"Hei, bagaimana cara mengatasi situasi ini?" Tanya Robi kepada Sistem tentunya.
[Tuan membunuh mereka dengan sangat kejam…]
Bukannya menjawab pertanyaan Robi, Sistem malah merasa kagum dengan Tuannya yang bisa membunuh para pria berfisik besar hanya bermodalkan tinjuan saja.
"Ish… jangan malah terkagum seperti itu! Lebih baik bantu aku untuk menyembunyikan jejak kematian mereka!" Robi mendesak Sistem dengan kepanikannya.
[Haah… Tuan hanya perlu bakar mereka saja, jika tidak ingin melakukan itu, maka cincang saja mereka hingga tak memiliki bentuk dan suruh polisi untuk bermain puzzle dengan potongan-potongan tubuh mereka.]
"Ide menarik!"
Bukannya membantah, atau bagaimana. Robi malah menerima saran keji itu dengan senang hati, terutama senyumannya yang seolah telah mendapatkan ide bijak. Padahal hanya psikopet saja yang punya pemikiran seperti itu.
Namun, karena kepribadiannya sudah bercampur dengan kepribadian Robi yang asli. Jadi hal seperti ini tidak bisa terhindarkan meskipun Robi yang kini sangat baik hati jika bertemu orang yang menghargainya. Namun, jika seseorang meremehkan atau mungkin mengancamnya, maka kepribadian kejamnya akan terpicu dan terjadilah hal-hal yang tidak enak dipandang ini!
Setelah mendapatkan saran yang menurutnya sangat berguna, Robi pun langsung melakukan hal itu, dia merogoh saku jas setiap para algojo, hingga akhirnya dia menemukan sebuah belati tajam.
"Apa menggunakan ini saja cukup?" Tanya Robi kepada Sistem.
[Tenang saja, Tuan. Belati itu sangat tajam, bahkan berbeda dengan belati biasa.]
Jawab Sistem yang membuat Robi sangat bingung, dia mengernyit heran kemudian berkata.
"Hah? Lalu kenapa mereka tidak melawanku menggunakan ini?" Tanya kembali Robi sambil mengangkat belati tersebut.
[Nyali mereka sudah ciut duluan, Tuan. Jadi, saya sarankan kedepannya anda harus berhati-hati agar tidak terlalu membuat banyak masalah, sebab orang-orang disini tidak akan segan untuk membunuh atau bahkan menyiksa Tuan layaknya boneka.]
Jelas Sistem sangat membuat Robi ketakutan, dia sedikit bergidik ngeri meskipun kepribadian dia sudah berbeda dengan sebelumnya.
Memang, fisik dia begitu berisi dengan otot-otot, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kedepannya sesuatu seperti itu akan terjadi lagi. Karena seperti yang dikatakan oleh Sistem sebelumnya, dunia ini tingkat Kriminalitas nya begitu tinggi, jadi bukan hal yang tidak mungkin jika Robi bisa saja mati.
"Untuk saat ini aku jangan terlalu memikirkan itu, tapi untuk kedepannya, jika terus seperti ini, maka mau tidak mau aku harus membentuk sebuah kelompok sendiri." Gumam Robi, kemudian menarik satu persatu mayat algojo untuk dibawa ke semak-semak terkesan, karena untungnya tempat dia dekat dengan semak-semak.
Setelah semuanya selesai, dia langsung melakukan pemotongan dengan serius. Benar saja, ketika ujung bilah pisau itu mengenai kulit mayat, pisau itu langsung menembus kulitnya, padahal Robi tidak memakai kekuatan sama sekali.
"Wooah… benar-benar tajam…" Robi terkagum melihat aksinya sendiri.
Selesai itu, dia langsung menyimpan acak semua potongan tubuh para algojo untuk membingungkan para penyelidik. Dan tentu saja para mayat algojo sudah tidak memiliki pakaian maupun rambut, dengan itu sudah bisa dipastikan, yang akan dicari oleh tim penyelidik adalah sidik jarinya.
"Tapi tidak peduli, jika mereka datang untuk menangkap ku, maka aku akan membunuh mereka dengan cara yang sama… Astaga! Aku kenapa jadi psikopet gini, ya ampun…" Robi merasa kebingungan dengan jalan pikiran dirinya sendiri.
Dia menyadarkan dirinya dengan cara menampar diri sendiri, setelah merasa baikan, Robi mulai meninggalkan tempat tersebut memakai motornya, tentu saja.
Tak lama kemudian, motor tersebut sampai di rumahnya sendiri. Setelah memarkirkannya, Robi langsung turun dari motor, kemudian berjalan masuk ke dalam untuk makan sate bersama dengan ibunya.
"Ibu! Aku pulang!" Ucap Robi sambil berjalan ke dapur, dan di sana bisa terlihat ibunya sedang mencuci piring kotor.
Dina menoleh, kemudian memberikan senyuman hangat sebagai sambutan, setelah itu dia menghentikan gerakan tangannya dan menghampiri Robi yang kini sedang menenteng satu kresek dengan tusuk sate menonjol keluar.
"Selamat datang kembali… apa itu, Nak?" Tanya Dina ketika melihat anaknya sedang membawa makanan.
"Ini? Oh… ini sate, Bu. Tadi aku beli di tepi jalan saat dalam perjalanan pulang. Mari kita makan, aku akan mengambil piringnya terlebih dahulu." Ucap Robi kemudian menyimpan kreseknya di atas meja, dan berjalan menuju rak untuk membawa dua piring.
Setelah itu dirinya kembali lagi, dan menyimpan piringnya di atas meja, kemudian memindahkan sate nya ke masing-masing piring yang ada.
"Mari makan, Bu. Ibu yang itu, aku yang ini, ya?" Ucap Robi sambil menarik satu piring yang berisikan banyak sekali sate yang dipotong kecil-kecil. Sedangkan dirinya memberikan sate yang dipotong besar kepada ibunya.
"Nak? Kenapa kita tidak pakai nasi saja?" Tanya Dina hendak untuk berjalan ke arah Magicom.
Namun, Robi dengan segera menghentikannya. "Tidak perlu ibu. Kita akan makan tanpa nasi, karena niat aku membeli ini bukan untuk mengganjal perut, tapi untuk segera ngemil saja." Ucap Robi menjelaskan tujuannya.
Dina menoleh dengan wajah yang sedikit suram, "Tapi, Nak. Kita tidak boleh seperti itu!" Ucapnya.
Melihat reaksi ibunya, Robi hanya bisa menghela nafas panjang, "Ibu, kalau ibu lapar nanti aku bisa membelinya kembali. Tapi, untuk saat ini cobalah makan sate sebagai cemilan saja, oke?" Robi menjelaskan.
Mendengar perkataan anaknya, Dina tidak bisa untuk menolak tawaran nya, dia menarik kursi dan duduk diatasnya.
"Baiklah, tapi kamu jangan terlalu boros, oke?" Ucap Dina mengingatkan.
"Tentu saja, Bu. Ayo, mari kita makan segera!"
Setelah itu mereka memakan sate dengan penuh senyuman, baru pertama kali mereka memakan makanan seperti itu tidak memakai pendamping seperti nasi, sebab setiap makanan yang dibeli atau hendak untuk dimakan oleh mereka harus dipastikan mengenyangkan perut.
Selesai makan sate, dia membantu ibunya untuk membersihkan rumah, lalu setelah itu dirinya berinisiatif untuk membelikan ibunya sebuah ponsel pintar karena dia tidak ingin ibunya merasa bosan saat dirinya sedang berada di luar.
Dan juga, Robi ingin mengganti ponselnya yang sudah retak akibat pertarungan dia dengan selingkuhan Lidya.
Robi meminta izin kepada ibunya kembali, dan kali ini Dina mengijinkan dia tanpa menyimpan sedikitpun kekhawatirannya.
"Aku pergi dulu!" Ucap Robi sambil berjalan keluar.
"Hati-hati!" Teriak Dina mengingatkan.
Untuk saat ini, Robi tidak akan memakai motor, karena terlalu berbahaya jika dirinya menunjukkan keberadaan pada saat setelah Robi membunuh anggota kelompok yang diduga sebagai penjahat. Pastinya mereka akan mencari keberadaan Robi untuk melakukan balas dendam, tapi itu tak mungkin, sebab Robi akan memakai taksi! Hahaha!!
Dia sudah menghentikan satu taksi, dan berjalan ke arah gerai ponsel berada. Tapi tentu saja dia harus pergi ke mall, karena di sana dia bisa menemukan gerai yang terpercaya.
Butuh waktu lama untuk akhirnya Robi sampai di tempat yang dituju, dia sudah turun dan membayar ongkosnya. Dan tanpa mampir kesana-kemari lagi, Robi langsung mencari gerai ponsel yang diinginkannya.
Hingga pada akhirnya dia menemukan gerai yang berada tidak jauh dari pintu utama. Dia memasuki tempat itu, tapi langkahnya langsung terhenti ketika melihat dua orang yang sangat dikenali olehnya.
'Mereka…' Pikir Robi tak sempat berkata apapun, sebab dua orang yang dimaksud sudah menyadari keberadaannya.
"Waah… lihat siapa yang datang!" Ucap Lidya dengan penuh niat buruk, dia memandangi Robi dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Hah? Kenapa dia masih hidup!?" Berbeda dengan Lidya, pria yang diduga sebagai selingkuhannya dulu hanya bisa menatap tidak percaya dengan kondisi Robi yang masih bugar tanpa sedikitpun luka.
Sedangkan Robi yang sedari awal diam, hanya bisa menghela nafas pasrah, tapi dirinya tetap melanjutkan niatnya untuk membeli ponsel tanpa memperdulikan keberadaan dua orang tersebut.
'Kenapa harus ada jalngkote disini? Klise sekali…' Pikir Robi mengeluh kepada author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments
Dikaa
Baru sadar, ini terkesan maksudnya apa?
2023-02-18
1