Sesampainya di depan rumah, Robi kembali melihat tubuhnya yang sebelumnya terkena tusukan. Tapi alangkah terkejutnya dia ketika melihat luka nya sudah pulih, dan juga pakaian dia yang semula terkena noda darah, kini telah kembali bersih.
Di dalam hatinya dia bersyukur sekali, dan terus berterimakasih kepada Sistem yang telah membantunya secara senang hati.
"Terimakasih Sistem, entah bagaimana aku harus membayar jasa mu!" Robi itu berterimakasih dengan suara rendah supaya tidak terdengar ke dalam rumahnya.
[Anda harus membayar jasa saya dengan kebahagiaan anda sendiri!]
Kalimat tak terduga dikeluarkan oleh Sistem, yang membuat Robi semakin bahagia serta merasa bersyukur telah memiliki partner sepertinya.
Setelah itu dia mengumpulkan nafasnya untuk meningkatkan rasa percaya diri agar tidak merasa gugup ketika bersama dengan ibunya. Selesai itu kemudian tangannya secara perlahan membuka pintu dan berharap tidak menghasilkan suara berderit yang begitu bising, karena Robi tidak ingin menganggu tidur nyenyak ibunya.
*Ngieek...
Pintu terbuka, dan Robi langsung disambut oleh wanita yang terlihat berusia sekitar 40 tahunan, dengan rambut hitam yang sudah tercampur uban putih. Kini wanita itu sedang berjalan seperti setrika dengan wajah yang gelisah.
Tapi ketika mendengar suara pintu yang terbuka, wajahnya perlahan kembali berseri ketika melihat anaknya sudah pulang dalam keadaan baik-baik saja. Wanita itu langsung berlari ke arah Robi sambil berlinang air mata, dia bersyukur dan sangat bersyukur karena anaknya telah pulang dengan selamat.
Mendapatkan pelukan hangat yang secara tiba-tiba, membuat Robi menjadi terkesiap, tapi kemudian wajahnya mulai melemas dan menunjukkan ekspresi lembut. Saat tangannya hendak membalas pelukan ibunya, tapi tiba-tiba wanita itu langsung melompat kebelakang dengan wajah yang begitu panik.
"Ma-maafkan ibu..." Ucap wanita tersebut merasa bersalah serta takut tersirat diwajahnya.
Awalnya Robi merasa sakit hati ketika melihat reaksi ibunya, namun perlahan dia memahami alasan dibaliknya. Mengingat tindakan tidak terpuji nya di masa lalu, membuat hati Robi merasa iba ketika melihat reaksi ibunya yang begitu ketakutan.
Dia mengutuk dirinya sendiri di dalam hatinya, dan secara perlahan melebarkan kembali tangannya sambil berkata, "Ibu kenapa menjauh? Padahal anakmu ini ingin memeluk ibu sebagai ucapan selamat datang..." Robi bertanya sambil berekspresi lembut dengan senyum hangatnya.
Melihat anaknya yang tiba-tiba menjadi baik, membuat hati wanita tersebut menjadi bahagia, namun takut juga karena di masa lalu, dirinya pernah diperlakukan seperti ini tapi berujung dengan... ah lupakan.
"Tidak apa ibu, coba terima saja pelukan anakmu ini!" Seolah memahami keraguan ibunya, Robi kembali membujuk wanita tersebut sambil meyakinkan bahwa dirinya tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak.
Tentu saja, melihat kepribadian anaknya yang tiba-tiba berubah, pasti ada sedikit keraguan dalam hati. Namun, wanita tersebut masih meyakinkan dirinya bahwa anaknya telah berubah, dan karena itu dia bisa melangkah ke arah Robi dengan bermodalkan kepercayaan seorang ibu kepada anaknya.
Saat jaraknya dengan wanita tersebut mulai mendekat, Robi langsung menarik tubuh ibunya ke dalam dekapannya hingga membuat ibunya menjadi terkejut dengan mata terbelalak.
"... N-nak?" Wanita tersebut mencoba untuk bertanya, tapi dirinya tidak mendapatkan jawaban pasti dan hanya merasakan perasaan dari pelukan hangat yang perlahan mulai mengencang.
"Tolong... biarkan aku seperti ini terlebih dahulu...." Mencoba untuk tidak menangis, Robi memohon kepada ibunya meskipun suaranya terdengar begitu gemetar.
'Ish, apa yang dipikirkan olehku hingga merasa ragu dengan ketulusan anakku sendiri!' Pikir wanita tersebut ketika menyadari bahwa anaknya sedang menahan tangisannya.
Perlahan wanita tersebut mulai memeluk kembali tubuh anaknya dengan erat, sambil mengelus-elus punggung besar anaknya.
"Maafkan ibu, nak..." Ucap wanita tersebut dengan lembut, namun dibalas dengan penolakan mentah-mentah dari Robi.
"Tidak! Disinilah aku yang salah! Ibu tidak salah sama sekali! Jadi, maafkan aku... maafkan..." Jawab Robi penuh penolakan, tapi berujung dengan meminta maaf. Dia juga sudah semakin tak kuasa untuk menahan tangisannya.
"Tidak apa nak, tidak apa..." Jawab wanita tersebut dengan hati yang penuh kebahagiaan karena anaknya sudah kembali menjadi anak yang baik.
Meskipun wanita itu bukanlah ibu aslinya, tapi Robi berpikir bahwa tidak ada salahnya untuk menganggapnya sebagai ibu aslinya. Sebab di dunia sebelumnya dia berprasangka bahwa dirinya telah dibuang oleh keluarganya sendiri, dan itu yang membuatnya tidak menganggap bahwa dirinya memiliki sebuah keluarga kecuali kakeknya sendiri.
Dan juga di dalam ingatan barunya dia bisa melihat kejahatan Robi terhadap ibunya sendiri, meskipun wanita itu sudah berusaha untuk selalu membuat anaknya bahagia. Hal itu juga yang membuat Robi yang sekarang menjadi sangat menyesal, di dalam lubuk hatinya dia sangat menaruh penyesalan yang begitu besar. Hingga pada akhir rasa penyesalan itu bisa tersampaikan dengan baik saat ini.
Momen itu berjalan hingga sepuluh menitan, setelah itu Robi yang sudah menangis hebat disuruh oleh ibunya untuk duduk di ruang makan dan makan bersama dengannya setelah sekian lama sudah tidak melakukan itu.
Dengan senang hati Robi menerimanya, tapi sebelum itu dia harus mencuci wajahnya yang sudah membengkak karena menangis.
"Hahaha, aku terlalu banyak menangis..." Ucap Robi ketika memandangi wajahnya yang terpantul dari cermin.
[Menurut saya itu sangat cocok untuk anda, Tuan!]
Tiba-tiba muncul suara Sistem yang datang untuk mengejek Robi.
"Kamu ini ya..." Robi merasa kesal namun lucu juga dengan kondisinya sendiri, jadi dia mengabaikan ejekan Sistem kepadanya.
[Terakhir kali anda menangis itu sejak kapan, Tuan?]
Tanya Sistem membuat Robi menjadi berpikir keras untuk mengingat momen terakhir kalinya dia menangis.
"Aku tidak tahu pasti, tapi kurasa saat masih kecil. Saat itu aku menangis karena merasa iri dengan anak-anak lain yang selalu bermain dengan keluarga mereka. Hanya itu yang kuingat." Robi menjawabnya dengan kurang yakin karena ingatannya sedikit samar-samar.
[Begitukah? Tapi apakah anda saat ini sudah merasa bahagia?]
"Tentu saja, aku selalu bersyukur karena Robi yang asli sudah mati, dan juga aku harus berterimakasih kepadanya karena telah mati." Robi menjawabnya dengan senyuman bahagia, tapi kebahagiaannya langsung terhenti ketika mendengar penjelasan dari Sistemnya.
[Anda keliru, Tuan. Sebenarnya Robi yang asli tidak mati, namun jiwanya di kirim ke dunia anda dan memasuki tubuh anda yang tergeletak di tepi jalan.]
Mendengar itu Robi merasa terkesiap, tapi dengan segera dia menyeringai lebar seolah sedang bahagia.
"Apakah ingatannya terbawa?" Tanya Robi sebelum melanjutkan kebahagiaannya.
[Tentu saja, karena saya tidak sempat untuk menghapus ingatan miliknya.]
Jawaban dari Sistem membuatnya semakin berbahagia, dia tersenyum lebar dan hendak untuk tertawa, tapi ibunya tiba-tiba berteriak.
"Nak, cepat makan sini!" Ucap ibunya menyuruh dia untuk segera keluar dari kamar air.
"Baik Bu!" Jawab Robi. Kemudian dirinya keluar dari kamar air dengan seringai yang sudah menghilang, tapi di dalam hatinya dia selalu bersyukur sekaligus mengutuk Robi yang asli.
'Hahaha, makanlah hidup sebagai gelandangan, wahai a-n-a-k m-a-n-j-a!' Pikir Robi sambil menarik punggung kursi untuk memulai makan malamnya bersama dengan sang ibu tersayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments