Semenjak Bams melayangkan satu tantangan yang nyaris bersifat ilegal dengan kalimat yang dia cetuskan hari itu, Revano menjadi gamang.
“Ayo, ikut tantangan! Siapa yang menang bakalan jadi vokalis utama band TXT,” cetus Bams.
“Tantangannya adalah … siapa yang berhasil PDKT dan bikin cewek terjutek dari SMP Margayu jatuh cinta sama dia, dia yang jadi vokalis utama. Gua bertaruh seharga manggung kita terakhir kali,” lanjut Bams menyeringai.
“Hm, boleh juga.”
Naif. Dia benar-benar naif ketika Revano malah tertarik dengan ajakan Bams.
Kalimat yang dicetuskan Bams benar-benar membuat si tengil Revano terdiam seketika mengetahui siapa target yang dimaksudkan Bams.
“Kalo gitu, Vano jadi orang pertama yang harus bikin Fanya Fransiska jatuh cinta.”
“Apa? Fanya … Fanya Fransiska yang jutek?”
Kalimat Bams benar-benar seperti ungkapan mind blowing yang pernah dia dengarkan. Mulai dari terkejut dengan jenaka. Well, Revano sedikit terhibur ketika mendengar sebutan Fanya dengan kata jutek. Sudah sangat lama sejak terakhir kali, sekitar tiga tahun lalu. Selain terkejut, dia gamang, dia mulai menyadari ketakutan yang entah apakah itu?
Kita sudah tahu jika Revano dan kawannya sedang bertaruh untuk mendapatkan posisi vokalis utama di geng band mereka, TXT. Mereka bertaruh dengan satu tantangan, yaitu mendekati seorang perempuan paling jutek, katanya sih sempat mendapatkan julukan cewek kulkas tujuh pintu saking jutek dan berdarah dinginnya cewek itu. Siapa yang dapat meluluhkan perempuan itu, dialah pemenangnya. Pemenang dalam taruhan satu tantangan itu.
Revano sendiri begitu menginginkan posisi dalam band tersebut, yaitu vokalis utama. Bukan tanpa alasan, selain mendapatkan perhatian lebih, menjadi vokalis utama bisa membuat Revano menunjukkan potensi dirinya di bidang musik. Revano sangat ingin membuktikan kepada orang tuanya, terutama sang bunda dan ayah terkait mimpinya.
Revano memiliki alasan kenapa dia diungsikan ke rumah tantenya, adalah karena dua hal. Pertama, hal ini secara mendadak dicetuskan sebab keadaanya begitu genting. Revano dimintai diri untuk meninggalkan kediaman kedua orang tuanya, dia harus berperan sebagai kakak untuk sepupunya yang ngotot menginginkan Revano berada di sampingnya, makanya dia pergi sebab dengan cara itulah sepupunya bisa tenang dari histerisnya.
Hal kedua adalah impiannya. Revano bermimpi mendalami dunia musik, dia begitu menyukai musik namun ayahnya enggan memfasilitasi Revano dalam mengejar mimpinya di bidang musik itu, sedangkan sang bunda berlainan dengan ayahnya, bundanya membujuk Revano agar bisa membuktikan dirinya yang begitu serius pada impiannya itu kepada mereka.
Alasan Revano begitu menyukai musik adalah karena Aditya, sahabatnya. Tara Aditya memiliki apa yang diimpikan Revano, fasilitas bermusik, sebab Tara lahir dalam keluarga yang aktif di bidang bermusik.
Namun, karena Revano tidak begitu suka cara Tara dalam mengajarinya musik, Revano galau sampai hari itu tiba. Hari di mana kakak sepupunya yang ternyata seorang mantan anggota band saat SMA itu memotivasi Revano. Kala itu Revano masih kelas lima SD, ketika dia galau dengan impiannya.
Kemudian, tibalah saatnya Revano benar-benar mengambil langkah pertamanya. Kakak sepupunya mengizinkan laki-laki bermata sipit itu untuk menggunakan alat musik miliknya asalkan dia bisa berperan menggantikan sosoknya di samping sang adik yang mana merupakan sepupu Revano juga.
Kakak sepupunya itulah yang meyakinkan Revano untuk mau berada di samping adiknya, sepupu Revano juga. Kakak sepupunya tiba-tiba harus pergi meninggalkan Bandung dan Indonesia karena urusan pendidikan dan tuntutan dari ayahnya.
Kalau dipikirkan ulang, alasan Revano dalam ikut taruhan ini begitu jelas terlihat akan mengarah ke mana. Ya, Revano ingin membuktikan dirinya layak di bidang musik kepada ayah dan bundanya. Revano bisa membuktikannya apabila dia bisa menjadi vokalis utama suatu band dan membuat band tersebut sukses besar kelak. Namun, ketika taruhan edan itu dimulai, hal itu mulai meresahkan hatinya.
Orang yang menjadi target dalam taruhan edan itu adalah tetangganya sendiri, teman masa kecilnya, dan orang yang dia tinggalkan demi mengejar mimpinya. Orang itu adalah Fanya Fransiska. Sejak detik itu juga Revano mulai resah.
Saat ini Revano menghempaskan tubuhnya ke atas kasur masa kecil yang berada di tengah ruangan lantai atas rumah sang bunda. Matanya menatap ke langit-langit kamar yang terkena sorot cahaya lampu led.
Terdapat seekor cicak yang tengah mengawasi seekor serangga di atas sana, sepertinya si cicak sedang berburu serangga. Bukan nyamuk sih, tetapi si cicak memang sedang terdiam di sana sambil mengawasi sesuatu. Revano cuman memperhatikannya saja tanpa mau memikirkan apa yang sebenarnya dilakukan si cicak.
Di samping itu, Revano juga sedang merenungkan sikap tidak biasa dari targetnya. “Kenapa Aya kayak gitu, ya? Bukannya dia tuh paling seneng kalo gua samperin ke rumah? Nyaris aja sore tadi nggak main nyelonong masuk ke kamarnya, bisa berabe dan kena gebuk sih.”
Masa sih Fanya berubah adalah yang benak Revano perdebatkan. Pasalnya, laki-laki bermata sipit ini tidak mudah terbiasa dengan perubahan yang dia terima dari siapa pun. Pikiran Revano mengenai Fanya itu nggak sebatas seorang pembidik yang tengah meluncurkan panah ke arah targetnya. Akan tetapi, Revano lebih tahu dari itu. Dia sangat tahu bagaimana karakter targetnya, makanya dia mau-mau saja mengambil taruhan edan itu.
Bicara soal taruhan edan, Revano tidak pernah mau menyebut Fanya sebagai targetnya sih. Jujur saja, sebenarnya Revano ogah sekali kalau ada yang membicarakan tentang orang-orang yang dia kenali. Orang-orang yang sebenarnya dekat dengan Revano walaupun tidak banyak orang yang tahu jika mereka dekat. Salah satunya Fanya. Revano sangat tersinggung ketika Bams membicarakan tentang tantangan dari taruhan yang mana sebenarnya nggak jelas bagi dia.
“Kalo bukan karena permintaan Aya, gua juga ogah pura-pura nggak kenal baik sama dia di hadapan temen-temen sekolah.” Menyinggung perihal perjanjian konyol antar anak kecil yang mana itu adalah mereka berdua, Revano dan Fanya.
Menyinggung perihal perjanjian yang Fanya lontarkan kepadanya bahwasanya Revano dilarang membeberkan fakta kalau keduanya itu saling kenal satu sama lain dan merupakan tetangga, serta kerabat yang baik. Jauh dari kata rival abadi. Mereka bukan rival abadi.
Hanya saja, entah bermuara dari mana argumen dan tuduhan macam itu?
Revano sedikit menyesali keputusannya yang malah gesit menerima tantangan dari Bams dan anggota TXT lainnya tentang harus pedekatean dengan cewek kulkasnya SMP PGRI Margayu. “Kalo ngebatalin tantangannya … gimana caranya, ya? Udah nanggung diterima, kalo ngalah dan ngasih kompensasi seharga manggung juga bakalan rugi bandar.”
Malam ini jiwa pemuda berparas Asia timur itu melayang di lapisan awan yang ada di alam kapuknya. Setelah dia kelelahan karena terlalu memaksakan diri untuk memikirkan hal yang terlalu rumit—bahkan lebih rumit dari pencarian x atau y dalam matematika—seperti kenapa Fanya tiba-tiba berubah sampai bagaimana caranya agar Revano nggak rugi bandar dalam tantangan berkedok taruhan yang ilegal itu.
Bagaimana caranya?
Saking asiknya memikirkan bagaimana caranya, pemuda itu sampai terlelap. Memang nggak ada lawan sih kasur empuk masa kecilnya dan sentuhan bunda yang hangat. Revano memang mudah tertidur di manapun, tetapi jika sudah pulang ke rumah bundanya, semuanya terasa berbeda.
Entah bagaimana, tetapi di setiap sudut rumah Bunda Frisly itu seperti terdapat sentuhan hangat si bunda. Bahkan di kasur masa kecilnya yang dia tinggalkan selama tiga tahun terakhir.
a/n:
"Semua orang punya alasan untuk setiap aksi yang dia lakukan." Nanas-imnida
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments