bab 18 Sakit bersamaan

Cciiikkkktttt...............

Suara pintu utama dibuka menampilkan seorang pemuda yang tengah mendorong seorang remaja yang berada di kursi roda dalam keadaan pingsan, remaja itu nampak pucat dan di selimuti kain seperti di sembunyikan.

Pelan pelan Hyunso mendorong kursi roda itu menuju ke ruang tamu, dan disana sudah terdapat pria tua yang auranya seperti lupa tua sedang duduk santai sambil menyeruput segelas kopi panas yang baru di hidangkan beberapa menit lalu.

Menyadari ada yang menghampiri, Pak Kim pun menunjukkan smirk nya karena inilah yang ditunggu tunggu.

Tepat pukul 00.01 Hyunso berhasil membawa kabur zafran dari rumah sakit, remaja itu dipaksa meninggalkan rumah sakit disaat kondisinya yang tidak memungkinkan.

Sungguh kejam namun inilah Pak Kim Jongsuk yang telah dibutakan oleh kebencian dan keegoisan.

Proookk.. Prookkk.. Prok........

Suara tepuk tangan Pak Kim hadiahkan atas keberhasilan anak buah kepercayaan nya.

Hyunso yang merasa dipuji malah merasa bersalah dan berdosa atas Zafran, melihat remaja pucat ini sungguh hatinya tidak kuat namun apalah daya dirinya tidak seberani itu untuk melawan Pak Kim.

" Bagus... Baguss... Bawa dia langsung ke kamarnya. " Titah Pak Kim to the point.

Tak berlama lama Hyunso langsung bergerak cepat sesuai perintah Tuannya dan setelah berada di kamar Zafran Hyunso pun langsung membaringkannya.

Tak lupa juga menyelimuti nya sebatas dada dan menyamankan posisi tidur remaja itu.

Setelah dirasa beres Pak Kim memberi isyarat lewat tangannya agar Hyunso meninggalkan mereka berdua disini, tak butuh lama untuk Hyunso mengerti ia lalu keluar dari kamar Zafran masih dengan rasa bersalah di hatinya.

Hyunso hendak melangkahkan kakinya menuju kamar mandi tapi sebelum itu ia di cegat oleh Sheliya dengan raut wajah yang sulit diartikan.

Melihat putranya yang dibawa pulang tengah malam dengan kondisi mengenaskan sungguh hatinya sangat hancur, ia tidak bisa tidur sebelum nya karena menunggu kepulangan Zafran tapi yang ditunggu kunjung datang dalam kondisi yang tidak di inginkan.

Sejak pagi tadi hatinya tidak tenang melihat putranya dipaksa melakukan tugas itu dan benar filing seorang ibu memang kuat hal yang tidak diinginkan telah terjadi.

Ia tau putranya sekarang tidak baik baik saja karena dia dibawa pulang dalam keadaan tidak sadar.

" Apa yang terjadi pada anakku. " Datar Sheliya dengan mata memerah hingga ia lupa menutupi keceplosan nya.

Mendengar itu Hyunso nampak berpikir, otaknya ngelag dulu maksud Sheliya itu apa.

" Tunggu tunggu apa kata mu tadi.... Eeee.... Ma-maksudmu....... Ee... "

Menyadari dirinya telah berada di tengah tengah jurang ia pun berusaha untuk kembali. "Ee... Maksudku.... Eeee... Apa yang... T-terjadi pada anak asuhku aku khawatir padanya karena kau tau sendirikan sudah berapa tahun aku merawat nya jadi wajarkan jika aku bisa menganggap nya seperti anakku sendiri.... " Bukan Sheliya namanya jika tidak punya seribu alasan untuk kembali dari tengah tengah jurang.

Hyunso pun menghela nafasnya mendengar penuturan masuk akal dari pengasuh Zafran ini tapi mungkin sekarang tidak lagi.

" Katakan apa yang terjadi padanya kenapa dia pingsan seperti itu. " Tanya Sheliya mengulangi kalimat nya tadi.

" Hah... Apa aku harus mengatakannya padamu.... " Jujur ia merasa bersalah jika mengatakan nya tapi ia akan lebih bersalah lagi jika menyembunyikannya.

Di kamarnya Zafran.

Setelah menutup pintu kamar itu dan mengunci nya ia pun duduk di tepi ranjang tempat tidur Zafran. Memandang wajah damai itu yang terhiasi lembam lembam dan memancarkan aura pucat.

Mata bulat itu tertutup rapat serta bibir yang sedikit terbuka, sedikit memperlihatkan dua gigi kelinci nya yang menonjol.

Hembusan nafas itu terdengar lemah dan berat, Sesekali keningnya berkerut entah apa yang remaja itu rasakan.

Kasihan itulah yang Pak Kim rasakan saat menatap cucunya.

Egois tetap ada namun sedikit demi sedikit rasa sayang itu muncul perlahan dari hati Pak Kim.

Tangannya terbawa untuk menyentuh kening cucunya dan benar tubuh cucunya sangatlah panas.

Tanpa berpikir panjang lagi Pak Kim langsung mengambil air di baskom tak lupa kain sapu tangan yang memang sudah tersedia di kamar Zafran.

Pelan pelan kain basah yang telah di peras itu di tempelkan di dahi cucunya.

Tak berhenti disitu Pak Kim bergerak mengambil satu kain seperti itu lagi dan dibasahinya, namun sebelum itu ia melepaskan baju jas cucunya dan baju kaosnya.

Betapa terkejutnya ia melihat memar memar di perut Zafran yang sudah membiru dan lumayan banyak.

Hatinya seakan tersentuh dan kasihan melihat keadaan cucunya.

Tanpa berlama lama lagi Pak Kim langsung mengelap memar memar itu dengan kain yang sudah dibasahinya dahulu.

Kening Zafran nampak berkerut saat kain basah itu mengenai tempat lukanya, Pak Kim yang melihat itu sungguh merasa kasihan ia tau kalau Zafran sangatlah kesakitan saat ini.

Pelan pelan Pak Kim mengelap luka itu dengan teliti dan tak lupa memberi salap mengoleskan pada memar memar itu.

Jujur ia benar benar kasihan melihat keadaan cucunya saat ini.

" Kau cucuku.... Ingin sekali aku memelukmu, memanjakanmu, menyayangi mu,.... Namun aku tidak bisa.. Karena kau terlahir dari rahim perempuan itu..... Aku membenci nya.... Karena perempuan itu putraku melawanku karena perempuan itu kerabat kerabatku meremehkan ku dan karena wanita itu aku hampir kehilangan kekayaan ku karena putraku yang tiba tiba berhenti dari perusahaan ku dan karena itulah aku sendiri yang bersusah payah membangunnya kembali.... Karena wanita miskin itu hidupku nyaris berada di ambang kehancuran.... Dia wanita tidak tau diri itu telah merebut putraku mencuci otaknya agar dia membangkang padaku.... Wanita pemeras harta itu telah membawa kesialan pada keluarga ku.... Padahal impianku aku akan menikahkan putraku dengan wanita yang sepadan tapi apa wanita yang dinikahi putraku adalah ibumu.... Dan lahir lah dirimu yang penyakitan ini... " Tuturnya merasa kecewa.

" Seandainya wanita yang dinikahi putraku bukan ibumu.... Anak penyakitan seperti mu tidak akan lahir di keluarga ku... " Lanjutnya serta airmata yang jarang keluar itu kini merembes membasahi pipinya.

Seandainya Zafran tidak pingsan saat ini sungguh entah bagaimana nasib hatinya mendengar penuturan tidak manusiawi itu dari kakeknya.

" Rasanya ingin sekali aku melenyapkan mu mengingat ibumu itu tapi aku masih punya hati.... Gara gara ibumu aku bahkan tidak mendengar kabar putraku sampai saat ini. "

" Aaaaarrgghh........ Siaaalll. " Bentak Pak Kim kesal dan sedih karena selama ini ia juga diam diam merindukan putranya saat inilah kerinduan nya terlihat airmata telah sempurna membasahi pipinya. Sosok kejam seperti beliau juga bisa menangis karena rindu, rindu akan putranya, satu-satunya putra yang ia miliki. Buah cinta bersama istri nya yang telah lama meninggal saat usia Kim Samuel 10  tahun.

Itulah sebabnya Pak Kim sangat menyayangi putranya.

Dengan kasar Pak Kim menghapus airmatanya tak ingin berlarut dalam kesedihan nya, dan beliau pun mendekatkan mulutnya tepat di telinga Zafran yang masih pingsan itu, Pak Kim terlihat sedang membisikkan sesuatu ke telinga Zafran.

"Aku membencimu Kim Zafran. " Bisiknya lalu bangkit berdiri dan keluar dari kamar Zafran meninggalkan Zafran dengan kompresan di dahinya dan tanpa baju yang menempel di badannya.

                       ***************

KEESOKKAN DI SEKOLAHNYA KIM ZAFRAN.

" Kim Zafran..... " Panggil guru yang sedang mengabsen nama murid-murid nya dikelas, namun saat giliran nama Zafran dipanggil tidak ada sahutan sama sekali.

" Apa dia absen hari ini, tidak ada yang memberi kabar... Hmm... " Tanya guru itu kepada seluruh murid yang ada di kelas, walaupun Zafran adalah murid ternakal di sekolah dan jarang absen para guru selalu ngerasa kurang kalau sedang mengajar. Karena tanpa dia kelas terasa sepi, begitu juga dengan para tiga sohibnya.

" Kay, Jaywoo, Eunseo.... Kemana  teman kalian itu.. Apa kalian tidak tau juga. " Tanya guru lelaki muda itu pada teman akrab Zafran.

" Eee... Tidak pak. " Jawab Jaywoo jujur karena ia pun sudah puluhan kali menelpon Zafran tapi tak ada balasan sama sekali.

Kay dan Eunseo juga merasakan hal yang sama mereka khawatir dengan Zafran yang tidak memberi kabar, apa mungkin Zafran dikeroyoki oleh kakak kelas itu lagi karena hal itu pernah terjadi dan Zafran tidak masuk sekolah pikir mereka.

" Yasudah tidak apa apa. " Ucap guru muda itu menutup persoalan tentang Zafran dan beliau pun melanjutkan mengabsen setelah itu membuka pelajaran untuk hari ini.

Apa kabar dengan tiga sohibnya yang mati rasa karena tidak ada Zafran, ingin keluar mereka juga merasa kurang kalau Zafran tidak ikut.

Jadilah mereka memaksakan diri duduk dikelas dan mendengar kan pelajaran.

Sebenarnya tiga tubuh itu memang disekolah tapi pikiran nya selalu tertuju pada Zafran, mereka sungguh mengkhawatirkan sahabat nya sekarang.

Ditempatnya Pak Kim.

Beliau belum berangkat ke kantor entah karena apa tapi sekarang beliau sedang berada di kamar Zafran.

Menatap remaja pucat itu yang masih nyaman dalam ketidaksadarannya tanpa baju yang ada di badannya, hanya selimut sebatas dada yang menutupi auratnya persis seperti sepeninggalan Pak Kim saat beliau tiba tiba keluar dari kamar Zafran.

" Betah sekali kau menutup matamu bocah... Apa kau memang sengaja tidak mau melihat ku hmm... " Ucap Pak Kim sendiri dengan raut wajah tak bisa ditebak.

Rasanya sepi juga jika tidak terdengar ocehan dari remaja nakal ini, Pak Kim jadi tidak punya teman gelud jika Zafran lebih memilih menutup matanya.

Rumah ini akan benar-benar suram jika Zafran tak kunjung sadar.

" Haah.. Harusnya aku tidak membiarkan mu melakukan tugas itu sendirian......... Ckk.. Kau saja yang lemah..... " Hampir saja terharu mendengar nya tapi kalimat terakhir itu lah yang menggagalkan nya.

" Sebaiknya aku menyuruh Cha eunsang mengurusmu... Tapi ingat hanya untuk hari ini.... Huh. " Lanjutnya lalu memanggil Sheliya dengan nada yang sanggup didengar oleh orang yang terpanggil.

Setelah berada disana Pak Kim pun memberitahu maksudnya pada Sheliya.

" Ada apa tuan... " Tanya nya menunduk.

" Hari ini kau urus dia lap badannya dengan kain basah setelah itu beri salap pada memar di perutnya dan jangan lupa kompresi dia agar panasnya turun. " Intruksi Pak Kim pada Sheliya.

" Ketika dia sadar nanti jangan lupa beri dia makan dan obat. " Lanjutnya.

" Baik tuan. " Jawab Sheliya dengan senang hati menyanggupi.

" Satu hal lagi, setelah kau beri salap di perut nya jangan pakaikan baju dulu agar luka itu tidak terasa panas. "

" Baik tuan akan saya lakukan. " Jawab Sheliya lagi.

" Hmm bagus.. Ingat.. Hanya hari ini.. Oke dan setelah itu ingat status mu. " Setelah kalimat terakhir itu Pak Kim tak terlihat lagi di kamar Zafran, beliau telah berangkat ke kantor nya.

Kini tinggallah ibu dan anak itu, sebelum melakukan apa pun Sheliya menutup pintu kamar dan menguncinya agar tak ada orang yang mendengar pembicaraan Sheliya.

Airmata yang dari tadi ditahan kini turun tanpa henti, hati lemah itu tak sanggup melihat luka kesekian kalinya pada putranya.

Sakit tapi keadaan dipaksa bertahan.

" Aku mengandung dan melahirkannya... Dan kau dengan seenaknya menyiksanya... Hiks..... " Perlahan Sheliya mendekati Zafran di ranjangnya mengelus surai hitam itu tak henti menciumi kening putranya yang terasa panas.

Airmata nya juga ikut membasahi kening Zafran. " Jika kau tidak menginginkan nya kembalikan lah padaku... Hiks.. Hiks... " Kini ia memeluk putranya dengan menidurkan kepalanya di dada Zafran.

Dapat ia dengar detak jantung anaknya yang melemah dan hembusan nafas yang terasa berat.

" Maafkan aku nak.... Aku adalah ibu yang paling tidak berguna di dunia ini.... Hiks... Aku tidak bisa berbuat apa apa.... Aku tidak bisa... Hiks.... " Racaunya memaki dirinya sendiri.

" Yatuhaaaan.... Berilah balasan pada orang yang telah menzalimi kamiiii... Hiks... Hiks... Tolong kami ya tuhan.... Hiks...... " Lanjutnya mempertahankan tangisnya dalam diam.

Andai doa itu terkabul dengan cepatnya tapi Tuhan masih punya rencana lain jika doa itu tidak segera dikabulkan.

Sheliya menyudahi tangisnya dan bergerak melakukan perintah Pak Kim tadi.

Ia mengambil air di baskom di dapur dan kain sapu tangan setelah itu ia basahi badan Zafran mengelap nya secara pelan pelan.

Airmata nya kembali meluncur saat giliran membasuhi memar memar diperut anaknya, sungguh hatinya sesak mengingat bagaimana sakitnya Zafran dipukuli saat itu.

Setelah selesai memandikan nya Sheliya pun mengompres dahi zafran lalu memberi salap pada memar diperut anaknya.

Kening zafran tampak berkerut saat salap itu mengenai luka kebiruan itu, Sheliya yang melihatnya berusaha selembut mungkin.

Dan setelah selesai sesuai dengan perintah Pak Kim ia membiarkan Zafran tanpa baju lalu menyelimuti nya sebatas dada.

Sekarang ia bisa sepuasnya mengelus surai hitam anaknya menciumi dan memeluknya menimang nya dengan kasih sayang menyanyikan lagu lagu indah untuknya seperti Kim Samuel dulu saat menyanyikan lagu untuk Sheliya yang sedang mengandung mereka.

Jangan lupa selalu ada airmata yang menemaninya.

Ia bahagia sekarang karena bisa menghabiskan waktu bersama dengan anaknya namun ia juga sedih karena keadaan anaknya saat ini.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

DI TEMPATNYA KIM ZIYAN.

Hari ini ia tidak sekolah karena tiba tiba badannya terserang demam, sekarang ia tengah berada dikamarnya dengan seorang wanita yang sedang sibuk mengompres dahinya.

Rasa aneh didadanya kemarin membuat dia berakhir demam seperti ini entah itu karena apa.

" Cepat sembuh sayang." Ucapan tulus Raina sambil mengelus surai hitam Ziyan.

Ziyan yang tak kuat pun hanya merespon dengan senyum hangatnya.

" Apa ada yang sakit sayang. " Tanya Raina khawatir melihat Ziyan yang terlalu lemah.

Ziyan menggeleng menandakan tidak namun ia berbohong jujur saja tubuh nya terasa lemah sekarang sekujur tubuh nya seperti mati rasa, ia kedinginan ditambah lagi detak jantung nya seperti melemah seketika.

Bibir nya bergetar karena kedinginan aura wajahnya juga memucat, matanya yang terasa panas pun mengeluarkan airmata hingga Raina yang menyadari hal itu segera memeluk anaknya memberi ketenangan namun posisi nya tetap duduk di kursi.

" Hiks........ " Sesenggukan itu terdengar dari mulut Ziyan yang tiba tiba menangis.

Ya walaupun ia mendapatkan kasih sayang yang luar biasa dari orang tua angkat nya namun itu tetap terasa kurang sebelum ia mendapatkan itu semua dari orang tua kandung nya.

" Ada apa sayang kenapa nangis hmmm.... Ada yang sakit nak..... " Tanya Raina panik sambil memperhatikan wajah pucat anaknya.

" Hiks... I-ibuuu..... Euhgh... " Racaunya entah ibu siapa yang dia maksud.

" Iya ibu disini nak ibu ada bersama mu jangan menangis lagi.... " Ucap Raina menenangkan karena ia mengira bahwa yang dimaksud Ziyan adalah dirinya.

Tubuh Ziyan semakin terasa panas hingga menambah kepanikan Raina yang tak kuat melihat putra angkat nya itu sakit seperti ini.

" Sayang badanmu semakin panas bagaimana ini... Ibu panggil ayahmu dulu ya kita akan ke rumah sakit. " Panik Raina sambil beranjak keluar dari kamar Ziyan hendak menelpon suaminya.

Ziyan yang tak sanggup mengeluarkan suaranya ia pun pasrah ketika melihat ibunya pergi padahal ia berniat menghalangi nya.

Setelah mengabari suaminya dan kakek nenek Ziyan, mereka lalu membawa Ziyan kerumah sakit.

Ingin melawan tak ingin pergi namun apalah daya dirinya yang memang sudah tidak kuat lagi

Sesampainya dirumah sakit Ziyan langsung ditangani oleh dokter, di luar terdapat Raina dan Arman beserta kakek nenek Ziyan yang menunggu dengan rasa khawatir.

" Yatuhan semoga cucuku baik baik saja tolong selamatkan dia... " Doa nenek Ziyan yang sangat khawatir dengan cucunya.

" Tenang Yana dia hanya demam pasti cucu kita akan baik baik saja. " Ucap Pak Bahar berusaha tenang padahal hatinya tak karuan.

" Bagaimana ini mas.... Anak kitaa... Hiks... Hiks... " Panik Raina yang tak bisa tenang.

Tak ingin istrinya terlanjur sedih, Arman sebagai seorang suami menyalurkan ketenangan lewat pelukan hangat darinya.

" Tenanglah anak kita itu kuat dia pasti bisa melewati ini semua. "

Tak lama kemudian dokter yang menangani Ziyan keluar memberi kabar, berhamburlah mereka menerkam dokter itu dengan pertanyaan.

" Dokter bagaimana keadaan cucuku... Dia baik baik saja kan... Cucuku hanya demam kan dok..... "

" Katakan dokter tolong katakan anakku baik baik saja kan.... "

" Yana tenang lah beri kesempatan dokter menjawabnya. " Ucap Pak Bahar yang kasian melihat dokter itu diserang bersamaan.

" Sssttt... Raina tenang lah jangan panik begitu hmmm..... " Arman pun tak tinggal untuk menasehati istrinya.

" Dokter bagaimana keadaan cucu saya di dalam sana. " Tanya Pak Bahar selaku orang tertua disana.

" Eee... Begini bapak ibu semuanya.. Pasien hanya demam tapi kondisinya juga perlu dikhawatirkan karena sepertinya ia punya banyak beban pikiran sehingga membuatnya jatuh sakit seperti ini, demam juga bisa disebabkan karena stress dan kecapean... Saya sarankan supaya kesehatan batin dan fisiknya di perhatikan... " Jelas dokter itu membuat semua paham seketika.

" Terima kasih dokter. " Ucap Arman menanggapi penjelasan pak dokter.

" Apakah sekarang kami bisa melihat nya. " Tanya Raina tak sabar ingin melihat kondisi putranya.

" Silakan.. Tapi pasien saat ini sedang tidur sebaik nya jangan terlalu berisik di dalam karena pasien butuh istirahat yang cukup. " Terang dokter itu melihat pertanyaan yang menerkam tadi.

" Baik dokter. " Jawab nenek Ziyan meyakinkan.

" Kalau begitu saya permisi. " Pamit dokter itu sambil pergi meninggalkan mereka yang langsung masuk ke dalam ruang rawat Ziyan.

    

                        **************

Episodes
1 bab 1 Bayi mungil
2 bab 2 salah satunya memiliki penyakit
3 bab 3 dekat namun tak bisa digapai
4 bab 4 penyakit itu datang
5 bab 5 Korban bulli dan si pembulli
6 bab 6 Tumbang
7 bab 7 Rinduu
8 Bab 8 Berakhir dirumah sakit
9 bab 9 Momen seorang ibu dan sang buah hati
10 bab 10 Teman baru Ziyan
11 bab 11 Diracuni
12 bab 12 Adu domba
13 bab 13 selamat jalan Rian
14 bab 14 Memikirkan rumus kabur dari kelas
15 bab 15 Menuruti keinginan sang kakek Kim
16 bab 16 membuat pak Kim naik darah
17 bab 17 Tidak becus
18 bab 18 Sakit bersamaan
19 bab 19 pertanda sebuah mimpi
20 bab 20 lari estafet
21 bab 21 siapakah yang akan menang??
22 bab 22 menagih janji
23 bab 23 Dinner
24 bab 24 siapa itu Sheliya
25 bab 25 Sosok ituuu...
26 bab 26 Makan malam bersama
27 bab 27 Pembalasan dari Namgil
28 bab 28 Fitnah dari Namgil
29 bab 29 Fakta yang disembunyikan telah diketahui sahabatnya.
30 bab 30 Bertemu dengan gadis resek
31 bab 31 Korea Selatan aku datang
32 bab 32 pertemuan yang begitu diimpikan.
33 bab 33 masuk ruang BK karena bola
34 bab 34 Rencana A berhasil
35 bab 35 Antara rindu dan benci terhadap sang Appa
36 bab 36 Sumpah seorang ibu
37 bab 37 membuka hati
38 bab 38 pindah ke Indonesia???
39 bab 39 Indonesia, aku datang..!!!
40 bab 40 Kecelakaan Ziyan
41 bab 41 pembalasan dari Zafran
42 bab 42 belajar sepeda
43 bab 43 Diajari kakek sepeda
44 bab 44 Kembali ke Korea..??
45 bab 45 APAAA...??? KEMBAAARRR..??
46 bab 46 Malam yang indah
47 bab 47 perang dingin
48 bab 48 Rahasia itu.... telah berakhir
49 bab 49 mendapat donor namun harus kehilangan yang satunya..??
50 bab 50 Merenggang Nyawa.
51 bab 51 Mengikhlaskan...!!
Episodes

Updated 51 Episodes

1
bab 1 Bayi mungil
2
bab 2 salah satunya memiliki penyakit
3
bab 3 dekat namun tak bisa digapai
4
bab 4 penyakit itu datang
5
bab 5 Korban bulli dan si pembulli
6
bab 6 Tumbang
7
bab 7 Rinduu
8
Bab 8 Berakhir dirumah sakit
9
bab 9 Momen seorang ibu dan sang buah hati
10
bab 10 Teman baru Ziyan
11
bab 11 Diracuni
12
bab 12 Adu domba
13
bab 13 selamat jalan Rian
14
bab 14 Memikirkan rumus kabur dari kelas
15
bab 15 Menuruti keinginan sang kakek Kim
16
bab 16 membuat pak Kim naik darah
17
bab 17 Tidak becus
18
bab 18 Sakit bersamaan
19
bab 19 pertanda sebuah mimpi
20
bab 20 lari estafet
21
bab 21 siapakah yang akan menang??
22
bab 22 menagih janji
23
bab 23 Dinner
24
bab 24 siapa itu Sheliya
25
bab 25 Sosok ituuu...
26
bab 26 Makan malam bersama
27
bab 27 Pembalasan dari Namgil
28
bab 28 Fitnah dari Namgil
29
bab 29 Fakta yang disembunyikan telah diketahui sahabatnya.
30
bab 30 Bertemu dengan gadis resek
31
bab 31 Korea Selatan aku datang
32
bab 32 pertemuan yang begitu diimpikan.
33
bab 33 masuk ruang BK karena bola
34
bab 34 Rencana A berhasil
35
bab 35 Antara rindu dan benci terhadap sang Appa
36
bab 36 Sumpah seorang ibu
37
bab 37 membuka hati
38
bab 38 pindah ke Indonesia???
39
bab 39 Indonesia, aku datang..!!!
40
bab 40 Kecelakaan Ziyan
41
bab 41 pembalasan dari Zafran
42
bab 42 belajar sepeda
43
bab 43 Diajari kakek sepeda
44
bab 44 Kembali ke Korea..??
45
bab 45 APAAA...??? KEMBAAARRR..??
46
bab 46 Malam yang indah
47
bab 47 perang dingin
48
bab 48 Rahasia itu.... telah berakhir
49
bab 49 mendapat donor namun harus kehilangan yang satunya..??
50
bab 50 Merenggang Nyawa.
51
bab 51 Mengikhlaskan...!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!