"Hati-hati, Nak ...."
Wanita yang menjelang usia paruh baya itu menahan tubuh Citra, sehingga tubuh Citra tidak sampai terpelanting ke tanah. Bahkan sekarang, wanita menjelang paruh baya itu masih memeluk Citra sesaat.
"Hati-hati Cantik ... lihat itu, akar pohonnya juga kelihatan di tanah. Kalau berjalannya kurang hati-hati nanti kamu bisa jatuh," ucapnya dengan mengusapi punggung Citra.
"Terima kasih," jawab Citra yang sekarang nafasnya terdengar lebih menderu, dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca dan wajahnya memerah.
Citra hendak menangis, tentu karena nyaris jatuh. Selain itu, dia juga merasa kaget. Syukurlah ada orang yang sigap menolongnya sekarang ini.
Hingga terdengar derap langkah kaki dan memanggil Citra. "Citra, kamu tidak kenapa-napa kan Sayang?"
Ya, itu adalah Opa Tendean yang setengah berlari kala mengejar Citra tadi. Opa Tendean pun merasa terkejut dan begitu panik karena cucunya itu tiba-tiba berlari. Dari belakang, Opa Tendean juga melihat bagaimana Citra yang nyaris terjatuh. Untung saja, sekarang ada orang yang menolong Citra.
Mendengar suara Opanya, Citra pun segera berdiri dan memeluk Opanya. Di pelukan Opanya, barulah Citra meneteskan air matanya.
"Maafkan Citra, Opa ... Citra kurang hati-hati tadi. Citra lihat burung yang cantik itu dan ingin mendekat," balasnya.
Opa Tendean pun memeluk Citra dan segera menggendongnya. Lantas perlahan-lahan Opa Tendean berdiri dan kini kedua bola matanya bersitatap dengan wanita yang sudah menolong Citra itu. Ketika dua netra saling bersitatap, perasaan Opa Tendean tersentak. Mengapa rasanya wajah yang dia tatap sekarang sangatlah tidak asing.
"Di ... Dianti?"
Ya, Opa Tendean sangat yakin bahwa wanita itu adalah Dianti. Wanita yang pernah dia kenali lebih dari 25 tahun yang lalu. Lantas, kenapa sekarang bisa kembali bertemu dalam ketidaksengajaan seperti ini?
"Mas ... Dean?"
Wanita menjelang paruh baya itu pun mengucapkan nama Opa Tendean. Ya, panggilan Mas Dean yang diucapkan wanita yang bernama Dianti itu. Opa Tendean benar-benar tidak mengira bahwa di Ragunan inilah, dia akan bertemu lagi dengan Dianti dan juga menguak lagi memori lama.
"Opa kenal?" tanya Citra dengan sorot mata yang menelisik Opanya sekarang.
"Opa?"
Dianti menyahut dan bingung dengan Citra yang memanggil pria itu dengan sebutan Opa.
Hingga perlahan Opa Tendean menganggukkan kepalanya perlahan. "Benar, Dian ... ini adalah cucuku, namanya Citra," balasnya.
Ada senyuman samar di wajah wanita yang kini berusia 46 tahun itu. Terlihat lucu kala mengamati Citra yang sekarang masih berada di gendong Opanya.
"Cucunya Mas Dean?" tanyanya lagi. Sebab, ada perasaan tidak percaya ketika melihat Tendean sudah memiliki cucu. Oleh karena itulah, Dianti kembali bertanya.
Opa Tendean pun menganggukkan kepalanya perlahan. "Benar, dia putrinya Aya, putriku," balas Tendean.
Dianti pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada Citra. Tersenyum dan tak percaya bahwa Tendean yang pernah dia kenal dulu sudah memiliki cucu. Waktu ternyata sudah berjalan selama itu. Pria yang dulu dikenalnya di Bandung saja, sekarang sudah dipanggil Opa. Rasanya menggelikan untuk Dianti.
"Opa, jadi ini temannya Opa?" tanya Citra lagi.
"Benar, Citra. Temannya Opa. Sebaiknya, Citra memanggil kamu apa, Di?" tanya Tendean.
Kemudian Dianti pun tersenyum. "Kalau dipanggil Tante aku sudah berumur, sebaiknya panggil Oma saja. Oma Dianti," jawabnya.
Citra pun merespons dengan menganggukkan kepalanya dan memberikan salam. "Halo, Oma Dianti ... aku Citra," ucapnya dengan menatap Oma Dianti di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Nany Setyarsi
awal mula ya 🤩😘😍
2023-02-25
0
agasaka
blm trlmbat opa buat bucin akut
2023-02-24
0
Bunda Titin
klo jodoh ga kemana opa walau udh berpisah 26 thn di pertemukan kembali dan sepertinya cinta lama bersemi kembali duuhhh senenge..........🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2023-02-23
1