Berkencan

Sudah satu Minggu semenjak Robi terbaring lemas di ranjangnya, sekarang dia telah kembali bugar dan juga tampan. Kenapa begitu? Karena jika dirinya tidak tampan, maka kencan yang hendak dilakukannya akan kacau.

Sebenarnya sekarang Robi akan berkencan dengan wanita yang baru saja dikenal olehnya, siapa lagi kalau bukan Raisya. Sebelumnya wanita itu memberi pesan kepada Robi, namun saat itu Robi tidak bisa memenuhi permintaannya dan sebab itu juga jadwal kencannya diundur hingga kondisi Robi kembali pulih.

"Sebenarnya aku memiliki pengalaman dalam kencan, bukan pengalamanku sih… tapi sekarang tubuh ini telah menjadi milikku, lantas semuanya berarti pengalamanku." Ucap Robi sambil menyisir rambutnya kebelakang.

Memang benar jika dirinya pernah berkencan dengan seseorang, dan wanita itu tidak lain adalah Lidya. Secara harfiah itu semua memang pengalaman Robi, tapi sebenarnya semua itu dilakukan oleh Robi di masa lalu.

Jadi bisa disimpulkan bahwa semua itu pengalamannya Robi!

Setelah semuanya selesai, Robi pergi ke kamar ibunya untuk pamitan, dan juga rencananya saat ini juga telah diketahui oleh Dina selaku ibunya sendiri. Sebenarnya Robi takut jika Dina memarahinya, namun tak disangka bahwa ibunya malah bahagia ketika mendengar kabar tersebut.

"Ya.. ibu saat itu terlihat sangat bahagia ketika mendengar aku akan berkencan dengan seseorang... Mungkin saja dia ingin segera mempunyai menantu." Gumam Robi ketika berada di depan pintu kamar ibunya.

Saat Robi hendak mengetuk pintunya, secara tiba-tiba pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok Dina dengan wajah manisnya meskipun banyak kerutan yang menutupi. Karena tinggi Dina yang lebih pendek dari Robi, dia dipaksakan untuk mendongak agar bisa melihat wajah anaknya.

"Nak? Kamu sudah selesai?" Tanya Dina ketika melihat anaknya yang sudah tampil keren dengan aroma parfum menerpa wajahnya, sungguh harum dan memanjakan indera penciuman.

"Haha… iya ibu, aku sudah siap dan akan pergi sebentar lagi." Ucap Robi sambil tersenyum.

"Begitu ya? Baiklah, hati-hati dijalan!" Dina berkata dengan lembut sambil mengangkat pergelangan tangannya, kemudian digapai dan dicium punggung tangannya oleh Robi.

"Siap! Tapi ibu, apa kamu tidak ingin berkomentar tentang penampilan anakmu ini!?" Ucap Doni sambil melakukan gaya aneh.

"Kenapa? Bukankah kamu selalu sama di mata ibu, tampan dan gagah!" Ungkapan Dina membuat Robi tertegun, hatinya terasa berdebar kencang karena bahagia, serta wajah konyolnya membuat perut Dina sedikit tergelitik.

Mendengar Dina yang sedang menahan tawanya membuat Robi merasa malu, dia membuang mukanya yang sedang berwarna merah merona. Dengan suara yang rendah, Robi berpamitan lalu berjalan cepat menuju pintu utama dan memakai sepatunya.

Semua persiapan telah selesai, Robi pergi ke halaman rumahnya lalu menaiki motor barunya dengan gagah. Namun, kegagahan itu membuat Dina merasa heran dan terkejut karena anaknya memakai motor besar mewah.

"Nak, Motor siapa itu?" Tanya Dina di dekat pintu.

Robi yang telah bersiap-siap untuk melajukan motornya dengan cepat menoleh dan melihat ibunya sedang memandangi dirinya dengan ekspresi yang tak bisa diartikan.

'Sial, aku lupa memberitahukan ibu tentang motor ini!' Batin Robi merasa panik.

"Ini motorku, aku baru membelinya dan ibu tak perlu khawatir! Motor ini telah dibayar secara cash, dan tidak mencicil!" Jawab Robi mencoba untuk tetap tenang.

Mendengar penjelasan anaknya, mau tidak mau Dina harus mempercayainya, dan juga dia sangat yakin bahwa anaknya tidak akan melakukan hal-hal yang aneh hanya untuk mendapatkan motor tersebut. 

"Emm… begitu ya? Baiklah, hati-hati dijalan!", Dina melambaikan tangannya rendah sambil tersenyum lembut.

Robi yang melihat itu hanya bisa menghela nafas bersyukur, kemudian mengangguk dan mulai melajukan motornya ke arah yang sudah ditentukan oleh Raisya. Yakni: Rumahnya Raisya.

***

Perjalanan Robi sedikit lebih cepat dari perkiraannya, dia hanya membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh menit. Wajar saja, karena dia mengambil rute terpendek dan juga dibantu oleh kecepatan motornya yang berbeda jauh jika dibandingkan dengan motor maticnya.

Sekarang dia sudah berada di depan gerbang mansion besar milik Raisya, dia juga bisa melihat satpam yang berjaga berdiri di dekat gerbang. Usia satpam tersebut kurang lebih sudah kepala empat, dengan perut yang sedikit terisi dengan lemak, namun memiliki wajah yang amat menyeramkan. Matanya begitu tajam seperti elang dan juga tubuh yang masih bisa berdiri tegap dengan dada bidangnya dibusungkan kedepan.

'Dia terlihat seperti mantan tentara. Tapi kenapa banting setir menjadi satpam? Entahlah.' Batin Robi memikirkan banyak hal.

Merasa tak nyaman dengan tatapan satpam di belakang gerbang, Robi mengangguk sambil tersenyum. Dan wajahnya bisa terlihat jelas, karena helmnya telah dilepaskan dan disimpan di dekatnya.

Satpam itu membalasnya dengan anggukan serta senyuman hangat yang lebih mirip seperti seringai kejam. Itu sangat menakutkan bagi Robi, dia seperti sedang berhadapan dengan calon mertua dibandingkan dengan satpam.

Tak butuh waktu lama untuk Robi menunggu kehadiran Raisya, sebab saat ini pintu gerbang sedang dibuka oleh pak satpam dan menunjukkan sosok wanita yang tidak lain adalah Raisya.

Wanita itu memakai pakaian yang sederhana untuk seukuran anak orang kaya, namun semua kesederhanaan itu terlihat sangat cocok dan membuatnya menjadi lebih cantik. Dia juga tidak membiarkan rambutnya tergerai, karena entah kenapa wanita itu tiba-tiba mengikat rambutnya.

"Halo Robi! Apa kamu telah menunggu lama?" Ucap Raisya ketika telah berada di dekat Robi.

Robi menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Tidak kok, aku baru saja sampai! Dan juga apa kamu telah selesai dengan semua persiapan?"

Mendengar ucapan Robi membuat raut wajah Raisya berubah menjadi sedih, dia menunduk sambil melihat penampilannya itu. 

"Apa ini terlihat sangat jelek ya? Kalau seperti itu, maka akan ku gantikan dengan pakaian yang lebih mewah sedikit." Ucap Raisya.

Merasa perkataannya telah membuat Raisya tersinggung, Robi pun angkat bicara dan mencoba untuk menenangkan Raisya. 

"T-tidak! Bukan seperti itu… hanya saja aku baru kali ini melihat wanita yang akan kencan namun memakai pakaian sederhana seperti itu. Tapi! Semua itu terlihat sangat cocok untukmu, malahan sangat teramat sempurna!" Ucap Robi sambil mengacungkan jempolnya.

Tak disangka bahwa ucapan jujur Robi ternyata membuat Raisya menjadi malu, dia sedikit tertunduk dengan tubuh yang bergoyang-goyang seperti rumput laut. Mesk begitu, wajahnya yang sedang tersipu bisa terlihat jelas oleh Robi.

"T-terimakasih…" Lirih Raisya.

"Haha, tidak perlu seperti itu! Cepatlah naik ke motor, kita akan segera ke tempat yang kamu inginkan!" Ucap Robi mendesaknya, dan tindakannya itu dikarenakan dia sendiri tidak ingin berlama-lama di sana karena merasa tidak nyaman dengan tatapan intens dari Pak Satpam.

"Baiklah." Raisya segera menghampiri Robi dan menaiki jok belakang, kemudian dirinya disodorkan helm kecil berwarna merah mudah menggemaskan oleh Robi. 

Raisya menerimanya tanpa mengeluh, bahkan dirinya telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan helm tersebut. Dia tidak menyangka bahwa Robi bisa mengetahui apa yang disukainya.

"Sudah siap?" Tanya Robi sedikit menoleh ke arah Raisya.

"Tentu saja!" Jawabnya dengan riang.

Setelah percakapan singkat itu, Robi langsung melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata dan meninggalkan tatapan tajam yang terus terarah kepadanya.

"Pria yang pemberani." Gumam Pak satpam, kemudian menutup kembali gerbangnya.

***

Setelah cukup lama berada di jalanan, sekarang mereka berdua telah memutuskan untuk pergi ke sebuah restoran terdekat, kebetulan saat ini sudah masuk ke jadwal makan siang.

Mereka berdua memasuki restoran tersebut setelah selesai memarkirkan motor sport Robi di tempat yang tidak jauh dari restoran tersebut. 

"Aku merasa tidak nyaman dengan tatapan ini…" Gumam Robi mengeluh sambil melirik kesana-kemari dan melihat banyak pasang mata yang sedang menatap mereka dengan penuh selidik.

"Sudah, jangan terlalu dipedulikan! Lebih baik kita pilih kursi itu aja!" Ucap Raisya kemudian menarik tangan Robi ke arah kursi yang dekat dengan jendela.

Ditarik seperti itu tidak membuat Robi risih, malah sebaliknya. Dia sangat bahagia ketika melihat Raisya yang tidak terganggu dengan tatapan penuh arti dari pelanggan lain.

Setelah sampai di kursi tersebut, mereka berdua langsung duduk berhadapan dan saling menampakkan wajah masing-masing. Mereka tentu saja malu akan hal itu dan mencoba untuk membuang muka, tapi tak selang berapa lama mereka berpikir jika suasana semakin canggung.

Kemudian setelahnya mereka lebih memilih untuk memesan sesuatu agar kecanggungan ini tidak terlalu mengganggu kencan mereka.

Mereka berdua langsung menarik masing-masing satu menu dan melihat apa saja yang ada di restoran tersebut. Saat Robi mengatakan semua apa yang akan dipesan olehnya, tapi ternyata pesanannya sangat mirip dengan apa yang hendak dipesan oleh Raisya.

"Kamu yakin ingin makan itu?" Tanya Robi memastikan kembali pesanan Raisya.

"Iya, aku pesan itu saja!" Jawabnya sambil tersenyum.

Setelah selesai memastikannya, Robi kembali menatap pelayan yang berada di dekatnya, "Itu saja mbak." 

Pelayan tersebut mengangguk, "Tolong tunggu sebentar, kakak." Ucap pelayan lalu berbalik dan berjalan untuk memberikan pesanan mereka berdua.

Setelah memesan, mereka berdua melakukan perbincangan ringan dengan saling bertanya tentang hobi, sesuatu yang disukai, dan sebagainya. 

"Wooah… jadi kamu menyukai warna merah muda? Sungguh wanita sekali." Ucap Robi ketika mendengar cerita tentang Raisya yang bahagia ketika memakai helm mungil sebelumnya.

"Wanita sekali? Apa maksudnya itu?" Raisya bingung dengan kata-kata terakhir dari perkataan Robi.

"Itu maksudnya kamu sangat imut." Jawab Robi yang malah disalah artikan oleh Raisya.

'Aku sangat imut!? Dia benar-benar mengatakan itu!!' Batin Raisya menjerit karena terlalu bahagia dengan perkataan Robi.

Sedangkan untuk Robi, dia terheran ketika melihat reaksi aneh Raisya yang menggeliat dengan kedua tangan menempel di setiap pipinya.

'Apa yang terjadi padanya? Dia terlihat seperti cacing saja.' Batin Robi sambil mengernyitkan dahinya.

Wajar saja dia kebingungan, sebab yang dikatakan olehnya itu murni kejujuran tanpa ada niatan untuk menggodanya. Tapi, siapa sangka bahwa Raisya akan begitu bahagia dengan kejujurannya.

Saat mereka sedang sibuk dengan pemikiran masing-masing, tiba-tiba terdengar suara gebrakan meja yang tentunya berasal dari meja mereka. 

Secara serempak mereka langsung menoleh ke samping dan mendapati dua pria sedang memasang wajah sok sambil menjilati bibir atasnya ketika melihat sosok Raisya.

"Halo cantik, sendirian aja?" Ucap salah satu pria mengabaikan keberadaan Robi.

Tanpa mereka ketahui bahwa sedari awal Robi telah menatap tajam ke arah mereka sambil berpikir, 'Mulut mereka baunya seperti sampah masyarakat.'

Terpopuler

Comments

ardi 26

ardi 26

makin seru nih

2023-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!