Tiga tahun yang lalu, tepatnya saat mereka masih di bangku sekolah dasar, yang mana menjadi salah satu kejadian yang memicu keretakan dalam pertemanan antara Fanya dengan Revano. Dan kejadian itu masih membekas dalam ingatan gadis jutek bernama lengkap Fanya Fransiska.
Semua orang mengiranya Fanya dengan Revano adalah saingan karena mereka selalu bertingkah seperti itu setiap saat. Namun, tidak ada yang mengetahuinya—selain daripada diri mereka sendiri dan orang-orang terdekatnya—bahwa mereka sebenarnya begitu dekat dan harmonis.
Siapa yang ‘kan sangka jika Revano yang iseng, suka usil, dan seenaknya kepada Fanya di sekolah adalah teman yang manja dan mudah merajuk untuk hal sekecil tidak diperhatikan kala berbicara?
Siapa juga yang ‘kan sangka jika Fanya yang jutek dan sering menggerutu nggak jelas itu aslinya mudah tersentuh dengan perhatian sekecil diberikan pujian dan setangkai bunga?
Kala itu, saat pesta kelulusan sekolah dasar, mereka disibukkan oleh serangkaian acara pelepasan siswa yang sudah seperti kelulusan sarjana. Lalu, setelah selesai acara siswa pun dimulai. Sampai pada akhirnya penampilan demi penampilan dipentaskan di depan para wali serta orang tua siswa.
Undur diri dari pentas, Revano menarik Fanya, dan memasuki salah satu kelas kosong. Saat itu Fanya tampak cantik dan elegan dengan balutan kebaya berwarna peach yang serasi dengan warna kulitnya.
"Fanya, kamu cantik banget pakai kebaya," ungkapnya. Laki-laki ini begitu terpana dengan penampilan gadis yang selama ini selalu menjadi korban kejahilannya.
Fanya tampak merona namun ia memasang wajah galak. Pasalnya, Revano mengganggu waktunya untuk berbincang bersama teman-temannya yang lain tentang penampilan salah satu teman mereka tadi. Sejujurnya, Fanya tidak memiliki teman lain sih, tetapi yang bersama dengannya selama di aula adalah anggota kelasnya. Anggota kelasnya telah mengetahui siapa orang tua Fanya itu seketika mau berbaur dengan gadis jutek ini. Orang tua Fanya adalah rekan bisnis orang tua mereka. Dua teman Fanya yang selalu mengapit Fanya di antara keduanya.
“Ada apa sih main tarik-tarik orang aja, kamu!” ketusnya, mencoba menyembunyikan rasa tersanjungnya.
“Ini, ambil ini terus didengerin juga lagunya. Oh, iya! Jangan lupa tonton kalau kangen.” Dia berseri-seri dengan mata yang menyipit akibat senyuman lebarnya.
Fanya mengernyit, ia tak paham dengan ucapan Revano yang terakhir. Gadis ini menerima flashdisk berwarna putih polet abu-abu milik Revano dan menggenggamnya.
Bertanya, “Maksudnya apa? Kamu kenapa sih? Aneh banget deh,” katanya terheran dengan sikap Revano yang mencurigakan.
“Ingat ini.” Revano menundukkan kepalanya, mendekati telinga gadis itu dan kemudian kembali berkata, “Di flashdisk berisi file yang harus kamu baca. Kamu ikuti sesuai arahan yang ada di dalam dokumen itu aja. Kalau suatu saat kamu kangen sama Vano, kamu buka file satunya lagi dan tonton sesuai arahan.”
Fanya kebingungan, pikirnya Revano tengah mengajaknya bermain teka-teki. Namun, benaknya berkata: Revano akan pergi dan nggak akan kembali lagi. Awalnya pikiran Fanya itu membuatnya merasa senang karena dia nggak akan kena usil lagi.
Namun, nyatanya tidak. Fanya tidak senang karena pikirannya benar membuktikan kepergian Revano.
Percakapan singkat dan pertemuan di acara kelulusan itu menjadi kali terakhir untuk keduanya. Dan hal itu sukses membuat Fanya marah. Bersedih dengan mengurung diri di dalam kamar, tidak masuk ke sekolah favorit incarannya yang mana di sana menjadi sekolah baru Revano dan cowok aneh, Tara.
Satu tahun telah berlalu, sesuai dugaan, tak ada kabar dari Revano. Kata Mama, Revano mulai tinggal bersama keluarga dari ayahnya. Sementara itu, bundanya Revano tampak tak pernah lagi bisa Fanya temui seolah telah menjadi keputusan telak untuk menjauhkannya dari Fanya. Namun, kabar Revano yang bersekolah di SMP favorit incarannya juga telah membuat kadar kekecewaannya melonjak naik. Antara lega karena cowok itu masih hidup dan sehat, dengan merasa begitu merindukan keberadaan cowok itu.
Fanya teringat flashdisk pemberian Revano saat itu, Fanya mulai memasangkannya pada laptop milik Kamaliel dan membuka sesuai ucapan dari Revano saat dulu.
“Waktu itu dia bilang ada dua file. Terus aku buka yang mana dulu?” Kebingungan saat melihat ada dua file yang berisikan dokumen.
Dengan segenap hati, Fanya membuka file satu persatu dan mencari arahan yang Revano katakan saat itu.
“File pertama berisi arahan yang ada lagu...,” katanya berusaha mengingat-ingat. Dan benar saja file yang dibuka pertama kali oleh Fanya merupakan file pertama.
Hal pertama yang Fanya lihat adalah sebuah foto. Itu adalah potret dirinya yang tengah tersenyum ke arah lain di sebuah taman. Di bawahnya ada tulisan yang membuat Fanya tersenyum seperti di dalam foto itu.
...[obj.]...
...[Kamu harus tau fakta dibalik foto ini di taman ini waktu Kang Fasya baru balik dari Jakarta. Aya harus tau: Vano tuh diam- diam ambil kamera analog punya Kang Fasya, terus Vano juga diam- diam motret Aya yang lagi tersenyum dengan manisnya ketika lagi lihatin dia yang lagi seluncuran di jalan waktu itu. Sejujurnya Vano kesel, tapi Vano juga seneng lihat Aya tersenyum. Vano suka senyuman Aya yang manis seperti madu dan hangat seperti mentari pagi.]...
Setelah itu Fanya menggulirkan layar menggunakan touchpad laptop agar dapat melihat lanjutan dari kata-kata itu. Namum ternyata tidak ada lanjutannya, hanya ada tulisan yang tebal sehingga membuat Fanya mengikuti tulisan itu.
...[Terus scroll]...
...[Terus scroll]...
Pada akhirnya Fanya menemukan lagi satu paragraf kalimat yang tak terlalu panjang, namun membuatnya mengetahui hal yang aneh yang ia rasakan setelah setahun mereka berpisah.
...[Kalo Aya buka file ini setelah setahun atau lebih, artinya kamu mulai khawatir dan merindukan Vano. Yeay, seneng banget ngebayanginnya. LoL...
...Kalau Aya buka file ini sehari setelah Vano kasih flashdisk-nya, artinya Aya cuman penasaran tapi khawatir duluan sebelum Vano pergi. Bener, kan?...
...Vano pergi ya, gak jauh kok. Selagi masih di dunia yang sama, kita masih bisa ketemuan kok....
...Vano sengaja bikin ini, supaya Aya gak lupa tentang kita kayak kamu lupain tentang dia. Dia pasti sedih banget kamu lupain dia....
...Oh, ya! Dengerin lagu ini yang ada di berkas. Rekomendasian terbaru nih. Yang bakalan temenin Aya selama Vano nggak ada....
...Fiersa Besari - Harapan...
...Vano sayang sama kamu, Fanya cengeng!]...
File itu berisikan untaian kalimat yang membuat Fanya menangis karena tak paham apa yang dimaksudkan Revano? Apakah pemuda itu sakit berat? Apakah pemuda itu pindah rumah? Atau bagaimana?
Sejujurnya Fanya menangis karena dia memang cengeng, hatinya mudah tersentuh, sehingga membuatnya cengeng, dan hal inilah yang selalu menjadi bahan olokan oleh dua laki-laki paling menyebalkan dalam hidupnya. Kamaliel dan Revano.
Fanya akui jika memang benar dirinya sangat merindukan laki-laki ini, entah mengapa hatinya menghangat jika ada yang berbicara tentang Revano. Dia sangat khawatir ketika mengetahui Revano pergi. Walaupun jahil, Revano membuat Fanya merasa tidak pernah sendirian.
Fanya beralih membuka file kedua tanpa mengindahkan usulan Revano untuk mendengarkan lagu dari penyanyi Tulus itu. Fanya mengatahui isi dari lagu tersebut, dan itu membuatnya menangis semakin deras. Setelah berhasil membuka file kedua, dilihatnya hanya ada perintah untuk membuka berkas berisi video yang berdurasi kurang dari lima menit serta deretan foto dirinya.
Fanya sudah seperti seorang gadis yang dikhianati oleh kekasihnya. Seolah Revano adalah kekasihnya yang memutuskan untuk pergi meninggalkannya demi suatu kepentingan, lalu meninggalkan jejak kenangan mereka ke dalam sebuah file dokumen semacam ini.
Bukankah seharusnya tidak perlu ada lagi kenangan yang bisa dilihat kembali agar tidak mengorek luka itu, ya?
Revano ini bukan sembarang orang. Dia begitu nyentrik dengan cara dia sendiri. Berbuat sesuka hatinya sendiri. Namun, Fanya tetap tidak bisa merelakan kepergian mendadak dari Revano, sehingga Fanya meluapkan kekecewaannya dengan mengabaikan segala macam hal awalnya, baik kabar ataupun pesan terbaru, tentang laki-laki yang sudah dia juluki si Menyebalkan.
Walaupun begitu, Fanya tetap menyematkan satu kata: rindu.
A/n:
Wah, ternyata begitu ceritanya kenapa Fanya dan Revano begitu dekat, lalu merenggang.
Terima kasih sudah bertandang ke cerita ini, yaa.
Mohon dukungan dan review untuk bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments