"Maaf nak, ibu hanya bisa memasak ini saja…" Ucap wanita tersebut dengan raut wajah sedih.
Di atas meja makan berbentuk persegi panjang, terdapat dua telor ceplok dengan dua piring nasi putih. Namun, bukannya mengeluh, Robi malah tersenyum kemudian mengambil salah satu piring berisikan nasi putih, lalu disimpan lah satu telor diatasnya. Setelah itu dia berikan kepada ibunya yang sedang duduk berhadapan dengannya.
"Kenapa ibu berkata seperti itu? Tidak apa, makanan seperti ini saja sudah bisa memuaskan perut. Justru aku yang harus meminta maaf kepada ibu karena harus makan makanan seperti ini setiap harinya, dan aku hanya bisa mengeluh serta menghabiskan uang saja… maafkan aku…" Robi awalnya tersenyum, tapi diakhir kalimat dia tampak sedih, wajahnya murung menandakan penyesalannya.
Melihat perubahan drastis dari kepribadian anaknya, wanita itu tersenyum dan tak henti-hentinya untuk terus bersyukur. Dengan wajah yang tampak bahagia, wanita itu berkata, "Kamu hanya perlu hidup bahagia, jangan terlalu memikirkan nasib ibu, karena sejujurnya ibu bahagia ketika melihat kamu bahagia, ibu juga merasa kenyang ketika melihat kamu kenyang. Jadi, tak usah menghiraukan nasib ibu—"
"Tidak mungkin aku seperti itu! Aku adalah anak ibu dan sudah kewajiban aku untuk membalas budi kebaikan ibu! Aku juga sudah besar, mulai esok aku akan mencari pekerjaan yang layak dan akan terus mencoba untuk membuat ibu bahagia. Ibu jangan berpikiran seperti itu, tunggu sajalah aku akan membahagiakan ibu dengan jerih payah ku sendiri!" Sebelum kalimat wanita itu terselesaikan, Robi sudah memotongnya dengan mengatakan semua tujuan serta tekadnya yang sudah menjadi bulat besar.
Tentu saja melihat anaknya sudah tumbuh menjadi dewasa, wanita itu merasa senang, di tak kuasa untuk berhenti tersenyum, wajahnya seolah sudah membeku dan harus terus menunjukkan kebahagiaannya.
"Baiklah, baiklah. Ibu tunggu janji kamu, tapi kamu jangan memaksakan diri! Karena ibu tidak akan merasa bahagia jika melihat anak semata wayang ibu harus memaksakan dirinya, oke?" Tanya wanita tersebut mendapatkan anggukan sebagai jawaban.
Setelah itu mereka melahap makanan yang sudah tersedia dengan sunyi, dan hanya terdengar dentingan dari setiap pergerakan sendok makan. Hingga butuh waktu beberapa menit, makanan mereka sudah ludes habis.
Selesai makan, ibunya langsung mengambil piring bekas dari Robi, namun segera dihentikan olehnya dan Robi menggelengkan kepalanya untuk menghentikan tindakan ibunya.
"Ibu istirahat saja, oke? Untuk hari ini dan seterusnya, jika aku berada di rumah, maka aku yang akan mengurus dan menjaga ibu serta rumah ini." Tegas Robi.
"Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan minum untuk ibu. Dan ibu duduk saja terlebih dahulu selagi aku mengambil minum, ya?" Lanjutnya kemudian beranjak dari kursi dan berjalan ke arah dispenser dengan dua gelas bening berada di kedua tangannya.
Butuh waktu singkat untuk Robi kembali lagi ke meja makan dan memberikan gelas yang berisikan air galon kepada ibunya.
"Ini! Ibu minum dulu, setelah itu tidur, ya? Hari sudah terlalu larut untuk ibu berjaga." Ucap Robi mengkhawatirkan ibunya.
Wanita itu menerima gelasnya lalu meneguknya secara perlahan. Setelah itu dia meletakkan gelasnya di atas meja makan, dan menatap Robi yang masih berdiri didekat nya.
"Baiklah, ibu akan tidur dulu. Kamu juga, jangan tidur terlalu malam!" Ucap wanita itu sambil perlahan mencoba untuk berdiri dan dibantu oleh Robi yang menopang tubuh ibunya.
"Iya ibu. Aku akan tidur sebentar lagi setelah ibu tertidur." Jawab Robi sambil tersenyum.
Setelah itu Robi membantu ibunya berjalan ke kamarnya, dan selesai melakukan semuanya, dia langsung pergi ke kamarnya sendiri untuk mengistirahatkan tubuh serta mentalnya yang masih terguncang karena rasa gugupnya ketika berhadapan dengan ibunya sendiri.
Dia berbaring di atas ranjangnya, lalu berbicara dengan Sistem untuk menanyakan ini itu supaya Robi bisa mengetahui situasi yang sedang dialaminya.
"Hei, kenapa aku bisa jadi seperti ini? Dan apa-apaan semua ini?" Pertanyaan Robi penuh dengan rasa penasaran.
[Tuan tidak perlu khawatir, situasi ini karena takdir anda yang menuntunnya. Saya sudah diciptakan oleh ayah di ratusan ribu tahun silam, dan bisa dipastikan jika saya sudah berusia sekitar ratusan ribu. Juga, anda adalah satu-satunya tuan saya hingga saat ini. Jika anda khawatir dengan apa yang terjadi, maka tidak perlu memikirkan hal itu, karena setiap langkah nasib yang anda dapatkan akan memberikan kebahagiaan untuk anda sendiri.]
Jelas Sistem panjang lebar, dan kali ini Robi bisa memahaminya karena otaknya yang sekarang sudah memiliki performa baik.
"Begitukah? Aku memahami maksudmu, tapi kurasa ada yang tidak dipahami olehku. Ah lupakan, aku hanya ingin tahu kegunaan dan tujuanmu saja." Tanya Robi merasa sudah sangat mengantuk.
[Saya hanya perantara saja, Tuan! Tapi, jika anda ingin mengetahuinya, maka akan saya jelaskan:
Tugas, setiap tugas yang saya berikan akan memiliki hadiah secara acak, namun memiliki hadiah pasti, yakni; Uang.
Untuk jadwal munculnya sebuah tugas, tidak bisa dipastikan karena tugas akan selalu muncul dalam keadaan mendesak.]
[Dunia yang anda tempati saat ini merupakan dunia paralel; Dunia salinan yang sama seperti bumi, namun memiliki beberapa perbedaan. Di dunia ini tingkat kriminalitas sangat tinggi dibandingkan dengan bumi. Namun, bukan bersedih dunia ini sangat berbahaya, sebab di dunia ini masih terdapat orang-orang baik bertebaran di luar sana.]
Semua penjelasan Sistem di dengarkan dengan baik oleh Robi, meskipun rasa kantuk sudah menyerangnya secara bertubi-tubi. Selesai Sistem menjelaskan, dirinya langsung bergumam.
"Sepertinya jalanku tidak akan mudah…" Gumam dirinya lalu setelahnya langsung tertidur pulas.
[Tapi saya yakin anda akan bisa menjalaninya dengan baik seperti di kehidupan yang sebelumnya…]
Karena Robi sudah tertidur, dia tidak bisa mendengarkan perkataan Sistem yang membingungkan, namun di dalam suaranya terdapat kelembutan seperti seseorang yang sedang menyemangati kekasihnya.
Namun tentu saja Sistem itu bukanlah manusia yang memiliki hati, dia hanyalah sesuatu yang sudah diprogramkan layaknya salinan dari manusia tapi tidak memiliki bentuk. Meskipun kekuatannya dan kepintarannya bisa melebihi setiap manusia yang ada…
***
Matahari sudah menunjukkan keberadaannya, dia telah sedikit terangkat dan membangunkan seorang pria yang kini sedang tertidur pulas. Pria itu tentu saja Robi si anak baik.
Merasa sudah waktunya untuk bangun, otaknya memerintahkan semua otot untuk memulai pekerjaan mereka, kesadaran sudah pulih sepenuhnya dan pada akhirnya Robi telah terbangun dari tidur indahnya.
Dia membukakan matanya, pandangannya masih terlihat samar-samar, kemudian dirinya mengucek kedua matanya dengan segenap hati.
"Sudah pagi kah…?" Gumamnya tapi tiba-tiba membelalakkan matanya kemudian dengan cepat dia berlari keluar kamar dengan ekspresi seperti sudah terlambat sekolah.
"Sial, aku lupa beres-beres rumah!" Lanjutnya penuh kepanikan, tapi saat dirinya membuka pintu kamarnya, bisa terlihat seorang wanita sedang duduk manis di sofa yang sudah sedikit koyak.
Menyadari seseorang sedang menatapnya, wanita itu menoleh lalu melihat Robi yang baru saja bangun tidur dengan sambutan selamat pagi yang berupa senyuman hangat.
Melihat wanita tersebut Robi hanya bisa pasrah, dia menghela nafasnya, kemudian membalas sambutan itu dengan senyumannya yang terpaksa.
'Kurasa aku akan tidur lebih cepat dari biasanya…' Pikirnya merasa menyesal dan kasihan ketika mengetahui bahwa ibunya sudah bangun lebih awal darinya, dan membersihkan rumahnya, padahal kemarin malam Robi berjanji untuk meringankan beban ibu.
Setelah saling bertegur sapa dengan ibunya, Robi langsung pergi ke kamar air untuk mandi, karena kemarin malam dia belum sempat untuk melakukan itu.
Saat sedang mengguyur air ke tubuhnya, mata Robi tiba-tiba menangkap sebuah layar biru sedang melayang di depannya dengan bertuliskan:
[Tugas: Selamatkan Nenek tua yang baru saja pulang dari pasar, saat ini dirinya sedang dalam keadaan bahaya!]
[Durasi tersisa: 05.56 Menit.]
[Gagal: Tidak ada hukuman.]
[Berhasil: Hadiah acak 1× dan Uang sebesar 10.000.000.00]
Melihat notifikasi itu, Robi yang tubuhnya penuh dengan busa pun hanya bisa melongo tanpa berkedip meskipun busa dari sampo nya mengenai bola mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments