“Mimpi apa aku semalam ?” batin detektif Carl yang sebenarnya mampir putus asa bagaimana caranya mendapatkan klien baru kini tiba-tiba ada seseorang yang datang padanya dan juga menyodorkan kasus padanya.
ding
Sebuah notifikasi kembali masuk.
5 000 poin berhasil ditambahkan karena berhasil mendapatkan klien kedua sebelum 24 jam.
Detektif Carl tersenyum tipis kemudian menatap wanita di sampingnya.
“Apa masalah anda nyonya ?” tanya detektif Carl menatap wanita berbaju tosca sedikit kumal di ujung rendanya.
“Anak ku, Stewart hilang di jam pulang sekolah. Aku tidak menemukannya saat aku menjemputnya.” jelas wanita itu hampir menangis lagi namun dicoba di tahannya. “Tapi petugas sekolah bilang putra ku itu sudah sama temannya tiga jam yang lalu.” jelas wanita itu mencoba menyusun kalimat yang berantakan karena masih dalam suasana panik juga tegang.
“Mungkin aku bisa membantumu nyonya, boleh aku tahu nama mu ?” detektif Carl senyum tipis seperti seekor kucing yang mendapatkan ikan segar di saat kelaparan melanda.
“Panggil saja aku Gaby.” wanita itu menyebutkan namanya karena memang pria itu pasti tidak mengetahui namanya. “Berapa tarif untuk satu kasus, detektif ?” lanjutnya lagi sambil melihat berapa jumlah uang yang tersisa di rekeningnya.
Detektif Carl menyebutkan sejumlah nominal pada wanita bernama Gaby itu.
“Oh detektif uang sejumlah itu aku tak ada.” jawab wanita itu dengan lemas. Alih-alih untuk membayar tarif penyelidikan kasus, untuk biaya hidup sehari-hari saja sebagai single parents terkadang dia kekurangan sampai harus bekerja part time di malam hari sepulang dari kerja kantoran.
Detektif Carl diam tak menjawab dan menatap wanita yang berdiri di sampingnya.
“Seharusnya aku tahu dari penampilan bajunya jika wanita ini mungkin mengalami kesulitan ekonomi.” batinnya mengamati baju yang dikenakan wanita tersebut juga bukan baju branded. “Tapi jika aku membantunya apa mungkin aku akan bisa mendapatkan klien lagi.” pria itu nampak bimbang dan melepas kacamata hitamnya kemudian menggigit dengan bibir salah satu framenya, menandakan pria itu sedang berpikir.
“Aku pernah mengalami hal sama seperti yang dirasakan oleh wanita ini di mana aku sama sekali tak punya uang sepeserpun.” Inspektur berempati juga merasa iba pada wanita itu. “
“Nyonya Gaby, aku akan membantumu tanpa di pungut biaya.” ucapnya pada akhirnya dengan mengedepankan rasa kemanusiaannya sembari memakai kembali kacamata hitamnya.
“Benarkah itu detektif Carl ?”nyonya Gaby percaya itu dan menatap kembali pria di sampingnya yang mengangguk menatapnya.
“Aku tunggu berkas laporan mu di kantorku hari ini.”
“Baiklah detektif Carl, aku akan membawa semua berkas berikut informasi lain mengenai putra ku dan menyerahkan ke kantormu segera.”
Nyonya Gaby terlihat berseri-seri dan dia pun memaksakan kembali kakinya yang masih lelah berjalan pulang ke rumah untuk mengumpulkan informasi.
“Untung lah aku mendapatkan satu klien hari ini. Apa mungkin sebaiknya aku jalan-jalan lagi ke suatu tempat dan mungkin saja akan ada sebuah kasus di sana.”
ding
Sebuah notifikasi kembali masuk.
Jika berhasil mendapatkan satu klien lagi dalam waktu tak kurang dari 24 jam maka akan mendapatkan riwayat sebesar 5000 poin.
Detektif Carl pun segera masuk.
ke mobil biru bututnya untuk mencari peruntungan yang mungkin saja masih ada untuk dirinya.
Pria itu memacu mobilnya menuju ke sebuah jalanan yang ramai di dekat komplek pertokoan Wallstreet 21 A, sebuah kawasan yang sangat ramai di kota itu.
Hiks
Baru saja pria itu turun dari mobil ia mendengar suara tangis seorang anak lelaki di bawah pohon dekat tempatnya memarkir mobil.
“Aku harap aku mendapatkan satu klien dan satu kasus lagi kali ini.” gumamnya tersenyum tipis lalu turun dari mobil biru bututnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments