DI KEDIAMAN TUAN KIM Jongsuk.
Terlihat sheliya yang baru selesai mandi, tak lupa juga memakai kembali penyamaran nya. Setelah itu ia bergegas kembali ke kamar bayi nya.
Baru beberapa langkah ia berjalan terdengar tangisan bayi , tentu itu berasal dari kamar bayi nya. Hingga ia mempercepat langkahnya dan sampai di kamar bayinya, benar saja bayi itu sedang menangis histeris.
"Apa yang terjadi padamu sayang kenapa kau menangis. " tanya Sheliya sambil menggendong bayi itu dan mengecek dahinya. Hatinya sangat cemas saat bayi itu demam ditambah lagi tangisan histeris itu. Sheliya sangat panik, ia pun keluar sambil membawa bayi itu dan berniat mencari tuan Kim, beruntung tak membuang waktu lama ia pun bertemu dengan tuan Kim.
" Ttu.. Tuan.. Tuan tolong tuan.. Bayi.. Bayi ini demam tuan. " Ucap Sheliya dengan penuh khawatir.
"Jadi ini wanita yang menjadi pengasuh cucuku, tampilan nya aneh sekali. " batin pak Kim Jongsuk.
" Kenapa tuan diam saja, tidakkah tuan khawatir dengan keadaan cucu tuan sekarang ini, dia demam tuan, tidakkah tuan kasihan dengan cucu tuan sendiri yang menangis histeris seperti ini. " Ucap Sheliya beserta airmata nya yang tak dapat di tahan lagi.
" Kenapa kau begitu khawatir seperti ini apa............ "
" Tidak tuan jangan sekarang bertanya seperti itu, lebih baik kita bawa bayi ini ke rumah sakit dulu." ucap Sheliya memotong pertanyaan pak Kim.
*********
Dirumah sakit dokter mulai menangani si bayi, sedangkan diluar Sheliya dan pak Kim menunggu dengan cemas. Sedari tadi Sheliya terus menangis memikirkan bayi kandung nya itu. Baru saja pak kim ingin bertanya pertanyaan tadi tiba tiba dokter keluar memberi kabar.
" Dokter... Dok bagaimana keadaan bayi di dalam sana, dia baik baik saja kan dokter, dia hanya demam biasa kan dokter. " cemas Sheliya.
Sang dokter menghela nafas sejenak ia berpikir sebentar akan hal yang akan di sampaikan kepada orang yang bertanya saat ini.
" DOKTER KENAPA DIAM SAJA, JAWAB PERTANYAAN SAYA." Ucap Sheliya khawatir bercampur emosi.
Seketika itu pak Kim terkejut akan reaksi yang di berikan pengasuh bayi itu, ia sangat heran padanya, kalau cuman pengasuh kenapa rasa kekhawatiran nya itu setengah mati, seakan yang ada di dalam sana sekarang adalah bayinya sendiri.
"Eee... Bagaimana keadaan cucu saya dokterr.. " sambung pak Kim karena tidak enak sudah sedari tadi dia diam saja.
" Begini nyonya, tuan, dengan berat hati saya harus menyampaikan berita tidak baik ini. " ucap dokter dengan hati hati.
" Setelah di periksa ternyata bayi itu memiliki jantung yang berbeda dengan orang lain umum nya, jantung nya lebih lemah dan sering sakit. " lanjut dokter tersebut.
" Ma.. Maksudnya apa dokter ." tanya Sheliya dengan gemetaran.
" Dia menderita penyakit jantung." sambung dokter tersebut.
Deg.
SERASA di kuliti hidup hidup hati Sheliya sangatlah sesak mendengar pernyataan dokter yang menangani bayinya. Tangisnya pecah mendengar bayi sekecil itu sudah memiliki penyakit yang menyedihkan. Lain dengan pak Kim , beliau bukannya sedih malah kesal mendengar orang yang nantinya ia jadikan pengganti nya malah memiliki penyakit yang lemah itu, bagaimana ia bisa menakuti orang orang jika diri sendiri nya saja sangat lemah. Memang dari awal tujuan pak Kim mengambil salah satu cucu nya itu untuk ia manfaat kan agar bisa menjadi pengganti nya kelak yang kejam dan sadis.
" Kalau begitu saya permisi dulu." kata dokter itu lalu pergi .
Kini hanya tinggal mereka berdua ,mertua dan menantu itu, sekarang adalah waktu yang pas untuk meng intro pengasuh cucunya itu. Pikir pak Kim.
" Oh ya pertanyaan saya tadi belum kamu jawab." kata pak Kim memulai pembicaraan.
Sheliya segera menghapus air matanya, ia yakin pasti pak Kim sudah mulai curiga padanya, jadi ia harus hati hati dan bisa keluar dari masalah ini.
" Iyaa tuan silahkan bertanya." sahutnya berusaha tenang.
" Saya merasa aneh padamu, sikapmu ke cucu saya itu terlalu berlebihan. Maaf kalau ini menyinggung perasaan kamu, tapi saya rasa hubungan kamu ke cucu saya bukan seperti pengasuh melainkan seperti ibu dan anak kandung sendiri dan............ "
" Maaf tuan kalau sikap saya membuat tuan tidak nyaman, jujur tuan saya tidak ada maksud apa apa, itu saya lakukan karena tulus tuan. Karena saya pernah menjadi seorang ibu yang gagal." ucap Sheliya sambil mengeluarkan air mata, tapi ini adalah air mata yang berbeda tidak seperti air mata tulus tadi. Memang benar saat ini ia sedang mengarang cerita untuk dapat kepercayaan tuan Kim agar ia tidak terpisah lagi dengan anak nya.
" Maksud kamu." tanya tuan Kim dengan heran.
Tentu pertanyaan ini adalah kabar baik untuk Sheliya.
" Beberapa hari sebelum saya ditugaskan kemari,saya pernah mengandung untuk yang pertama kalinya, dan bayi saya pun lahir, saya dan suami saya sangat bahagia saat itu. Tapi kebahagiaan itu hanya sementara tuan... Hiks.... Hiks...Ketika itu ba.. Bayi saya demam tinggi... Hiks.... Saya pun membawanya kerumah sakit dan sampai disana hati saya sangat hancur karena bayi saya tidak dapat di selamat kan.... Hiks... Hiks.... Saya terlambat waktu itu. Dan tak lama kemudian disusul suami saya ikut meninggal karena kecelakaan. Hiks... Waktu itu adalah kenyataan paling pahit dalam hidup saya tuan..... Saya trauma atas kejadian yang menimpa bayi saya waktu itu, karena itulah saya bersikap seperti ini pada cucu tuan,Karena saya tidak mau kejadian paling pahit itu terjadi lagi pada saya. Dan siapa pun yang berada di hidup saya pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan ini. Mereka yang pernah mengalami trauma pasti tidak akan membiarkan kejadian yang sama itu kembali. Tuan pahamkan maksud saya." jelas Sheliya dengan hati hati tak lupa dengan air mata penyelamatan nya itu.
SEKETIKA pak Kim Jong suk mulai termakan omongan cerdik Sheliya itu, dan kecurigaan nya buyar dengan sendirinya, ia yakin kalau wanita itu bukan menantunya, mana mungkin Sheliya bisa datang ke tempat jauh ini. Pikir pak Jongsuk.
" Lalu dimana keluarga mu tinggal." satu pertanyaan lagi dari pak Kim untuk membuat hatinya lega.
" Dari kecil saya tinggal di panti asuhan tuan, saya tidak pernah mengenal orang tua saya." dan ternyata kebohongan Sheliya satu lagi benar benar membuat pak Kim lega, kini ia percaya penuh pada pengasuh nya itu, bahkan ia menyerah kan bayi itu untuk ia rawat sampai dewasa, tapi sampai kapanpun Sheliya tetap tak pernah bisa membawa anaknya pergi karena rumah semewah milik tuan Kim Jongsuk Jon jae memiliki penjagaan ketat, jadi Sheliya hanya dapat merawat anak nya di rumah itu. Itupun sangat ia syukuri karena dapat merawat anak kandungnya dengan tangan nya sendiri,. Dan tak pernah sekali pun ia melupakan anak kembar nya yang satu lagi yang berada jauh dengan nya, setiap malam ia berdoa kapankah penderitaan ini berakhir dan mereka bisa berkumpul bersama, tak lupa juga ia selalu mendoakan suami nya agar cepat kembali.
***********
Di kediaman Arman.
Tadi bersamaan dengan demamnya si adik kembar seberang sana ternyata si bayi kakak kembar ini pun sempat demam, untung tak separah yang adiknya derita,. Memang ini sudah takdir mereka. Tuhan hanya memberikan penyakit untuk si adik bukan untuk kakak nya.
Kini sekarang mereka ada dirumah, dan tanpa diduga kakek Bahar berkunjung ke rumah Arman untuk melihat keadaan cucunya ia hanya datang seorang diri tak mengajak si nenek dari cucunya itu.
" Assalamu'alaikum. " Ucap pak Bahar dengan ramah.
" Waalaikumsalam, eh paman Bahar ayo masuk, si dede bayinya di dalam lagi sama mamanya." ucap Arman tak kalah ramah juga.
Mereka pun masuk, Arman mempersilahkan kan duduk kakek dari bayi itu, dan memberikan bayi itu untuk di gendong kakek nya Sedang kan Raina pergi ke dapur untuk menyiapkan minum untuk sang tamu.
" Haloo cucu kakek, lagi apa hmmmm... " tanya si kakek pada sang bayi walau hanya di respon dengan senyum kecil menggemaskan saja.
" Cucu kakek udah bobo siang belum." sambung pak Bahar lagi yang direspon senyum gembul sang bayi itu.
" Ee... Paman, tadi sih... Eee...cucu paman mendadak demam, tapi untung saja alhamdulillah tidak terlalu parah hanya demam biasa. "
" Tidak apa apa, yang penting itu tidak parah, demam begitu memang sering dirasakan oleh bayi, tidak perlu khawatir nak. " Ucap pak Bahar menenangkan Arman yang terlihat cemas.
Dan tak lama kemudian datanglah Raina beserta 2 minuman teh dan beberapa cemilan disediakan untuk tamunya itu.
" Diminum dulu paman teh nya." Kata Raina sambil duduk dekat suaminya.
" Terima kasih." balas pak Bahar sambil meminum teh nya dan tak lupa tangan sebelah nya masih menggendong cucunya itu.
Setelah minum pak Bahar mulai buka suara, ia ingin memberitahu kalau kedatangan nya kemari bukan hanya untuk menjenguk cucunya, tapi ada hal yang lain juga.
" Sebenarnya maksud saya datang kesini bukan hanya menjenguk cucu saya, tapi ada hal lain juga yang ingin saya sampai kan pada kalian." Ucap pak Bahar memecahkan keheningan.
" Hal lain apa itu paman." tanya Arman yang sedikit penasaran.
" Sebelumnya maaf kalau pendapat saya ini membuat kalian merasa kecewa, tapi....... Saya juga harus mengajukan hal ini pada kalian." ucap pak Bahar dengan hati hati.
" Tak apa apa paman, katakan, InsyaAllah kami bisa memahaminya." sambung Raina.
" Eum... Sebelum nya mohon maaaaaaff sekali, ini tentang.... Cucu saya." kata pak Bahar.
Arman dan Raina hanya saling memandang dan memilih untuk mendengar penjelasan pak Bahar sampai habis.
" Saya ingin..... Jika suatu saat nanti.. Cucu saya tumbuh besar... Tolong.... Beritahukan...... Siapakah orang tua kandung nya, saya ingin cucu saya mengenali sheliya orang yang melahirkannya. Daan.... Beritahukan juga siapa ayahnya, dan saudara kembarnya sendiri..... Saya ingin mereka semua yang tidak ada disini juga bisa hidup di dalam hati anak sulung sheliya ini. Tolong...... Dan saya juga mohon maaf kalau pendapat saya ini membuat kalian merasa........." Ucapan pak Bahar terpotong oleh mereka.
Arman dan Raina saling memandang dan tersenyum memberi isyarat satu sama lain, justru mereka sudah jauh jauh hari memikirkan hal ini sebelum pak Bahar sendiri memintanya.
" Paman tidak usah merasa tidak enak dengan kami, justru kami sudah pernah membicarakan itu dan kami sepakat jika suatu saat nanti kami akan memberitahukan hal yang sebenarnya,
Pada bayi ini, kami juga merasa bersalah kalau tidak memberitahu siapa orang tua kandung nya dan saudara kembarnya. "
" Jadi kalian....... Ucapan pak Bahar tak bisa di sambung saking bahagianya.
" Iya paman, dan Terima kasih juga karena telah mempercayai kami untuk merawat cucumu." sambung Raina sambil tersenyum .
" Alhamdulillah, saya senang sekali mendengar ini, Terima kasih juga." balas pak Bahar sambil tersenyum juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments