DITEMPATNYA KIM ZAFRAN.
Ia sedang berada di rumah sakit dibawa oleh kakeknya.
Setelah memeriksa Zafran dokter tersebut lalu keluar dari ruangan pasien nya dan bertemu dengan Pak Kim yang menunggu di luar.
"Eee dokter bagaimana keadaan anak itu, dia tidak parahkan." Tanya Pak Kim dengan rasa yang sulit diartikan.
"Kondisi nya saat ini sudah stabil karena sudah di beri penawar, dan memang racun itu tidak terlalu berbahaya namun tetap saja membuat badan tidak enak. " Tutur dokter paruh baya tersebut.
"Oouh baiklah terimakasih." Ucap Pak Kim dingin.
"Kalau begitu saya permisi. " Ucap dokter itu sambil melangkah kan kakinya meninggalkan Pak Kim.
Sepeninggallan dokter itu Pak Kim Jongsuk lalu beranjak masuk ke ruang rawat Zafran.
Beliau menghampiri Zafran yang sedang berbaring diranjang, ia tidak tidur jadi tidak perlu susah payah Pak Kim membangunkan nya.
"Ck menyusahkan, kenapa kau bisa sebodoh itu hah sampai keracunan. "
Caci Pak kim tanpa merasa bersalah.
Zafran yang mendengar itu hanya memilih diam lagipula kalau dia bicara Pak Kim juga tidak akan mendengar nya.
"Menyesal sekali aku memilih dirimu untuk menjadi penerus ku. " Ucap Pak Kim enteng entah itu di sengaja atau keceplosan nya.
"Aku juga tidak memintanya." Balas Zafran telah habis kesabaran.
Mendengar itu pak kim makin dibuat kesal, hingga reflek tangan nya memukul perut Zafran ya walaupun pukulan itu tak seberapa tapi Zafran kesakitan karena tubuh nya saat ini pun sangat lemah.
"Akkhh..... " Ringisnya mendapat pukulan kakeknya.
"Kenapa mulutmu itu tajam sekali haa kenapa kau selalu membantahku,kenapa kepala mu keras sekali. " Geram Pak Kim dibuat nya.
Zafran diam tak ingin menjawab, airmatanya pun ikut turun mengingat perlakuan kakeknya yang tidak manusiawi, sudah tau dia sakit kenapa dia malah menambah mencaci dan memarahinya.
Dan seakan akan kakeknya menyesal telah memilih Zafran sebagai penerus nya apa maksudnya ini apakah ada orang lain selain Zafran yang Ingin dipilih menjadi penerusnya kenapa ia tidak tau, Pikir Zafran.
"Aku tidak mau tau, sanggup tidak sanggup kau harus bisa menjadi penerusku." Serius Pak Kim.
"Tapi aku tidak mau menjadi seseorang yang kejam seperti dirimu. " Bantahnya tak terima.
Kalau saja ini bukan rumah sakit sudah dari tadi pak kim memberi pelajaran pada cucunya ini karena ia selalu membantah. Tapi mengingat ini bukan tempat yang cocok Pak Kim mengurungkan niatnya walaupun emosi nya nyaris meledak.
"Huh jadi kau mau melihat bibi kesayangan mu itu eummm...... Di siksa sebagai pengganti dirimu yang tidak mau patuh padaku. " Ancam Pak Kim Jongsuk yang membuat Zafran nampak khawatir jika orang yang dia sayangi di sakiti.
"Jangan pernah menyakiti nya. " Marah Zafran tak terima jika Bibinya di lukai.
"Itu ada pada keputusan mu. " Santai Pak Kim Jongsuk.
Zafran terdiam, sama seperti ibunya ia dihadapkan pada pilihan yang menyakitkan ia bingung harus apa karena kedua pilihan ini tak ingin ia ambil.
Tapi jika tidak memilih tetap hal yang tidak diinginkan pasti akan terjadi karena mengingat kakeknya yang kejam tanpa ampun.
"Kemasi dirimu kita akan pulang sekarang. " Titah Pak Kim dingin.
Zafran pun menuruti Pak Kim toh ia juga lemas jika pulang sendiri.
Setelah beberes dan mengurus administrasi mereka pun pulang.
******************
KEESOKAN HARINYA DITEMPATNYA KIM ZIYAN DIRUMAH NYA.
Ziyan dan keluarga nya tengah berada diruang makan sedang sarapan sambil bercengkrama. Keluarga itu sangat hangat bahkan Ziyan seperti orang yang tidak punya beban jika sedang berkumpul begini.
"Oh ya nak nanti ajakin lagi ya teman kamu kesini. " Ucap Raina pada ziyan.
"Dih baru aja kemarin aku kenalin ibu udah akrab aja sama dia. " Canda Ziyan pada ibunya.
"Hmm ibu cuman kasian aja sama dia mendengar cerita kamu tadi malam tentang kehidupan nya, masak iya sih dia diperlakukan seperti itu oleh ibu kandung nya kan dia itu gak salah." Ujar Raina yang memang merasa kasian pada nasib temannya Ziyan.
"Itulah manusia sifatnya berbeda beda tidak semua sama baiknya dengan dirimu." Jawab Arman sambil senyum menggoda istrinya.
Mendengar itu Raina terharu dan malu malu, ia senyum senyum sendiri membuat ayah dan anak itu tertawa melihat ekspresi wanita manis berhati lembut ini.
"Akkh tolong jangan senyum seperti itu aku belum menghabisi makanan ku sebelum aku pingsan." Goda Arman yang pura pura memegang dadanya.
Melihat itu Raina gemas dengan kelakuan suaminya yang tidak muda lagi namun tetap jago dalam menggoda hingga tangannya reflek mencubit perut suaminya ya walaupun itu sebagai bentuk canda dan bahagia.
"Kau iniiiiiii... "Ucap Raina tak lupa tangan nya yang masih lengket ditempat ia mencubit suaminya.
" Ah aaa ampun nyonyaaa. " Geli Arman yang mendapat cubitan cinta dari istrinya.
Lalu apa kabar dengan Ziyan yang merasa seperti nyamuk disana.
"Aiiss kalian aku tidak lihat, tolong hargailah aku yang jomblo. " Cibirnya dengan bibir di majukan membuatnya persis seperti balita sedang merajuk.
Menyadari hal itu perhatian mereka pun tertuju pada anaknya yang cemburu karena jomblo, mereka lalu tertawa melihat anaknya yang merajuk seperti itu.
"Baiklah baiklah makanya cepatlah tamat SMA agar kau... Eeuummm......ayah carikan pendamping." Ucap Arman enteng yang mendapat tatapan tajam dari istri nya.
"Waaahhh benarkah." Jawab Ziyan semangat tidak tau saja kalau ayahnya sedang bercanda.
"Tidak tidak tidak ibu tidak setuju, tamat SMA masih terlalu muda kau harus cari pengalaman dulu, nikmati waktu muda mu saja dulu." Bantah Raina tak setuju.
"Aayyaaahhhh." Adu Ziyan agar dapat pembelaan dari ayahnya.
"Hmm benar kata ibumu nikmati saja masa muda sebelum masa tua karena masa berkeluarga tak semudah yang engkau pikirkan apa lagi kau harus jadi pemimpin untuk anak dan istri mu kelak. " Jawab Arman mendukung istrinya.
Ziyan membenarkan ucapan ayahnya toh dia juga belum kepikiran kesitu karena fokusnya cuma satu yaitu mencari keluarga kandungnya.
"Oke aku juga setuju jika masih masa jadi anak orang kenapa harus kepingin punya anak sendiri.... Hehehe." Nyengirnya senang.
"Hmmm udah pandai yaaaaa. " Goda ibunya.
"Diakan jagoan ku, pandai. " Puji Arman entah mengarah pada dirinya sendiri atau pada Ziyan, terserah dia aja.
"Iya pandai di bagian itu... " Ledek Raina.
"Aiiisssttttt ayo lanjutkan makan. " Potong Arman cepat.
Ziyan yang tak mengerti situasi hanya manggut manggut saja melanjutkan makannya sedangkan Raina sudah menyembunyikan tawa nya sejak tadi.
Bahagia itu sederhana tergantung kita yang mensyukuri nya.
*****************
DITEMPATNYA KIM ZAFRAN DI SEKOLAH.
Sekarang telah menunjukkan waktu istirahat, seperti biasa empat curut itu pun sudah berada di tempat biasanya di kantin.
"Wuuaahh jadi kangen kantin. " Ucap Eunseo sambil merenggang kan otot tangan nya.
"Lebay lo." Julid Kay.
"Idih gak nyambung. " Balas Eunseo tak terima.
"Kalo gue sih kangen ngebulli." Seringainya Jaywoo menirukan gaya penjahat di film film.
"Ih setan kasian anak orang." Ujar Eunseo yang lupa kalau dia juga sama.
"Eh tapi benarloh udah lama kita gak ngebulli...." Sambung Eunseo yang kumat lagi.
Belum sepenuhnya tobat udah kumat aja.
"Gak jelas lo." Geram Kay.
"Gimana mau gak lo. " Tawar Jaywoo pada Zafran.
"Gue sih oke oke aja gak masalah. " Jawab nya santai.
Lumayan buat melampiaskan kebenciannya yang selalu di paksa kakeknya atas kehendak beliau.
"Gimana kalau hari ini ganti menu misalnya kita bulli yang cwek kek. " Tawar Eunseo pada yang lain.
"Menu pantat lo lo pikir itu makanan makin gak jelas lo. " Jawab Kay yang selalu emosi kalau Eunseo yang beri saran.
"Gak gue gak mau gak selera gue ama cewek cewk disini. " Sombong Zafran yang merasa ganteng ya walaupun lebih dari ganteng sih.
"Idih emang lo seleranya mereka, gak kali. " Bantah Jaywoo yang merasa geli kalau Zafran mengeluarkan skill kepedean nya.
"Heh belum tau aja lo mereka semua rela janda demi gue. " Double kill kepedean. 😌
"Satu lagi ni gak jelas udah ah mending kita makan dulu entar baru mikirin bulli anak orang, emang cocok nih geng kita di namain geng gak jelas. " Oceh Kay frustasi menghadapi teman teman nya yang hampir semua gak jelas untung gk ditambah lagi sama Jaywoo.
"Okee siiiiipppp. " Jawab mereka serempak kecuali Kay tentunya.
*******************
DITEMPATNYA KIM ZIYAN.
Jam pulang sekolah sudah tiba ia pun langsung pergi ke sungai guna menemui temannya dulu dan ia sudah ditunggu kedatangannya disana oleh Rian.
"Hei lama menunggu hmm. " Ucap Ziyan mengejutkan sembari menepuk pundak Rian pelan.
"Tidak apa apa lagi pula kau kan sekolah. " Jawabnya ramah.
"Kalau boleh aku sih tidak mau sekolah lagi, aku lelah dibulli terus." Lirih Ziyan.
"Lalu kau ingin menyerah. " Tanya Rian terkesan memancing semangat Ziyan kembali.
Ziyan terdiam dia memang tidak mau menyerah tapi sungguh dia lelah yang selalu menjadi bahan hinaan temannya di sekolah.
"Berjuanglah dulu ingat cita citamu, jangan hanya karena mereka kau melupakan cita citamu. " Ucap Rian tenang bahkan suaranya terdengar lemah.
"Ketika kau ingin menyerah ingatlah dulu cita citamu yang ingin mencari keluarga kandungmu. " Sambungnya.
Ziyan menghela nafas pelan. "kau benar kawan, aku tidak boleh menyerah terlalu awal, cerita ini belum berakhir sebelum aku menemukan mereka. " Semangat nya kembali.
Sedangkan Rian tersenyum melihat temannya semangat lagi walaupun keadaan nya sekarang bisa di bilang tidak baik baik saja, ada sesuatu yang dia tahan sedari tadi.
"Terima kasih kawan, kau selalu bisa mengembalikan semangat ku. " Ucap Ziyan tulus yang dibalas anggukan lemah dari Rian.
"Tetaplah semangat walaupun tidak akan ada lagi orang yang menyemangati mu selalu ingat tujuan mu sebelum kau menyerah, jangan pernah merasa paling tersakiti karena diluar sana masih banyak yang tidak seberuntung kamu, jangan lah cepat putus asa karena Tuhan punya rencana yang indah dibalik cobaan yang diberikan, dan maaf jika suatu saat nanti aku tidak bisa menyemangati mu lagi. " Ucap Rian lemah seakan ingin pergi jauh dari Ziyan.
Menyadari hal yang janggal Ziyan pun merasa aneh pada temannya ini seakan akan ini pertanda bahwa dia akan.... Tidak mungkin tunggu Ziyan belum siap dia masih butuh orang yang menyemangati nya dia masih butuh teman cerita.
"Kau ini kenapa jangan berbicara seperti itu lagi. " Bantah Ziyan takut jika ini adalah akhir pertemuan mereka.
Semakin lama ditahan sakit itu semakin menjadi jadi, kepala nya terasa hampir meledak, sepertinya kanker itu datang menyerang Rian saat ini.
"Akkkhhh.... Arrrggghhh... Sakiiiittt. " Erang Rian memegang kepalanya seketika membuat Ziyan terkejut dan panik.
"K-kau kenapa. " Tanya Ziyan panik.
"T-tolong antar.... Aarrhh... A-ku ke-kerumah. " Ucap Rian terbata bata menahan sakit.
"B-baiklah tapi k-kau bisa tunjukkan jalannya...." Ucap Ziyan ikut terbata bata karena panik.
Rian yang tak sanggup bicara hanya mengangguk lemah hingga Ziyan pun dengan sigap mendorong kursi roda Rian membawanya pulang dengan bantuan arahan dari Rian sendiri.
Beruntung jarak rumah Rian dari sungai itu tak jauh jadi tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk sampai ke rumahnya.
Niat pulang kerumah, Rian langsung ingin minum obat tapi sekarang ia disambut dengan muka bengis ibunya sendiri hingga ia tak sempat minum obat dan terus menahan sakit nya.
"Dasar anak sial KEMANA SAJA KAU HAH KENAPA kau selalu keluar seenakmu, jadi aku sendiri yang harus mengerjakan pekerjaan rumah. " Bentak ibunya tanpa merasa kasian pada anaknya sendiri.
Ziyan yang menyaksikan itu ikut teriris hatinya merasakan betapa menderitanya Rian selama ini.
Sedangkan Rian memilih diam, kondisinya saat ini sangat lah lemah ditambah lagi kanker di otaknya.
"Jawab aku bodoh. " Marah ibunya sambil mencengkram dagu anaknya.
"Akkhh.... " Rian kesakitan namun tak dapat melawan.
Melihat itu mana mungkin Ziyan diam saja, ia langsung melepaskan cengkraman itu dengan paksa.
"Kenapa kau tega sekali bibi anakmu ini sedang sakit......... " Ucap Ziyan tak tahan melihat perlakuan wanita itu.
"DIAM, SIAPA KAU HAH BERANI MENCAMPURI URUSAN KU. " bentak ibunya Rian sedang melototi Ziyan yang berani melawan.
"Aku temannya. " Jawab Ziyan lantang.
"aku ibunya dan kau hanya temannya jadi kau tidak punya hak- Ucapan wanita itu terpotong karena Ziyan menjawabnya.
" Aku hanya temannya tapi setidaknya aku masih punya perasaan walaupun aku hanya orang asing disini tapi lihatlah dirimu yang punya ikatan darah dengannya kau malah tidak punya perasaan pada darah dagingmu sendiri. " Jawab Ziyan lantang yang membuat wanita itu terdiam sedangkan Rian sudah menangis melihat keadaan ini.
Benar apa kata Ziyan, ibu kejam yang bernama Vinda itu memang merasa sangat lah keterlaluan pada darah dagingnya sendiri tapi apalah daya ego nya sangat lah kuat hingga menutupi rasa kasih sayang nya. Karena setiap melihat wajah anaknya ia teringat pada pria bejat yang tidak mau bertanggung jawab setelah menghamili nya hingga ia selalu menerima hinaan dari orang-orang.
Sebenarnya ia juga tidak tega harus menyiksa anaknya sendiri apalagi anaknya itu menderita penyakit mematikan tapi egonya itu melebihi apapun.
"Ibuu.... Hiks.... Aku mohon... Hiks... J-jangan memarahi temanku... Marahi aku saja....hiks..... Hiks..... A-aku minta maaf k-karena.... Keluyuran sesukaku..... Aku mohon maaf Bu...... Hiks.... " Mohon Rian sambil memegang lengan ibunya.
Tapi Vinda yang sedang emosi ia tidak sadar mendorong Rian melepaskan pegangan darinya hingga Rian terjatuh dari kursi roda nya.
Melihat itu Ziyan terkejut dan langsung mendekati Rian yang tergeletak ditanah apa lagi kepala nya terantuk saat dia terjatuh hal ini marah memperparah sakitnya.
Vinda pun ikut terkejut melihat perbuatan nya sendiri yang memang tidak di sengaja tapi ia tidak ikut melihat lebih dekat keadaan putranya, ia lebih memilih berdiri di tempat nya.
"Rian kau tidak apa apa kumohon bertahan lah. " Ucap Ziyan menangis melihat keadaan temannya.
"Aaarrhh.... Akkhh....a-aku b-baik...... Ahhhh. " Ringisnya lemah yang memang kehilangan tenaganya.
Sudah cukup Ziyan tak tahan lagi dengan perlakuan wanita ini yang memang sudah lewat batas.
Ia berdiri mendekati Vinda dan menatapnya tajam hingga Vinda merasa takut dibuatnya.
"Sebelumnya maaf kalau aku telah lancang mencampuri urusan mu tapi sungguh kau sudah keterlaluan, dimana hatimu dimana perasaan mu dimana kasih sayang mu yang tega memperlakukan darah dagingmu sendiri seperti ini, pantaskah kau disebut seorang ibu.... Banyak ibu diluar sana ingin memiliki anak tapi kau apa, kau malah menyia nyiakannya....iya aku tau kalau kau tidak mau mengharapkan kehadirannya karena dia adalah hasil hubungan terlarang mu TAPI APAKAH INI KESALAHANNYA APAKAH DIA MEMINTA UNTUK DILAHIRKAN..... Bahkan siapapun anak yang terlahir dari hubungan terlarang tidak sudi menjadi korban hubungan orang tuanya. HARUSNYA YANG KECEWA DISINI ADALAH ANAKMU KARENA HUBUNGAN KALIAN DIA TERLAHIR, yang membuatmu malu bukan karena anakmu. TAPI DIRI SENDIRI MU LAH, yang melakukan hal yang memalukan..... " Habis sudah kesabaran Ziyan, tidak ada Ziyan yang lemah lembut hari ini.
Vinda pun merasa bersalah mendengar ucapan yang keluar dari bocah asing ini, dalam hatinya dirinya mengaku membenarkan perkataan Ziyan.
" Ibuku tak seberuntung dirimu nyonya, disaat dia sedang berjuang ingin hidup bersama dengan anaknya tapi kau yang memiliki buah hatimu disisimu malah menyia nyiakannya......... " Lirih ziyan dengan mata berkaca kaca mengingat ibu yang melahirkannya tidak pernah ada disisi nya sejak ia lahir.
Rian sedari tadi menangis dengan derasnya, ingin sekali ia pergi dari dunia ini daripada terus mengemis kasih sayang pada ibunya yang takkan pernah ia dapatkan.
Begitu pun dengan Vinda yang tak terasa mengeluarkan air matanya, hatinya sesak mendengar pembenaran dari bocah ini, sebenarnya ia ingin sekali menyayangi putranya tapi bayang bayang lelaki itu terus menghantuinya ketika memandang wajah anaknya.
"Percuma kau membenci anakmu karena dia bukan pelaku tapi dia itu korban, walaupun kau terpuruk akan masalah mu setidaknya ada orang disampingmu yang selalu menemani mu yaitu anakmu sendiri, bukan dia yang membuatmu malu ingat itu nyoya, bersyukurlah karena kau diberikan anak yang sangat baik seperti Rian yang tidak pernah menyalahkan dirimu sebagai pemicu dirinya yang menjadi korban, ia tidak pernah mencaci perbuatan mu. " Lirih Ziyan pada Vinda.
"Satu hal lagi yang kukagumi dari putramu...... Walaupun kau sering menyiksa nya dia tetap masih menyayangimu dan selalu berharap akan kasih sayang mu. " Tambahnya lagi.
" Kau beruntung bu karena memiliki anak seperti nya. " Final Ziyan.
Mendengar itu seketika Vinda tersadar akan perbuatan nya selama ini bukan Rian yang seharusnya di salah kan tapi dirinya sendiri lah yang memicu hal ini terjadi, Rian adalah korban disini ia tidak pantas dibenci, biarlah lelaki itu saja yang dibenci bukan anaknya karena darah daging nya ini tidak salah apa apa.
Langsung saja dengan cepat Vinda memeluk anaknya yang masih tergeletak di lantai ia menangis menyesali perbuatannya.
"Hiks... Hiks.... Ma-maafkan i-ibuuu... Hiks... " Ucap Vinda tulus di sela sela tangis nya sambil memeluk sang putranya.
Satu kata itu berhasil menimbulkan kebahagiaan yang amat besar di hati Rian, ia merasa sangat berterima kasih atas kata yang di anggap nya sangat membahagiakan dari ibu nya.
Rian tersenyum menanggapi ibunya karena ia pun sudah tak kuasa lagi menahan sakitnya.
Sedangkan Ziyan yang menyaksikan hal itu terharu. Melihat kasih sayang antara ibu dan anak, jujur ia juga sangat ingin akan hal itu tapi tak mungkin.
Airmata pun ikut turun menandakan kerinduan terdalam yang sedang ia rasakan.
"Aku menyayangimu.... Hiks.... Aku menyayangimu... Kau anakku.... Kau putraku..... Hiks.... Bertahan lah.... Sayang... Hiks... " Ungkapan tulus dari Vinda untuk anaknya yang memang saat ini sedang bisa di bilang sekarat.
"I-ibuuu... Akkhh... A-ku.. Se-senang kau su-sudah m-menyayangiku... Argghh... Ma-maafkan aku juga bu.. Akkhh. " Ucap Rian terbata bata sedang menahan sakitnya.
"Kau tidak perlu minta maaaff.. Hiks... Kau tidak salah... Hiks.. " Balas Vinda tak Terima Rian menyalahkan dirinya sendiri.
"Se-sekarang aku... S-sudah bisa pergi... Arrghh.. D-dengan tenang... Karena aku s-sudah mendapatkan kasih sayang mu ibuuu... Hiks... Hiks.. Argg.. " Lirihnya.
"Tidak tidak tidak jangan katakan itu k-kau pasti bisa bertahan... Hiks... Kau bahkan belum sepenuhnya merasakan kasih sayang ku... Hiks.. Aku belum mencium mu aku belum memanjakan mu aku belum memelukmu.... Hiks... Bahkan aku belum mengakuimu... Hiks... Aku belum merawat mu sayang.. Hiks... Beri aku kesempatan sekali lagi..... Untuk menjadi seorang ibu yang berguna untuk mu..... Hiks... Hiks... Tolong jangan pergi.. " Lirih Vinda sungguh ia sangat menyesali perbuatannya dulu pada anaknya sendiri, dan kenapa harus di saat seperti ini ia tersadar itupun lewat perantara orang lain.
" Ibuu... Kau..i-ibu yang ter-b-baik untukku.. Hiks.. Hiks... Akhh.. A-aku akan memberi kesempatan itu untukmu... I-ibuuu.. "Ucap lemah.
" B- benarkah.. Kkkaauu bersungguh sungguh sayang. " Tanya Vinda bersemangat mengira putranya akan bertahan untuk nya.
Sedangkan pertanyaan itu hanya di balas senyum lemah oleh Rian sebelum ia berkata. " S-sekarang ciumlah aku... Peluklah aku... A-akuilah aku bu... Arrghh.. Manjakan aku dengan mengelus rambutku.... R-rawatlah a-aku d-dengan merawat dirimu sendiri ibuuu.... "
Tanpa membantah lagi Vinda langsung mencium kening anaknya, memeluknya erat, mengelus kepalanya karena kan dia botak😌 ketika saat mengelus kepala anaknya, Vinda tak kuasa menahan tangis nya mengingat betapa menderitanya Rian karena penyakitnya ditambah lagi perlakuan kasar dari ibunya.
Dan ia pun berkata di sela sela tangisnya.
" Kau putraku RIANZA RAYHAN, yang lahir dari rahim ku sendiri... Putra tunggal ku... Darah dagingku... A-aku menyayangimu... "
Rian tersenyum senang mendengar hal itu dan rasa sakit itupun semakin menyerang, saat pernyataan yang terucap dari ibunya tadi rasanya ia ingin bertahan tapi seakan takdir berkata lain.
Kenapa harus disaat seperti ini ia mendapatkan apa yang ia inginkan, di saat Rian sudah memilih menyerah kenapa ia dipaksa bertahan lagi.
Ziyan yang daritadi sudah tak kuasa menyaksikan hal itu hatinya gelisah melihat keadaan Rian tapi ia juga senang karena Rian sudah mendapatkan kasih sayang dari ibunya.
Namun rasa senang itu hanya terasa beberapa detik saja ketika tiba tiba ia di serang panik melihat Rian yang sekarat.
"SAYANG KAU KENAPA... HIKS... BERTAHAN LAH NAAAK... HIKS... DEMI IBU.. HIKS.. HIKS.... " Panik Vinda luar biasa melihat Rian kesulitan bernafas.
Ziyan pun ikut mendekati Rian dan ia juga bingung harus apa ia hanya bisa menangis memohon pada temannya itu untuk bertahan.
" I-ibu janganlah..... M-merasa sedih l-lagi k-karena kau..... S-sudah melakukan tugasmu s-sebagai ibu yang berguna... K-kau sudah melakukan apa yang a-aku minta j-jadi jangan m-merasa sedih lagi... Akkhh.... Hah... Hah.... Berjanjilah p-padaku kau.... T-tidak boleh menyalahkan d-dirimu sendiri... Akkhh.. Hah... Jagalah kesehatan mu.... J-jangan terlalu berlebihan menangisi kepergianku.... Hiks... Akh.... Terimakasih ibuu... Atas.... Kasih sayang y-yang k-kau berikan tadi... Akhh.. A-aku sangat puasss se-sekali.... Hah.. Hah.. A-ku menyayangimu buuu.. " Tutur Rian sekarat.
Vinda sangat sangat hancur mendengar hal itu karena ia tau kalau ini pertanda bahwa Rian akan pergi jauh meninggalkan nya.
Tapi ia belum siap ia baru saja membuka lembaran baru ingin hidup bahagia bersama anaknya.
Yang namanya takdir siapa yang bisa melawan.
" D-dan k-kau Ziyan sahabat ku, ingat kata kata ku d-disungai tadi... O-oke... Akhh.. Dan m-maaf jika aku s-sudah tidak bisa menemani h-hari harimu lagi... Hah.. Hah... T-tidak bisa mendengar curhatmu lagi..... Ku mohon tetaplah t-tegar k-kejarlah impian mu... Akhh.... Ketika ingin menyerah ingatlah kata kataku.... Akhh... Dan terimakasih karena t-telah menjadi satu-satunya s-sahabatku.... Hah.... Hah...j-jika kau ingin curhat d-datanglah ke sungai itu.... A-aku pasti akan mendengar mu.... D-dari alam yang berbeda... Akkhh.... Hah.... Hah... Arrghh. " Rintihnya tak kuat lagi.
Vinda dan Ziyan tentu panik bukan main airmata mereka turun dengan derasnya.
Tapi yang namanya takdir pasti akan tetap terjadi walaupun yang tak diinginkan pasti akan tetap terjadi seperti sekarang ini.
Setelah mengucapkan kalimat terakhir itu perlahan Rian menutup mata, tangan kanan Rian yang di pegang Vinda terhempas ketanah, nafas yang tadi memburu sekarang terdengar hening dan tenang, bibir tipisnya meninggalkan kesan senyum tipis pertanda bahagia.
Airmata yang keluar tadi dari dua orang itu sekarang semakin mengalir deras, tak ada kata yang sanggup di ucap terutama Vinda ia sangat syok melihat putranya yang ingin di manja sekarang sudah tak bernyawa.
Hancur bahkan lebih dari hancur, Vinda sangat menyesal mengapa harus di saat seperti ini ia sadar, saat ia ingin memulai semuanya dari awal kenapa harus berakhir. Ingin protes tak akan ada gunanya karena ini juga kesalahannya sendiri mengapa disaat ada malah di sia siakan dan disaat sudah tiada mengapa meminta untuk kembali, ingat itu sangat lah mustahil karena Rian sudah pergi jauh dari mereka, percuma menangis histeris berteriak itu tak ada gunanya.
Ziyan juga sangat terpukul atas kepergian sahabat nya, tak akan ada lagi tempatnya bersandar ketika curhat, tak ada lagi kata penyemangat dari sahabat nya. Sekarang ia benar benar merasa kesepian sendirian tak ada teman, walaupun ada teman sebangku di kelas nya tapi itu tak sama seperti Rian yang akrab dengan nya.
Ingin senang karena impian Rian telah tercapai yaitu mendapat kasih sayang dari ibunya tapi itu hilang terkubur karena orang yang impiannya tercapai itu sekarang sudah tiada.
"Tolong jangan tinggalkan aku sayaaaaaaaanggg..... Aarrghhhh.... Putrakuuu..... MAAFKAN ibuuuu. " Tangis Vinda memeluk jasad Rian.
Tak henti hentinya ia memeluk dan menciumi Rian hingga Ziyan yang tak kuat melihat itu ikut memeluk ibu sahabat nya untuk menenangkannya.
Seperti kata yang biasa di dengar penyesalan itu datangnya di akhir di saat semua nya sudah berakhir ingin mengulang nya itu mustahil.
Makanya selagi ada hargailah karena tangis ketika sudah tiada tak akan ada gunanya sama sekali.
Mon maap di part ini lebih ke Rian karena ini juga pelajaran kehidupan untuk yang saat ada di sia siakan lalu ketika tiada malah di tangisi.
Dan sebelum menyalahkan orang lain ingat dulu kesalahan kita sendiri😉
Selamat jalan Rianza Rayhan...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Parsih Nurul
lagi tor
2023-03-25
1