Biasanya jika sedang dalam mode dingin, banyak diamnya, dan selalu mengeluarkan suara yang tertahan di mulutnya, Fanya itu sedang kelelahan. Bisa jadi gadis itu habis maraton drama Korea semalam, atau asyik berkencan dengan materi baru untuk kelas sembilan. Anak perempuannya Dimas Ferdiansyah dan Ana Fransiska ini terlalu rajin dengan mempelajari materi baru, padahal berjumpa dengan gurunya saja belum.
Meskipun begitu, Fanya diam-diam menyukai kegemaran remaja perempuan lainnya. Dia suka maraton drama Korea, menyukai grup idola dari negeri ginseng itu, dan mengakui dirinya sebagai kekasih dari kak JK Bities. Gadis ini, dia adalah Fanya Fransiska si ratu paralel dingin yang nyaris tidak memiliki teman atau regu pertemanan selama dia bersekolah.
Namun, semua penilaian buruk itu hancur lebur dan tidak memiliki korelasinya dengan seorang Fanya. Memang benar gadis itu bersikap dingin, jutek, jarang tersenyum, dan sedikit kasar juga kepada segelintir orang, tetapi semua penilaian buruk itu hanya diambil berdasarkan kulitnya saja tau.
Buktinya, jika berada di luar sekolah dan asyik berdua dengan Hanalya atau bertiga dengan satu orang teman Hanalya yang bernama Jia itu, Fanya adalah gadis yang banyak tersenyum.
Sudah pernah dijelaskan juga senyuman yang Fanya miliki itu seperti apa, kan?
Yup! Caramel Macchiato. Dia juga memiliki lesung pipi samar dan satu tahi lalat kecil di wajahnya. Matanya yang sipit dan tajam itu seringkali menjadi bahan penilian pada kali pertama oleh orang-orang baru ketika mengenal Fanya. Ya, Fanya si sangar itu ada, tetapi Fanya yang ceria itu lebih eksis tahu!
“Aya, beneran itu bukan Nunu atau Mikel, loh. Mau Jia bantu sebar nomornya dan tanyain ke temen-temen Jia?”
“Nggak usah, Jia. Kayaknya ini sama aja kayak sebelumnya, dia iseng … dan kalo udah puas juga bakalan berhenti.”
“Udah aku bilang sama kamu, Neng. Terima pernyataannya Zico dan kalian beneran jadi pasangan King and Queen Margayu sesungguhnya! Biar apa? Biar nggak ada teror iseng macam ini lagi. Zico bisa menjamin keselamatan dan privasi kamu karena dia anak basket yang selalu juara, ingat, dia juga seorang Medali.”
“Diam kamu, Han! Kamu udah ngaku sebagai tersangka utama yang udah sebar data pribadi aku, diam aja kalo udah jadi pelaku! Nanti aku laporin ayah kamu dan kamu bakalan dihukum dengan pasal baru. Mau lagi?”
Pernah terjadi satu hari, Fanya diadukan kepada Bapak Polisi tercinta, ayahnya Hanalya, untuk alasan tindakan non-disiplin, bersikap kejam, dan kebanyakan diam kepada Hanalya yang sudah ngebet berteman dengan Fanya. Sejak pertemuan pertama setelah sekian lama di antara orang tua mereka, yang terjadi ketika pembagian rapor kelas tujuh, yang mana menjadi agenda kenaikan kelas juga kala itu.
Kemudian, para orang tua siswa datang untuk menerima penyerahan rapor siswa dan yang terjadi adalah reuni dadakan antara bapak-bapak dari putri tercinta mereka. Ya, ayah Hanalya dan papa Fanya bertemu setelah sekian lama, kabarnya mereka teman sejawat saat SMA yang berpisah karena perbedaan profesi yang mereka geluti.
Singkat cerita, Hanalya mengadukan perilaku buruk Fanya kepada ayahnya yang notabene seorang petugas Polri, dan memiliki jaringan untuk mengusut kasus kejahatan atau kriminal. Nah, Hanalya mengadukan Fanya terkait tindakan non-disiplin selama di dalam kelas dan melanggar peraturan sekolah juga.
Alhasil, Fanya kena semprot Pakpol dan sempat didakwa mendapatkan pasal-pasal pelanggaran yang biasa dilakukan pelajar. Tentunya masih bisa selamat dari kurungan penjara karena posisinya masih seorang pelajar dan anak yang mendapat perlindungan dari KPAI.
Namun kocaknya, Fanya tidak bereaksi penuh ketakutan atau tersudutkan sedikitpun. Malahan, Fanya tersenyum bahkan sampai terkekeh sambil menyimak dakwaan terhadap dirinya. Kemudian, dia mengatakan pembelaan di depan seorang Brigjen Polisi itu serta di hadapan anaknya yang merupakan teman barunya kala itu.
Ah, awalnya Fanya enggan mengakui jika Hanalya itu teman barunya karena Hanalya-lah yang memaksa Fanya untuk berteman, bahkan sampai memaksa Fanya untuk ikut pulang bersama jemputan dari Brigjen Polisi.
Dengan nada bicara yang cenderung datar dan tidak mengandung emosi serapan seperti kesal atau semacamnya, melainkan biasa saja dia berbicara, sesantai itu. “Om Polisi, kalo aku dapat pasal 4, poin ke-3 dari bab larangan, dan mendapatkan sanksi serta hukuman skorsing selama tiga hari, itu nggak kasih efek apa-apa terhadap aku.
“Malahan aku bakalan senang, maaf saja Om, aku ini udah capek berhadapan sama orang-orang di sekolah, tapi Mama bilang aku nggak boleh sampai homeschool.”
Lalu, Fanya juga mendakwa Hanalya pada akhirnya dengan mengatakan, “Om, ada nggak sih pasal buat orang yang suka memaksakan kehendaknya sendiri terhadap orang lain?”
“Seperti apa itu, Fanya? Coba kasih Om paham,” tanya sang Brigjen Polisi.
“Seperti Hanalya yang memaksa Fanya untuk berteman dengan dia, memaksa Fanya untuk ikut pulang bersama juga, dan ah … dan dengan tindakan kekerasan serta mengancam juga, Om.
“Kalo Fanya nggak ikutin kemauan dia, Fanya diancam pakai data pribadi seperti nomor ponsel dan akun sosial media yang sengaja Fanya privasikan dari semua orang, rencananya Hanalya bakalan sebarkan informasi yang bersifat pribadi itu, Om. Itu masuk ke dalam pasal dari UU ITE, nggak?”
Mampus gue! Ayah bakalan lost respect sama lo, Han! Batin Hanalya berteriak meratapi nasibnya kala itu.
Hasilnya? Hanalya diceramahi ibunya saat di rumah, sementara sang ayah hanya terkekeh sambil menjelaskan mengenai pasal-pasal dan pelanggaran yang dilakukan pelajar, sampai hukuman dan tindakan penyelesaiannya. Sedangkan itu, Fanya dan Hanalya mulai dekat bak kembar sejak insiden pengaduan itu.
Di Tamansari mereka berjalan beriringan sambil sesekali cekikikan menanggapi cerita yang Hanalya ungkap tentang insiden pengaduan dan insiden datangnya nomor asing iseng yang ke-14 kalinya itu. Iya, Fanya terpantau menerima sekitar 14 nomor asing yang iseng kepadanya.
Keberadaan mereka di Tamansari ada maksudnya, mereka bertiga; Fanya, Hanalya, dan Jia hendak bertandang ke rumah Jia yang berada di sekitar Tamansari. Tamansari luas, tetapi tidak seluas itu, dan sialnya rumah Jia berada di ujung yang tidak memiliki akses jalan lain selain jalanan ini. Menyusuri setiap rumah yang berserakan dengan gaya jadul bergaya Belanda.
“Sayang!”
Kompak tiga gadis remaja itu menahan suara mereka dan segera mencari tahu siapa yang memanggil sekencang dan lancang itu. Merusak pendengaran saja tau. Di seberang jalan sana, di depan sebuah rumah yang pagarnya terbuka, terdapat seorang laki-laki dengan seragam SMP melekat di tubuhnya, sayangnya kemeja putihnya itu merusak estetika pelajar SMP, dia menampakkan kaus putih polos dan terdapat kalung menjuntai hingga dadanya. Laki-laki ini menenteng tas gitar sambil tersenyum cerah ke arah—sialnya ke arah mereka bertiga. Sontak membuat Jia dan Hanalya berspekulasi yang tidak-tidak.
Jia masih menyempatkan diri untuk mengingat-ingat laki-laki itu. “Itu pentolan SMP 2, dan dia temen SD-nya Nunu.”
“Dia manggil siapa? Bukan di antara kita, kan?” tanya Hanalya.
“Kayaknya bukan, dia itu dikenal iseng banget. Eh tunggu dulu! Nunu pernah bilang kalo kalian satu sekolah.” Menatap Fanya yang berada di samping Hanalya. “Jangan-jangan ….”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Yujimori☘️
fanyaaaa si cantik yg uwuuu ! 🌸🌸🌸
2024-06-03
1
lanjutkan
2023-03-19
1