Di dalam jalan yang sedikit sunyi, tampak tiga pria sedang melakukan pertarungan yang dimana situasinya adalah satu melawan dua, dan tentu saja protagonis kita adalah pria yang berada di pihak tidak diuntungkan.
Dia mencoba menghindari dua serangan yang datang dengan waktu yang sama, apalagi di masing-masing tangan mereka terdapat sebuah parang yang sepertinya bisa memenggal kepalanya.
Hal itu membuat dia sangat kewalahan, terutama tubuhnya yang selama ini tidak pernah dilatih dalam bela diri, sebab semua yang dilakukannya saat bertarung itu murni dari insting seorang samsak tinju.
Jadi, jika dihadapkan dengan situasi seperti ini, dirinya hanya bisa terus menghindar tanpa bisa melakukan perlawanan.
Sebenarnya Robi sangat ingin segera pergi dari tempat itu, namun dirinya merasa kasihan dengan wanita yang sedari tadi terduduk dengan tangan menyilang menutupi kedua gunungnya yang sudah tidak ada sehelai benang pun.
Situasi tersebut terjadi karena Robi telat beberapa menit, saat dirinya tiba, dia bisa melihat wanita malang itu sudah telanjng dada. Robi yang menyadari keterlambatan dirinya menimbulkan sebuah bencana, tanpa pikir panjang dia langsung berlari ke arah mereka, lalu memukul dua pria yang masing-masing dari mereka mencengkram kuat pergelangan tangan wanita tersebut.
Entah bodoh ataupun bego.
Robi memukul kepala kedua pria tersebut dengan tangan kosong saja, dan itu tidak berdampak besar pada kondisi kedua pria tersebut. Mereka hanya terdorong beberapa meter setelah itu berbalik dan melihat Robi yang datang layaknya pahlawan.
Tentu saja mereka langsung kesal karena kesenangannya harus terusik oleh pria asing yang sok-sokan menjadi pahlawan. Tanpa diketahui oleh Robi, mereka langsung melesat dengan parang yang tergenggam erat di tangan kanan mereka.
Robi tidak mengetahui bahwa sedari awal, kedua pria tersebut sudah menyimpan parang di pinggang mereka. Memukul mereka dengan tangan kosong dengan harapan bisa membuat kedua pria tersebut pingsan merupakan tindakan yang salah.
Tampaknya sekarang situasi sudah terbalik yang dimana Robi sedang tersudut dan berharap bisa melakukan serangan balik yang begitu fatal. Sebab, kakinya sudah terasa begitu lemas karena harus terus dipakai untuk mundur tanpa hentinya.
Dia melakukan itu bukan karena terpaksa, karena jika tidak, maka nyawanya akan melayang dengan konyolnya. Nasib seperti itu sebisa mungkin harus dihindari olehnya, karena dia baru saja berpindah tubuh dengan harapan bisa memiliki nasib yang lebih baik.
Namun, jika dirinya mati untuk saat ini juga, maka semuanya bagaikan sebuah lelucon. Menyia-nyiakan kesempatan besar seperti itu bukanlah moto hidupnya.
Kembali lagi kepada kondisi dalam pertarungan.
Kedua belah pihak sudah merasakan lelah karena harus melakukan serangan dan menghindar tanpa hentinya. Di satu sisi kedua pria tersebut tidak ingin memberikan sebuah kesempatan untuk Robi, karena mereka juga sadar bahwa dengan fisik yang berisikan oleh otot seperti itu, maka bisa dipastikan satu pukulan bisa menyebabkan sebuah luka fatal. Hanya saja, Robi tidak bisa memanfaatkan kelebihannya sendiri.
Sedangkan untuk Robi, seperti yang dijelaskan sebelumnya, dia tidak bisa melakukan serangan balik karena tidak pernah sekalipun dia melihat sebuah kesempatan yang bisa membuat situasi menjadi berbalik.
Dia hanya bisa mengandalkan reaksi tubuhnya untuk membuat lawan kelelahan seperti yang pernah dilakukannya saat bertarung dengan para algojo asing di hari lalu.
"Bang, bang, hentikan itu bang... berikan aku sebuah kesempatan, maka Abang bisa menjadi lebih tenang..." Ucap Robi disela-sela pertarungan dengan suara yang sedikit bergetar.
Masih melakukan tebasan acak, salah satu pria tersebut membuka mulutnya untuk menjawab perkataan dari Robi.
"Ya, kamu benar. Kita bisa tenang dengan memberikan sebuah kesempatan padamu, dan ketenangan itu merupakan sebuah kekalahan!" Diakhir kalimat pria tersebut langsung melancarkan sebuah serangan tajam yang terarah secara vertikal tepat di atas kepala Robi.
Serangan yang mendadak berubah tempo tentu saja membuat Robi menjadi mati langkah. Secara tidak sadar, tangannya terangkat dan menahan parang tersebut dengan cara menangkap kedua sisinya.
Dia selamat!
Kalimat itu akan cocok jika Robi sedang melakukan pertarungan satu lawan satu. Namun, karena sekarang dirinya sedang melawan dua orang, maka dengan tindakan yang dilakukan itu membuat pertahanannya menjadi hancur, celah besar terdapat diberbagai titik.
Tentu saja itu dimanfaatkan oleh pria satunya yang melancarkan dua serangan, dia menebas bagian sisi perut dan juga paha Robi yang merupakan titik penting untuk diberikan sebuah luka fatal.
Sebab, dengan adanya luka itu, Robi akan kehilangan keseimbangannya saat sedang bertarung. Tapi, mereka tidak pernah menyadari bahwa Robi memiliki kartu As yang baru saja teringat olehnya.
Setelah mendorong parang pertama, Robi langsung merogoh inventori Sistem untuk mengambil sebuah senjata yang didapatkan olehnya dari hadiah tugas. Setelah senjata itu berada di tangannya, dia langsung menodongkan senjata tersebut ke arah kedua pria di depannya.
Tindakannya langsung membuat kedua pria tersebut menjadi terkejut, dan tanpa disadari bulir-bulir keringat mulai bermunculan. Dengan mata yang melebar, salah satu pria itu membuka mulutnya, suara yang dikeluarkan olehnya begitu bergetar. Mungkin karena ketakutan.
"Di-dimana... dia... mendapatkan senjata itu...!!" Ucap pria tersebut tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.
"D-desert eagle!!" Seru pria satunya, lalu setelahnya dia berbalik dan berlari untuk menghindari nasib mengenaskan, tentu saja tindakan itu diikuti oleh temannya.
Namun, belum sampai puluhan langkah, tiba-tiba terdengar beberapa kali dentuman keras yang pastinya itu berasal dari tembakan pistol yang dimiliki oleh Robi.
Tembakan itu menembus kepala dari kedua pria tersebut hingga membuat mereka mati ditempat. Namun Robi tidak berhenti sampai disitu, sebab dirinya langsung bangkit kemudian menghampiri mayat lawannya dan langsung menembakkan kembali pelurunya kearah yang sama, yakni kepala.
Kekejaman itu terjadi karena Robi tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri, hingga dia tidak menyadari bahwa masih ada seseorang yang melihat tindakannya, seseorang itu adalah wanita malang yang dibantu olehnya.
Dia hanya bisa menelan ludah dengan tubuh gemetar hebat, namun meski begitu tangannya masih mencoba untuk menutupi bagian paling sensitif dari gunungnya.
Robi kembali tersadar dari nafsu membunuhnya ketika selesai menembakan puluhan peluru yang dimiliki oleh senjatanya. Setelah itu dia langsung teringat bahwa niat awal dirinya itu untuk menolong seseorang, tapi karena dia mendapatkan luka yang lumayan, tiba-tiba kesadarannya langsung menghilang dan digantikan oleh hawa nafsu yang memerintahkan dirinya untuk terus melakukan penyiksaan, meskipun lawannya sudah menjadi mayat dari tembakan pertama.
'Sial, aku terlalu tenggelam dalam kenikmatan...' Robi merasa telah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan olehnya.
Dengan kepala yang berat, dia menoleh ke arah samping dengan harapan bahwa pemikirannya itu tidak tepat. Namun, hal itu hanyalah sebuah harapan, karena saat kepalanya sudah menoleh dengan sempurna, matanya langsung menangkap sebuah sosok perempuan yang kini sedang menahan rasa takut sambil terduduk tidak berdaya di atas trotoar jalanan.
"Hehe... apakah dengan memukul kepalamu aku bisa membuatmu menjadi amnesia?" Tanya Robi sambil tersenyum canggung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments
Khafa
lanjut crazy upnya tor
2023-02-10
1