrinya.

Delia tersenyum lembut, beruntung ia di kelilingi orang-orang baik.

" Makasih Om, Tante.... " ucapnya

" Dan masalah Om Dika,, kamu bisa memikirkannya Nak,, dan Om juga sudah berbicara padanya. " kata Om Rian

" Lalu, dimana Om Dika sekarang ? " tanya Delia

" Om Dika kembali ke penginapan, mungkin besok dia akan bertemu dengan mu " jawab Om Rian

Delia mengangguk, sedikit hatinya merasa penasaran tentang siapa Om Dik ini. Seingatnya ia tak pernah bertemu dengan pria itu. Tapi karena Ayah dan Ibunya selalu menceritakan tentang Dika padanya, maka sedikit ia bisa menggambarkan tentang Om Dik yang katanya punya anak perempuan.

Entah bagaimana rupanya, apa mungkin Om Dik seperti Ayah ?

_

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!