Hari ini rumah Delia ramai dengan suara tawa dan canda gadis-gadis remaja. Teman-teman Delia sedang mengerjakan tugas kelompok yang akan mereka presentasi kan besok di depan kelas. Mereka mengerjakan tugas dengan santai sih, sebab semua tim kelompok sangat kompak.
Awalnya Delia ingin mengerjakan tugas kelompoknya di dalam kamar saja. Ia takut akan mengganggu waktu libur Om Dika di rumah. Sebab ia juga tahu bahwa semua sahabat baru nya itu sangat berisik terutama Dewi, yang sejak awal masuk ke rumah sudah menunjukkan rasa ketertarikan nya pada Om Dika.
Tapi, karena Dewi memaksa jika ia lebih senang mengerjakan tugas di tempat yang lebih luas, dengan begitu tugas yang di kerjakan akan lebih gampang, sebab kita terhubung dengan udara segar dari luar. Yang pasti nya itu hanya alasan Dewi saja. Sebab hal utama yang ada di otaknya adalah ia ingin melihat Om Dika saja, tugas kelompok itu di nomor duakan.
Dan di sinilah keempat anak gadis itu. Delia sibuk mencari bahan-bahan presentasi di internet, Devi membuat desain power poinnya sementara Dewi dan Dinda mempersiapkan makalah secara keseluruhan.
" Wi, kamu kenapa ? " Dinda memperhatikan Dewi yang tiba-tiba terdiam dengan mata tanpa berkedip.
Sontak hal itu membuat Delia dan Devi ikut memperhatikan Dewi.
" Wah, kesambet nih anak " Devi berkomentar
" Emang di rumah kamu ada makhluk halus nya Del ? " Dinda seperti mempercayai ucapan Devi
" mana adalah Din " kata Delia
" Terus, ni anak curut kenapa tiba-tiba jadi patung Liberti kayak gini ? " ucap Dinda
Devi tiba-tiba menyadari sesuatu, ia melihat Om Dika dari arah dapur dengan cangkir yang ada di genggaman pria tampan itu. Gadis itu lalu menyikut lengan Delia, ia meminta temannya untuk melihat arah pandang nya.
Delia yang tahu situasi yang sedang terjadi langsung berdecak malas.
" Pantes aja sih " ucap Devi
Dinda juga akhirnya menyadari sesuatu.
" Ish, ckckckck.... kasian banget anak orang Del " kata Dinda
" Udah, lanjutin kerja tugas nya yukk, udah kesorean nih " kata Delia.
Mereka bertiga lalu melanjutkan aktivitas mereka yang tertunda sejenak.
" Demi apa Del, kok kamu bisa sih punya Om yang lebih cocok jadi Dewa Yunani " ucapan Dewi itu kompak membuat ketiga sahabat nya memutar bola matanya. Malas sekali jika Dewi sudah mengagumi seseorang.
" Biasa aja Wi " kata Devi
" Itu nggak biasa Dev, sumpah kalau aku ada di posisi Delia, mungkin tiap hari aku bakalan mimisan gara-gara ketemu sama Dewa Yunani "
sejenak ucapan Dewi membuat Devi dan Dinda pura-pura muntah. Sementara Delia hanya geleng-geleng kepala.
" Jadi, kita mau lanjutin kerja tugas apa mau dengerin ocehan Dewi yang nggak jelas itu " Dinda mulai jengah
" Yah, kerja tugas lah " ujar Devi langsung berbalik ke arah laptopnya
" Ish, kalian ini segitu nya sama perasaan aku " Dewi pura-pura ngambek. Namun yang lain sudah tak terpengaruh lagi sekalipun Dewi bersuara yang sibuk mengagumi Om Dika.
" Alhamdulillah makalahnya udah selesai, sisa kita print" Dinda bersorak gembira
" Besok aja kita print nya Din, toko ATK pasti udah tutup jam segini " kata Devi
" Del, emang kamu nggak ada printer ? " tanya Dewi, dia ingat kalau Om Dika adalah seorang pengusaha, dan pasti punya ruang kerja di rumah ini juga, pasti di ruang kerja itu ada Printer.
" Kayak nya ada di ruang kerja Om Dika, bentar yah aku ijin dulu ke orang nya " Delia bangun dari duduknya. Ia bergegas ke tempat dimana Om Dika berada
" Eh, Del tungguin aku ikut dong " Dewi dengan sigap mengekor ke belakang Delia
" Heleh, dasar modus " Devi jadi julid, tapi tidak di hiraukan oleh Dewi yang sudah kegirangan
Delia melihat menghampiri Dika yang rupanya sedang berada di dalam ruangan kerjanya. Pria tampan itu nampak sibuk di depan laptop. dengan tangannya yang sibuk mengetikkan sesuatu di sana.
tok .. tok.. tok...
" Permisi Om "
Dika menghentikan aktivitas nya. Sesaat Dika melepas kacamata putih dan meletakkan nya di atas meja.
" Masuk Del, ada apa ? "
" Maaf Om, kita ganggu, emm kita ada perlu " ini Dewi yang berbicara selembut mungkin
" Perlu apa ? " tanya Dika
" Boleh nggak printer nya Delia pinjam sebentar Om " kata Delia
" Oh, boleh kok ... tuh di sana " kata Dika memperolehkan
" Makasih Om, Om Dika baik banget ternyata "puji Dewi yang terdengar berlebihan bagi Delia
Dika hanya tersenyum manis sebagai tanggapan.
" Bisa angkatnya Del? " tanya Dika, saat melihat Delia agak kewalahan mengangkat benda pencetak itu.
" Bisa dong, Om kita kan wanita kuat " lagi-lagi Dewi yang menjawab, terdengar sangat ingin terlihat di mata Om Dika.
" Jangan lupa kertasnya yah " kata Dika
" Eh, iya benar,,, makasih loh Om sudah di ingat kan " balas Dewi semanis mungkin.
Dika yang melihat tingkah Dewi yang memang berbeda dari teman Delia yang lain sedikit menyadari sesuatu. Dan itu tidak membuat nya perduli ataupun merasa terganggu.
Tiga teman Delia sudah ingin berpamitan pulang. Mereka mengerjakan tugas hingga malam. Dan tadi mereka juga sudah menyempatkan makan malam bersama, itu pun atas perintah Om Dika.
Sekarang waktunya mereka pulang. Berhubung Devi membawa mobil jadi mereka tidak akan takut jika pulang malam. Dan ketiganya memutuskan untuk menginap di rumah Devi. Awalnya Delia meminta meminta mereka untuk menginap saja. Namun Dinda dan Devi menolak, tapi tidak dengan Dewi, ia senang, namun harus pupus sebab Devi dan Dinda kukuh menolak ajakan Delia, jadi mau tak mau Dewi mengikuti saja kemauan kedua sahabatnya.
" Yah, gagal dek aku PDKT sama calon imam ku " kata Dewi dramatis
" Udah deh Wi, nggak usah lebay " Dinda sewot
" Ckckckck,,, malu maluin banget nih anak orang " Ujar Devi
Delia hanya tertawa
" udah Wi, lain kali aja bisa kok, masih banyak waktu"
" Bener yah Del ? "
Delia mengangguk
" Aduh, emang pantas kamu jadi ponakan aku " ujar Dewi, Dinda dan Devi bergaya ingin muntah lagi.
" Udah, ah.. kita balik yukk " Devi bergerak duluan
" Del kita pamit yah,, dan makasih yah Om " kata Dinda. Rupanya Dika sudah berada di belakang Delia yang entah sejak kapan
" Eh, Om ... aku pamit dulu yah Om, makasih karena sudah di ijinkan bertamu seharian penuh " kata Dewi manja
" Iya,, Om juga makasih karena kalian sudah mau jadi teman Delia " kata Dika
" Jangan kan teman Om, aku bahkan ingin menjadikan Delia lebih dari sekedar teman " ujar Dewi keceplosan
Dika menaikkan sebelah alisnya, agak bingung dengan ucapan anak gadis di hadapannya.
" Maksudnya ? " tanya Dika
" Eh, nggak ada maksud apa-apa kok Om heheh " Dewi gugup
Delia memijat keningnya, merasa bahwa ia sedikit malu mempunyai teman seperti Dewi
"Ya ampun Wi " gumamnya
" Yaudah, Om aku pamit yah... sekali lagi makasih, semoga lain waktu kita bisa ketemu lagi " kata Dewi makin ngawur
" Udah yah Wi, kamu balik gih, Dinda sama Devi udah nungguin tuh " Delia mendorong Dewi, tujuan nya agar Dewi tak lama-lama mengeluarkan semua rasa kagumnya pada Om Dika, yang pasti nya akan berujung malu bagi Dewi sendiri nantinya .
" Dah, Om sampai jumpa " Teriak Dewi ketika mobil mereka meninggalkan halaman rumah.
" Teman kamu lucu juga yah ? " kata Om Dika
" Iya Om ,, maaf yah, kalau Dewi agak cerewet " Delia merasa tak enak
" Nggak apa-apa, namanya juga anak muda " kata Dika
Delia melihat punggung Om Dika yang makin menjauh, malam ini ia kembali di hadapkan. di situasi hanya berdua dengan Om Dika di rumah ini. Misha belum kembali dari rumah Oma. Dan terkadang Delia sangat merindukan suara gadis kecil yang manja itu.
Sebelum melangkah ke kamar tidurnya, Delia ingin mengambil sebotol air dingin dulu, ia tak mau jika tengah malam ia kehausan dan harus keluar kamar lagi. Saat hendak melangkah ke dapur, entah apa yang membuat lantai sedikit basah, tiba-tiba Delia terpeleset. Untuk ada sepasang tangan kekar yang siap menangkapnya.
Delia pikir ia sudah terjatuh ke lantai. tapi ia sadar bahwa tubuhnya masih melayang di udara dan ia merasa ada tangan yang menempel di punggung nya. Delia membuka mata, dan melihat Om Dika sangat dekat dengannya. hanya berjarak satu jengkal dari wajahnya.
" Om Dik " suara Delia mendadak serak
" Kamu nggak apa-apa Del ? " tanya Om Dika, ia membantu Delia berdiri
" Nggak apa-apa kok Om " masih dengan suara serak
" Maaf yah, kamu hampir jatuh, ini tadi Om nggak sengaja menumpahkan air " kata Om Dika
" Oh, nggak apa Kok Om , dan makasih karena sudah menolong Delia " kata Delia, ia merasa semakin gugup saat Dika menatapnya dengan senyuman.
Ah, apa yang terjadi padanya ? Tidak mungkin ia tertarik pada pria dewasa yang sudah ia anggap sebagai orang tua.
" Emm, kalau gitu, Delia pamit ke kamar Om "
Dika merasa ada yang aneh pada tingkah Delia, dan memang beberapa hari ini ia sering melihat reaksi Delia yang beda dari biasanya. Dan ia tahu terkadang anak gadis itu suka gugup dan grogi tanpa sebab seperti barusan. Dan Dika sendiri tak mengerti penyebab nya.
" Mungkin dia sedang grogi atau sedang suka sama seseorang, toh dia sudah dewasa... Eh tapi siapa ? di rumah ini pria hanya ada aku doang kan ? "
Dika masih belum menyadari sesuatu ...
_
Mampir dong, jangan lupa like and komen yah gaesss......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments