Misi yang mudah

"Ibu aku pergi dulu, cuma sebentar saja, kok!" Robi meminta izin kepada ibunya sambil memasangkan sepatunya.

Melihat anaknya sedang terburu-buru, wanita itu mengernyit heran dan juga panik karena takutnya anak dia sedang dalam masalah yang tidak ingin diketahuinya.

"Ada apa, nak? Kenapa kau begitu panik?" Tanya wanita tersebut sambil perlahan menghampiri anaknya.

Robi menoleh lalu memberikan senyuman tipis, setelah itu dia berdiri dan menyalami punggung tangan ibunya.

"Tidak apa Bu, aku hanya akan melakukan jogging!" Ucap Robi meyakinkan ibunya, dia berbalik lalu berlari sambil melambaikan tangan ke arah ibunya yang masih merasa khawatir.

'Semoga dia tidak melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya lagi…' Pikir wanita tersebut sambil menahan rasa khawatirnya.

Sedangkan untuk Robi, dia masih berlari sekencang mungkin dan dirinya tidak memiliki kendala, karena tubuhnya sudah sangat terlatih, berlari pun terasa sangat ringan meskipun tubuhnya lumayan tinggi dan besar. 

Yang jadi hambatan baginya adalah mencari keberadaan Nenek tua yang dimaksud oleh tugasnya. Karena letak pasar itu sangat dekat dengan rumahnya, dia tidak terlalu memakan banyak waktu untuk sampai ketempat nya.

Namun, saat berada di pasar, dia bisa melihat sekumpulan orang-orang sedang berlalu lalang, ada juga yang sedang tawar menawar dengan pedagang. Hal itu membuat Robi menjadi kesusahan untuk mencari keberadaan Nenek tersebut.

Dalam keadaan gelisah, tiba-tiba terbersit suatu kemungkinan di benaknya, dia langsung berlari mengikuti feeling nya meskipun itu belum tentu keputusan yang tepat.

'Aku tidak peduli, tapi kejahatan tidak mungkin dilakukan di tempat terbuka! Hanya inilah satu-satunya pilihan yang pasti!' Pikir Robi sambil berlari melewati kepadatan pasar kala itu.

Selang beberapa waktu, akhirnya dia sampai di tempat yang diyakininya. Tanpa pikir apapun lagi, Robi langsung berlari mencari keberadaan Nenek tersebut, hingga pada akhirnya dia bisa menemukan seorang Nenek-nenek sedang berjalan di jalan yang lumayan sepi, tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya, namun bukan berarti jalan yang dilewati olehnya merupakan jalan kosong.

"Waktu masih tersisa 1 menit, maka bisa dipastikan bahaya itu belum datang!" Robi merasa bersyukur ketika melihat sisa waktu yang dimilikinya, tapi tanpa membuang waktu lagi dia langsung berlari ke arah Nenek tersebut dan memperlambat langkahnya ketika berada hampir berdekatan dengan Nenek tersebut.

Untuk saat ini Robi tidak bisa mengambil keputusan gegabah seperti membawa Nenek tersebut lari menjauh dari tempat itu, karena Robi sendiri masih belum yakin dengan keberadaan penjahat yang bisa saja berada di depan atau mungkin juga di belakang mereka.

Sudah berjalan selama 1 menit, dan durasi dari tugasnya sudah habis. Dia sangat yakin lagi bahwa dirinya telah berhasil menyelamatkan Nenek tersebut, karena notifikasi yang muncul di depannya menjadi penentu.

[Selamat, anda telah menyelesaikan tugas perdana anda! Performa dan keputusan anda yang begitu berani namun bijak itu menambah kesan bahwa anda sangatlah hebat!]

[Anda berhasil mendapatkan: Cincin Berlian 1 dan Uang sebesar Rp 10.000.000.00 berhasil di transfer ke dalam rekening anda!]

[Terima Kasih atas kerja keras anda!]

Melihat notifikasi itu membuat senyuman Robi menjadi tidak terkontrol, hatinya sangat bahagia hingga bisa membuatnya meloncat kegirangan. Tapi gelagat anehnya dihentikan ketika terdengar suara seorang wanita tua sedang berbicara kepadanya.

"Robi? Apa itu kamu, nak?" Tanya wanita tua tersebut membuat Robi terkejut.

Robi mendongak dan bisa melihat seorang nenek tua sedang berdiri di depannya, nenek tua itu sangat familiar bagi Robi namun dirinya tetap tidak bisa mengingat wajah dari wanita tua tersebut.

Tapi, ketika mencoba keras untuk mengingat-ingat, tiba-tiba di dalam benaknya muncul ingatan yang sudah lama terpendam. Setelah mengingat Nenek itu, dia langsung tersenyum lebar kemudian menghampiri Nenek itu sambil bertanya kepadanya.

"Apa itu anda Nenek Sarah?" Tanya Robi sambil tersenyum lebar karena bahagia bisa bertemu dengan Sarah setelah sekian lama tidak melihatnya.

"Kamu benar-benar Robi?" Sarah mencoba memastikan.

"Benar Nek, ini aku, Robi!" Jawabnya sambil mencoba untuk menyalami Sarah.

Setelah itu, Nenek Sarah langsung memeluk Robi karena dia juga merindukannya, dan Robi menerima pelukan itu dengan senang hati.

"Nenek kenapa ada disini? Apa Nenek baru saja dari pasar? Ish, kenapa tidak mampir saja dulu ke rumahku, dan aku akan membantu Nenek untuk pulang kerumah sambil membawa barang belanjaan Nenek yang terlihat begitu berat." Robi berkata dengan jujur, sebab dia juga ingin membantu Sarah karena barang belanjaannya terlihat begitu berat untuk dibawa oleh Nenek tua sepertinya.

"Hahaha, Nenek tadinya hendak mampir ke rumahmu, tapi Nenek lupa jalannya, hahaha!!" Jelas Sarah diakhiri dengan tawa yang dipaksakan.

Melihat itu, Robi hanya bisa tersenyum, kemudian membalas, "Kenapa Nenek tidak diantar jemput oleh supir Nenek? Betapa kejamnya mereka menelantarkan Nenek kesayanganku!" Robi pura-pura marah tapi memang benar jika dirinya sangat menyayangi Sarah seperti Neneknya sendiri.

"Itu dia Robi! Nenek awalnya berniat untuk mampir ke rumahmu hendak untuk menjenguk kamu dan ibumu, Dina. Karena itu, Nenek berkata kepada supir keluarga untuk tidak menjemput Nenek, karena Nenek hanya ingin diantarkan olehmu!" Ucap Sarah seperti anak kecil yang mencoba untuk mandiri.

"Baiklah kalau seperti itu, Nenek mau mampir kerumah saya? Nanti pulangnya, saya akan mengantar Nenek ke rumah, ya?" Ucap Robi.

"Tentu saja Nenek akan mengikuti mu, Robi!" Jawab Sarah dengan suara tinggi karena merasa sedang bahagia.

Setelah itu Robi menawarkan bantuannya untuk mengangkat belanjaan Sarah, lalu berjalan kembali ke arah menuju rumahnya berada.

Nenek Sarah, merupakan Nenek dari Lidya, mantan kekasih Robi. Mereka selalu bertemu ketika Robi bermain ke rumah mantan kekasihnya itu. Perlahan demi perlahan mereka semakin akrab, meskipun Robi yang asli sangat merasa terganggu oleh keberadaan Nenek Sarah. Tapi dirinya tetap mencoba untuk meladeni semua perkataan dari Neneknya itu, karena menurutnya dengan cara itu dirinya akan mendapatkan restu dari Nenek Sarah.

Berbeda dengan Robi asli, kini perasaan Robi benar-benar murni merindukan Nenek Sarah, karena perasaan di dalam hatinya tidak bisa berbohong meskipun dia hanyalah jiwa yang memasuki tubuh orang lain. Keanehan itu tentu saja disadari olehnya, tapi Robi mencoba untuk menghiraukannya karena tidak merasa terganggu oleh perasaan aneh tersebut.

Sesampainya di rumah Robi, mereka langsung memasuki rumah sederhana tersebut, namun dengan kaki tanpa alas meskipun Sarah biasanya selalu memakai alas kaki jika berada di rumahnya. Tapi dia tetap menghargai aturan seseorang karena itu adalah sesuatu yang harus diterima dengan senyuman.

"Ibu, aku kembali!" Teriak Robi untuk memberitahu kepulangannya.

Tak selang beberapa detik, tibalah Dina sambil memegang sodet ditangan kanannya. Sepertinya dia sedang memasak sesuatu.

"Selamat datang kembali Robi..." Kalimatnya terhenti ketika melihat sesosok Nenek tua sedang melambaikan tangan kearahnya. "Bu Sarah!?" Jelas Dina merasa terkejut dengan kedatangannya, karena tidak hanya Robi, Dina juga akrab sekali dengan Nenek tua itu.

"Halo Dina!" Ucap Sarah sambil tersenyum lebar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!